Jumat, 02 Oktober 2015

Main ke Museum “House of Sampoerna” Surabaya

Selasa, 29 September jadi hari terakhir si Ali di Malang. Hari itu Diangkutinya barang-barangnya dari kamar kos, yang juga kamarku. Kami sejak sebulan setengah yang lalu jadi teman sekamar, karena waktuku di rumah kontrakan lama telah habis. Sembari nunggu wisuda dan jadi tempat istirahat di Malang, Ali tawari aku untuk sekamar dengannya. Dan hari itu, kamar yang dipakainya berteduh selama di Malang, beserta semua perabotannya, terlebih lagi semua kenangan selama berada disana, harus pula diangkutya pulang ke Surabaya. Aku dan Nanang tahu benar mendung di mata si Ali. Sahabat kami hari itu harus menjalani kenyataan untuk selangkah jadi lebih dewasa menatap fase hidupnya kedepan. Biarkan saja si Ali bercericau kesedihan sesukanya, nikmati waktu-waktu terakhirmu li…
Setelah selesai semua barang dikemasi, aku dan Nanang ikut serta ke Surabaya untuk menghadiri jobfair di kampus ITS, maklum pemburu kerjaan wakaka. Ternyata waktu tak mencukupi untuk sampai di ITS tepat waktu. Ali kemudian nyeletuk “ayo halan-halan wae yokk, mumpung ning Suroboyo rekk…” dan kami tanpa komando langsung seiya-sekata. Ali mengajak kami ke museum rokok :"House of Sampoerna”, sepertinya seru karena kami semua smoker (hadduh isin aku ngaku smoker)…
House of Sampoerna terletak tak jauh dari kawasan Jembatan Merah atau kawasan “kota tua” di Surabaya. Di Kanan-kiri banyak terdapat bangunan-bangunan berarsitektur kuno, terlihat begitu anggun dan megah. Disepanjang perjalanan aku ndelongop seperti bocah ndeso lihat pemandangan kanan-kiri gedung yang keren-keren, Lha pancene aku ndeso.
Masuk Museum Sampoerna tidak dikenai biaya sepeserpun. Kami disambut ramah oleh mba penjaga. Sebelumnya disamping gedung utama museum terdapat rumah pribadi milik owner PT Sampoerna saat ini, Putera Sampoerna. Di halaman rumahnya berjejer 2 mobil antik Rolls Royce, keren sekali. House of Sampoerna terdiri dari dua lantai, dan aroma wangi tembakau dan cengkeh bersemerbak memenuhi ruangan. Di lantai pertama terdapat 3 ruangan. Ruangan pertama berisi replika sebuah warung bernuansa ndeso milik pendiri PT Sampoerna, Liem Seeng Tee. Terdapat juga berbagai macam tembakau dan cengkeh dari Jawa, Madura Bali dan lain-lain.
 

Ruangan kedua berusaha mengenalkan ke pengunjung mengenai orang-orang yang menjabat di direksi PT Sampoerna. Ada juga lukisan-lukisan yang mengesankan betapa rokok telah melekat dalam kehidupan masyarakat Indonesia sejak zaman dulu. Juga ada foto pak Soekarno, Soeharto dan Sultan Hamengkubuwono (yang lupa keberapa) juga tokoh-tokoh besar lain sedang ngudut rokok dengan nikmatnya. Disini juga terdapat brankas penyimpanan barang berharga zaman dulu. Brankasnya terbuat dari kayu yang tebal sekali, dan juga sangat kokoh. Aku Ali dan Nanang tak henti-henti ngerubuti brankas ini, mencoba-coba dan menebak-nebak betapa kokohnya brankas buatan Belanda zaman kolonial dahulu. Mungkin brankas ini lebih berharga dari barang berharga yang disimpan didalamnya, hahaha…
 
 

Di ruangan ketiga kami disuguhi dengan penampakan berbagai mesin pengolahan rokok zaman dulu, juga ada berbagai produk rokok legend milik Sampoerna tempo doeloe. Juga terdapat miniatur peta Indonesia yang berisikan tempat dimana saja pabrik Sampoerna beroperasi.
Naik ke lantai atas, merupakan tempat penjualan suvenir. Sebelumnya di tangga menuju ke atas tergantung berbagai foto unik dan antik yang membikin suasana tembakau makin melekat di museum ini. Ada banyak yang dijual disini, ada rokok, miniatur becak dan patung. Dijual juga berbagai baju batik tangan asli dengan harga jutak-jutak wakaka. Di lantai ini sebenarnya bisa juga pengunjung menyaksikan betapa ulet dan terampilnya pekerja milik PT Sampoerna dalam produksi rokok. Sayangnya waktu itu sudah sore, para pekerja telah berada di luar jam operasional kerja.


Keluar museum biar lebih afdol mengenal Surabaya, sebenarnya Ali ngajak kami untuk keliling Surabaya menggunakan bus dari museum Sampoerna, sayangnya kembali lagi kendala waktu yang kesorean. Tak apalah, kami telah banyak melihat-lihat isi museum. Mohon maaf karena batere hp yang saat itu kurang prima, foto yang terjepret tidaklah banyak.

Sepulang dari museum, seolah tak cukup untuk menikmati waktu-waktu terakhir kami bersama dalam dunia perkuliahan, juga perpisahan dengan Ali, kami sepakat untuk lebih lama menikmati malam kota Surabaya dengan secangkir kopi dan berselimut obrolan hangat


SEDUH KOPIMU, TEMAN…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar