Kamis, 24 Desember 2020

2020: Seriously What the Big F?

Musim panas 1347 di jalur Sutera, diceritakan oleh James Robinson dalam buku Why Nations Fail menjadi awal menakutkan bagi dunia saat “Maut Hitam/Black Death” atau juga disebut pestilence atau Great Motrtality atau pes mulai menyerang separuh populasi manusia dan diklaim menjadi wabah terburuk dalam sejarah umat manusia karena diperkirakan menewaskan 75-100 juta nyawa penduduk hingga medio 1353. Wabah ini ditengarai berasal dari kutu tikus yang terangkut dalam karung-karung dagangan pedagang China yang tak higienis dan dikerubuti tikus. Kutu tikus ikut menjelajah bersama dagangan, dari kapal ke kapal, dari tikus lokal ke tikus daerah lain dan bermutasi pada puncaknya saat diinangi oleh tikus Rusia yang lebih kuat secara genetik, sampai akhirnya menyebar masif di Eropa kala itu. Disebut Black Death karena gejala yang ditimbulkan salah satunya berupa pembusukan pada area tubuh (utamanya jari dan pembengkakan pada ketiak) yang membuat kulit menjadi hitam, selain nyeri otot, demam tinggi, kelelahan, sesak nafas muntah, sakit kepala akut sampai korban terinfeksi bertemu maut. Tak ada obat untuk Maut Hitam pada masa itu (lagipula kala itu eropa belum bertemu renaissance dan masih dalam abad gelap), hingga pemerintah kota pelabuhan Ragusa, Venesia-Italia memberlakukan karantina terhadap pelayar dan pedagang untuk membuktikan bahwa mereka tak membawa masuk penyakit. Hukum tersebut bernama trentino untuk isolasi selama 30 hari yang kemudian ditambah lagi menjadi 40 hari dikenal sebagai quarantine, asal mula kata karantina. Strategi karantina ditambah bantuan dari kebiasaan alam berupa pergantian dari musim semi ke musim dingin sukses memutus mata rantai wabah tersebut, walau dibeberapa tempat masih ditemui beberapa kasus serupa. Setelah Black Death, dunia juga mengenal beberapa wabah lain seperti flu Spanyol medio 1900-an yang juga sangat gawat kala itu, yang belum lama berlalu yakni flu burung, flu babi hingga yang terjadi saat ini dan menyerang kita semua, here comes everybody meets our enemy number one: CORONA VIRUS DISEASE-19 ak.a Covid-19! Setahun lalu tepatnya 1 Desember 2019 pasien pertama virus corona di Wuhan, China mulai menunjukkan gejala terinfeksi virus SARS-Cov-2 dan sejak itu wabah tersebut meluas menjadi Pandemi (ditetapkan World Health Organization pada 11 Maret 2020). Tercatat per 24 Desember 2020 lebih dari 79,3jt orang terinfeksi (693rb di Indonesia termasuk penulis), 1,74jt orang meninggal (20.589 orang di Indonesia) dan sisanya sembuh atau sedang dalam perawatan, jumlah tersebut diyakini akan terus bertambah, info terkinikan dapat diakses dari situs resmi pemerintah www.covid19.go.id. Jadi kalau ada pertanyaan besar seperti judul diatas, Covid-19 inilah jawabannya. Jutaan orang telah mati or in this very mean time hospitalized under quarantine, ramainya rumah sakit yang lebih dari pusat perbelanjaan, tutupnya sekolah, tempat ibadah, kantor dirumahkannya banyak karyawan, batalnya jutaan rencana perjalanan atau tertundanya liburan, konser musik, ditutupnya bioskop, dan tempat keramaian lain, singkatnya: Corona adalah tokoh antagonis atau villain utama dari semua kekacauan besar (great disorder) yang terjadi sepanjang 2020 ini. Para ahli memperkirakan virus akan terus menyebar hingga 2022 atau bahkan sama dengan influenza yang takkan pernah hilang. Virus ini menyebar dari percikan partikel ultramikro yang mengambang di udara atau menempel dibenda yang dikeluarkan saat bersin/batuk atau bahkan bernafas dari satu inang manusia ke manusia lain. Lantas bagaimana gejala atau indikasi dini seseorang terinfeksi Covid-19? Dilansir dari laman Satgas Covid bahwasannya gejala yang paling umum yakni: demam, batuk kering dan kelelahan. Gejala yang sedikit tak umum adalah: nyeri tenggorokan, diare, konjungtivitas (mata merah), sakit kepala, hilang indra perasa dan penciuman, ruam kulit. Gejala yang sudah naik ke level tingkat serius antara lain: sesak nafas, nyeri dan rasa tertekan di dada, hilang kemampuan bicara dan bergerak. Sedikit menceritakan pengalaman saat terpapar Covid: Jumat malam 9 oktober sepulang dari kantor merasa tak enak badan yang sangat mendadak, tak kuat mandi karena menggigil tapi bersih badan sebisanya, langsung tidur kamar belakang terpisah dari isteri dan baby Balqis, malam yang berat untuk dilalui bersama demam tinggi dan nyeri pada semua otot (tak seperti sakit biasanya). Esoknya sabtu orang tua dari desa main ke rumah (sudah kubilang untuk tunda dulu, ternyata ujug-ujug sudah didepan pintu), sabtu-ahad kondisi badan sudah membaik namun lidah terasa agak pahit, orang tua kembali pulang ke desa. Senin-rabu masuk kantor seperti biasa karena demam sudah jauh berkurang bahkan mendekati sehat karena kukra seperti saat biasanya waktu tak enak badan. Rabu sore menjelang pulang kantor, lidah terasa semakin pahit dan punggung gatal. Setibanya di rumah langsung agak drop, sempatkan diri untuk periksa ke dokter umum dan diberi obat demam biasa, disarankan lakukan Rapid. Kamis izin tak masuk kantor karena indra penciuman dan perasa hilang total, berangkat ke klinik untuk lakukan Rapid, hasil non-reaktif. Dugaan bahwa ini bukan Corona diperkuar dengan hasil Swab Isteri yang diselenggarakan Dinas Pendidikan Surabaya, hasilnya negatif. Jumat masih tak masuk kerja, disuruh atasan untuk istirahat sampai kondisi membaik. Karena ahad sudah membaik, izin ke atasan untuk dapat masuk kantor dan diizinkan. Saat itu tak sempat lakukan Swab karena dirasa sudah sehat, ternyata baru ketahuan setelah dua bulan berturut-turut dapatkan hasil reaktif dari tes Serologi (kalau reaktif hasilnya, langsung diperintahkan swab difasilitasi kantor, 2 kali reaktif serologi, 2 kali negatif Swab) yang diadakan rutin dari kantor tiap awal bulan, dan atasan juga ternyata positif. Orang tua di desa alami gejala yang serupa denganku (demam, kelelahan, hilang indra cium dan rasa) langsung karantina mandiri dan sembuh sendiri. Berbagi pengalaman saat aku (meskipun tanpa ijazah positif Covid dari hasil Swab) dan atasan terinfeksi Covid-19: kami sadar bahwa penyakit ini benar-benar bukan sesuatu yang dapat diremehkan. Walau rajin olahraga, makan sehat-bergizi dan istirahat cukup, kalau terpapar (sudah ikhtiar terapkan protokol kesehatan) ternyata sakit juga. Atasan mengaku menderita mirip sinus di hidung saat sujud shalat dan cukup mengganggu, padahal tak pernah ada riwayat sinus. Aku menderita hilang indra rasa dan cium, rasanya seluruh makanan di dunia jadi hambar dan pantas saja banyak yang meninggal (tanpa mengurangi kegawatan gejala lain yang diakibatkan oleh Corona) karena kalau semangat makan hilang, energi untuk sembuh pasti akan jauh berkurang. Dan Covid-19 ini menjadi ancaman yang sangat serius bagi indivdu yang punya penyakit bawaan karena apabila terinfeksi, virus akan menyalakan ‘sinyal’ untuk menghajar terus-menerus titik lemah inang yang akbatnya akan semakin membuat lemah dan berakibat gawat apabila tak mendapat penanganan lebih lanjut. What a serial ice cold killer this Corona virus is, maka mulai sekarang ayo kita sama-sama menjaga orang tersayang disekitar kita dengan serius disiplin protokol kesehatan (prokes), tingkatkan iman-imun-aman! Saat ini belum ada obat yang ampuh untuk menyembuhkan Covid-19, satu-satunya yang dapat dilakukan adalah disiplin prokes. Selain berdampak pada kesehatan masyarakat, pandemi juga berimbas sangat signfikan (significantly impact) ke banyak sektor: sosial, ekonomi, politik, pariwsata, transportasi, manufaktur dll, tak satupun sektor yang tak terdampak serangan musuh tak tampak ini. Multiplier effect yang terjadi akibat Corona memaksa manusia harus mengubah perilaku dan habit hidup mereka. Mula-mula yang terdampak pukulan telak adalah pada sektor ekonomi, dimana akibat penegakkan prokes maksimal dan upaya mengurangi kerumunan, seluruh sistem kerja terganggu baik produksi/penawaran (supply) maupun permintaan (demand). Pabrik-pabrik mengurangi produksi perusahaannya karena permintaan konsumsi dari masyarakat maupun instansi turun, permintaan turun dikarenakan daya beli turun, daya beli turun sebut saja karena PHK, dirumahkan atau karena omset pendapatan usaha berkurang. Kerja ekonomi ini berjalan saling berkelindan satu sama lain, dan apabila penawaran berkurang, dapat dipastikan permintaan akan ikut berkurang. Ingat, dalam ilmu ekonomi, someone spendings are others income. Semakin banyak konsumsi yang berkurang, bila ditarik garis besar dari berbagai transaksi ekonomi yang terjadi maka akan berakibat pada pertumbuhan ekonomi negara yang juga turun bahkan minus. Badan Pusat Statistik (BPS) melalui Kementerian Keuangan merilis pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga kuartal III tahun ini terkontraksi cukup dalam hingga negatif -3,49 persen (mencapai Rp. 3.894,7 triliun) atau dengan kata lain resmi mengalami resesi pertama sejak krisis moneter 1998. Angka tersebut tercermin dalam Produk Domestik Bruto (PDB), yaitu cerminan dari jumlah seluruh produksi baik barang dan jasa termasuk transaksi ekonomi dan jasa keuangan yang mampu dihasilkan sebuah negara dalam setahun. Secara keluruhan Menkeu Sri Mulyani memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan minus 2,2 hingga 1,7 persen dari target pertumbuhan ekonomi APBN postur anggaran 2020 sebesar 5,3 persen. Pemerintah bukannya tak turun tangan, terbukti dari adanya program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang direncana menggelontorkan paket stimulus dengan total pagu anggaran sebesar Rp. 677,2 triliun. Dana besar tersebut digunakan untuk sektor kesehatan, bantuan sosial tunai dan non-tunai, subsidi pekerja, subsidi listrik, subsidi bunga untuk pelaku UMKM, subsidi pajak dll. Namun anggaran PEN tersebut dinilai masih cukup kecil apabila dibandingkan dengan negara Asia lain. Dilansir dari CNBC bahwa Indonesia menggelontorkan stimulus fiskal ketiga terbuncit dibandingkan negara Asia lainnya yakni hanya 4,3 persen dari PDB, setelah Filipina (3,1 persen) diposisi paling bawah diikuti Vietnam (4,1 persen), selengkapnya dapat dilihat di tabel. Tak cukup disitu, penyaluran terhadap dana PEN dinilai melenceng. Anggaran besar yang harusnya banyak dialokasikan untuk subsidi kepada masyarakat kecil (dalam berbagai studi kelompok masyarakat menengah kebawah adalah golongan yang terpukul paling keras akibat pandemi) justru digunakan untuk menyuntikkan dopping guna menyelamatkan BUMN yakni sebesar 158,63 triliun atau sebesar 22 persen. Tentunya jumlah tersebut merupakan porsi alokasi yang sangat besar untuk perusahaan yang harusnya mencetak uang buat negara, bukannya malah memberatkan. Cek daftar 10 BUMN bonafide penyumbang APBN terbesar pada tabel dibawah. Ditambah lagi, anggaran besar dana PEN dinilai rawan penyelewengan dan terbukti dikemudian hari dengan diciduknya Menteri Sosial Juliari Batubara. Bagaimana dengan Utang Luar Negeri (ULN) RI? Dari keterangan Bank Indonesia (BI) Rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada akhir Oktober 2020 sebesar 38,8%, terdiri dari sektor publik (Pemerintah dan Bank Sentral) sebesar USD 202,6 miliar dan ULN sektor swasta (termasuk BUMN) sebesar USD 210,8 miliar, yang apabila dirupiahkan hampir menembus Rp. 5900 T, fantastis! Kabar baiknya tingkat inflasi terjaga dibawah 2 persen yang berarti harga barang-barang belum akan naik sgnifikan. Koefisien indeks gini per Maret 2020 berada di angka 0,381 naik 0,001 dari September 2019, namun diyakini pada akhir tahun nanti indeks gini akan makin bertambah. Indeks gini adalah standar paling sederhana dalam membaca ketimpangan ekonomi, dan Indeks gini diatas berarti 1 persen dari penduduk Indonesia menguasai 38,1 persen total kekayaan yang ada. Masyarakat pemilik tabungan di atas Rp 2 miliar pun tercatat meningkat sebanyak 185.273 rekening. Kondisi perekonomian RI dapat pula dilihat dari defisit APBN yang melanda, yakni sebesar Rp. 764,9 triliun atau setara 4,67 persen dari PDB. Angka tersebut jauh lebih besar dari defisit tahun lalu Rp. 289,2 triliun year on year. Sri Mulyani dalam laman resmi Kemenkeu menyatakan defisit terjadi karena penerimaan negara anjlok menjadi hanya Rp. 1276,9 triliun atau turun 15,5 persen sedangkan belanja negara naik signifikan 13,6 persen menjadi Rp. 2041 triliun. Hal tersebut dapat dimaklumi karena memang efek berantai dari kondisi perekonomian yang ambruk akbat pandemi. Defisit ini pula yang mungkin menjadi salah satu sebab kenapa harga BBM tak dturunkan, padahal negara tetangga ramai-ramai menurunkan harga BBM mengingat harga minyak dunia turun drastis akibat banyak negara importir minyak menghentikan sementara operasional produksi ekonomi. Harga minyak yang dulu selalu berada diatas USD 60 / barel menjadi rata-rata dalam 3 bulan terakhir dikisaran USD 40/barel, bahkan pada April 2020 menjadi minus dibawah USD 40 / barel, yang artinya bahwa negara-negara pengekspor minyak yang tergabung dalam OPEC (Organizations of Petroleum Exporting Countries) malah memberi stimulus USD 40 / barel bagi negara yang mau menampung minyak yang telah mereka kilang, gila bukan.
Kita beralih ke sisi lain yang wajib untuk dibahas, yakni jagat politik. Banyak sekali hal yang terjadi baik dari dalam maupun luar negeri, dan semuanya tak jauh dari chaos akibat pandemi. Saya menaruh perhatian pada beberapa isu: pertama, disahkannya UU Omnibus Law Cipta Lapangan Kerja (Cilaka). Tak perlu menjadi expert atau ahli hukum untuk repot-repot memahami dan membaca ribuan lembar UU Cilaka tersebut, cukup menyimak pendapat dari para ahli saja sudah terlhat disana bahwa UU ini didesain memang hanya untuk menguntungkan para pengusaha besar, konglo, cukong, kapitalis dan apapun sebutan kaum borjuis pemilik modal. Lihat saja pendapat tokoh Nahdlatul Ulama Prof. Said Aqil Siradj yang menentang disahkannya UU Cilaka, lihat bagaimana pedasnya kritik Najwa Shihab kepada pemerintah, dan deretan tokoh-tokoh penting nasional tentang mudharat UU Cilaka. Dengan dalih penciptaan lapangan kerja yang lebih luas dengan datangkan investor ke dalam negeri melalui UU Cilaka, harus diketuklah UU ini walau akan menyusahkan buruh, karyawan, nelayan, petani dll dengan cara yang lebih mirip maling: ketok palu lewat tengah malam! Draft UU pun berubah-ubah dari sejak disahkan dalam rapat Paripurna 5 Oktober 2020, ada yang 1.028 halaman, 905 halaman, 1.052 halaman, 1.035 halaman, dan yang terbaru hingga kemarin 812 halaman beserta penambahan, pengurangan, pembaharuan frasa kalimat yang membuat publik bingung, alasannya sepele sekali: salah ketik! Alhasil gelombang penolakan buruhpun menyebar diberbagai daerah walau segera surut menjelang akhir tahun. Pemerintah bilang agar jangan membuat gaduh, justru mereka sendiri yang memancing kegaduhan. UU Cilaku melly goeslaw dtengarai juga akan berdampak pada rusaknya ekosistem karena dalam maklumat isi UU-nya memudahkan investor dan pelaku usaha dalam mengeksploitasi dan mengeruk kekayaan alam tanpa konservasi berkelanjutan. Pasal 24 sampai 29 mengenai perizinan Amdal (Analisis Dampak Lingkungan) dan Izin Lingkungan sangat dilonggarkan. Kritik berdatangan dari berbagai elemen environmentalis seperti Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) yang mengatakan sedang adanya usaha untuk me-restart besar-besaran Rakyat Indonesia beserta seluruh kekayaan alam yang tergandung didalamnya. Kata Sabrang Panuluh putra Cak Nun sekaligus vokalis Letto, Indonesia dimata kaptalis global ibarat gadis seksi yang menggoda untuk diperkosa. Jadi UU Cilaka ini untuk siapakah? Kedua yakni korupsi. Mendengar kata itu saja pasti kita para rakyat jelata ini sudah sangat familiar dengan bagaimana tidak dapat dipercayanya para politikus dan sistem politik negeri ini dari tingkat terbawah sampai pucuk di jakarta. Politik yang seharusnya menjadi seni mengatur rakyat dan birokrasi untuk menggapai tujuan bersama yakni kesejahteraan bersama malah banyak sekali diselewengkan oleh para pemangku jabatan. Dan yang terpanas datang dari dua pentolan Menteri Kabinet Indonesia Maju Jilid II: Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Edhy Prabowo dan Menteri Sosial Juliari Batubara. Edhy Prabowo tersandung kasus perizinan ekspor benih lobster, diamankan dalam Operasi Tangkat Tangan (OTT) KPK pada rabu (25/11) beserta isteri. Edhy diketahui membelanjakan uang diduga hasil gratifikasi sebesar Rp. 750 jt di Honolulu AS pada 21 hingga 23 Nopember berupa di antaranya berupa jam tangan Rolex, tas Tumi dan LV, baju Old Navy," kata Nawawi Pomolango (Wakil Ketua KPK). Edhy bilang korupsi ini adalah kecelakaan dan akan bertanggung jawab dunia-akhirat, kecelakaan bagi anda dan kemenangan bagi kami rakyat Indonesia anti tipu-tipu bapak eks Menteri yang terhormat. Edhy adalah anak buah sekaligus didikan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, termasuk dalam jajaran yang paling setia. Hashim Djojohadikoesoemo, adik kandung Menhan dalam sebuah wawancara dimintai keterangan tentang tanggapan Prabowo: “i pick him up from the gutter, and now look what he did to me!” serunya menirukan kalimat Menhan yang kecewa berat sama anak didiknya di Partai Gerindra. Kasus yang menimpa Edhy Prabowo ini memang telah diduga akan terjadi cepat atau lambat. Edhy memutuskan untuk membuka keran ekspor, membatalkan keputusan Meneteri KKP sebelumnya Susi Pudjiastuti, perizinan ekspor ini kalau dilihat sekilas sudah pasti akan jadi lahan basah yang menjanjikan bagi pembuat kebijakan, tapi Presiden anehnya juga memberikan go ahead signal untuk legalkan ekspor benih lobster. Sekali lagi saya tak paham mendalam tentang Kelautan atau apapun yang ditulis dalam catatan ini, namun patut kita simak diskusi antara dua nelayan di Indonesia Lawyers Club (ILC) yang dipimpn Karni Ilyas TVOne. Nelayan satu adalah pro ekspor berasal dari Lombok, berpendapat bahwa benih lobster takkan pernah habis (yang sering banyak dikhawatirkan oleh para environmentalis) dikarenakan datang dari laut dalam Australia, setiap tahun selalu datang massif menuju perairan dangkal dalam bentuk benur, dan benur inilah yang diekspor ke Vietnam (tujuan utama ekspor) dan negara Asean-China lainnya. Ekspor benih lobster mendatangkan banyak kemanfaatan bagi para petani eksportir disana, meningkatkan derajat sosial, memperbaiki ekonomi, perbaikan akses pendidikan dan sarana-prasarana, mengurangi tindak kejahatan, singkatnya menciptakan multiplier effect positif. Sedangkan satu nelayan lagi yakni anti ekspor pro budidaya. Alasannya harga jual budidaya lebih mahal dibandingkan ekspor, dengan dibukanya keran ekspor oleh Kementerian KKP mengakibatkan petani budidaya lobster kesulitan mendapatkan benih (karena benih grade A sudah pasti diekspor duluan oleh nelayan eksportir). Fakta yang cukup mengejutkan didapati dari diskusi ini, ternyata di era Menteri Susi, selain ekspor benih yang dilarang, budidaya lobster juga dilarang, dead end juga sepertinya. Dan sayang sekali diskusi-diskusi keren di ILC yang banyak menjadi pelita kehidupan politik bangsa 12 tahun belakangan ini kedepannya takkan lagi tayang di tv, padahal mereka adalah penyambung opini yang dapat mengakomodir sampai ke pelosok wilayah NKRI (katanya mau pindah ke tv digital). Semoga memang murni keputusan manajemen, bukan represi dari pemegang kekuasaan. Karni Ilyas be like: “Pemirsaaaaaa, kita rehat (tidak) sejenak…” Masih seputar korupsi. Tak berselang lama dari kasus yang menimpa Menteri KKP, KPK kembali menyerok ikan besar, tak tanggung-tanggung: Menteri Sosial Juliari Batubara. Kali ini lebih parah lagi, yakni korupsi dari commission fee pengadaan Bantuan Sosial bernilai fantastis: Rp. 7 miliar yang didapat dari kebocoran Rp. 10rb setiap paket bansos senilai Rp. 300rb. Kasus ini ditengarai juga menyeret beberapa nama di partai PDIP tempat Juliari bernaung, termasuk Gibran Rakabuming putra sulung presiden Cawalkot Solo (sekarang sudah Walkot) dengan hashtag yang berdera di jagat maya #tangkapanakpaklurah. KPK juga sedang menyelidiki aliran dana haram tersebut apakah sampai ke partai. Patut ditunggu sepak terjang KPK selanjutnya dibawah komando Firli Bahuri. Sebagai info pada awal masa Pandemi, Ketua KPK Firli Bahuri sempat menyatakan akan menghukum mati koruptor didalam keadaan krisis seperti bencana ataupun Pandemi. Dan hukuman mati terhadap Koruptor telah diatur dalam UU, yakni salah satunya korupsi disaat terjadi bencana. Mensos dari laporan harta kekayaan penyelenggara negara mempunyai total kekayaan Rp. 64 miliar. Padahal diawal pelantikan, Juliari dengan pongah membagikan ke anak buahnya di jajaran Mensos strategi untuk memberantas korupsi, yakni kembali ke diri sendiri (banyak beredar di Youtube). Ya Allah kariim, rakyat sudah susah karena Pandemi, mereka malah bancakan dan menyunat jatah rakyat kecil. Kurang dzalim bagaimana ini? Pikiran kita akhirnya dipaksa terbang ke ucapan Gusdur beberapa dekade silam yang berniat membubarkan Kementerian Sosial. Gusdur mengatakan bahwa Kemensos yang seharusnya menjadi ujung tombak perbaikan sosial justru malah berubah jadi sarang tikus. Kritik yang sangat menohok.
Kemudian yang ketiga yakni Pilkada serentak yang digelar pada 9 Desember 2020. Tak banyak yang dapat saya bahas disini selain kepentingan politik yang dipaksakan. Gibran anak Presiden maju dalam Cawalkot Solo, menantu Presiden Bobby Nasution maju Pilwalkot kota Medan, dan keduanya berhasil. Sungguh sebuah Keluarga Berencana yang berhasil, hegemoni politik masih akan berlanjut entah sampai kapan. Yang jadi pertanyaan kenapa unjuk rasa saat penentangan UU Cilaka tidak diperbolehkan Kepolisian dengan dalih melanggar protokol kesehatan, sedangkan Pilkada yang mengundang kerumunan diperbolehkan. Mari kita balik logika yang digunakan penyelenggara negara saat ini: unjuk rasa ada UU-nya tetapi tidak diperbolehkan, Pilkada dibolehkan karena ada UU-nya (baru dibuat). Yasudahlah, sekarang Corona malah makin parah, kita lihat bagamana aksi kepala daerah terpilih dalam menekan penyebaran virus. Semoga amanah dan jangan korupsi, ingat yang dipakai itu uang rakyat, kalian hanya jongos yang dikontrak untuk melayani rakyat. Selanjutnya adalah polemik kepulangan Muhammad Rizieq Shihab (MRS) dari Saudi Arab pada 10 Nopember 2020 (bertepatan dengan Hari pahlawan) yang ternyata berbuntut panjang. Berawal dari pernyataan Menkopolhukam Mahfud MD yang berkata bahwa MRS boleh dijemput karena bukan merupakan orang suci dengan banyak pengikut seperti Khomeini (pemmpin Iran), jadi takkan menyebabkan keramaian dan kerumunan ditengah Pandemi. Tak disangka pada hari H jumlah penyambut yang tiba menyambut MRS membludak di bandara Soehat bahkan sampai ke jalan-jalan. Kerumunan kedua terjadi di kediaman MRS di Petamburan dan Bogor, diberitakan karena pernikahan putri MRS. Dua kerumunan yang melanggar Prokes masing-masing di wilayah Jakarta dan Jabar berbuntut pada dicopotnya Kapolda Metro Jaya dan Kapolda Jabar. Para pemimpin Daerah seperti Anies Baswedan dan Ridwan kamil juga dipanggil oleh pihak Kepolisian sebagai saksi untuk dimintai keterangan. Ridwan kamil berselisih pendapat dengan Mahfud MD, kenapa Menkopolhukam yang keluarkan pernyataan kontroversial dan subjektif tersebut tak ikut dipanggil oleh pihak Kepolisian, pikir saya ya mana berani. Kapolda Metro Jaya saat ini diganti Irjen M. Fadil Imran. Ditunjuknya Irjen Fadil Imran seolah reunion duel maut dengan MRS. Seperti diketahui Irjen Fadil Imran juga yang dulu menggarap kasus chat asmara MRS. Sepertinya Irjen Fadil Imran ini menyimpan dendam kesumat terhadap MRS. Kemudian muncul kejadian besar lain yakni tewasnya 6 pengikut MRS (07/12) oleh Polisi di tol 50 km Jakarta-Cikempek. Dari Konpers yang diadakan oleh Humas Mabes Polri didapat bahwa para pengikut MRS berusaha menyerang petugas Intel yang mengawasi kemana mobil mereka membawa tersangka kasus kerumunan Petamburan MRS akan pergi. 6 kematian awak FPI ini mengundang protes keras baik dari keluarga maupun pengamat politik, dan mengatakannya sebagai pelanggaran HAM. Dikatakan oleh Polisi bahwa keenamnya berusaha menyerang petugas dengan pistol, celurit maupun pedang, dan berhasil dihentikan petugas dengan tindakan tegas-terukur. Namun banyak yang janggal dari kasus ini, hasil forensik cenderung ditutup-tutupi, hingga para keluarga korban mau bersuara lewat mediasi yang digelar DPR. Sampai saat ini Komnas HAM masih melakukan penyelidikan terhadap kasus ini. FPI sendiri saat ini telah resmi dinyatakan sebagai organisasi terlarang. Entah mana yang benar, semoga hukum benar-benar mampu ditegakkan di negeri ini, dan jangan lupa masih ada hukum dari Dia yang Maha Prima.
Kabar dunia Internasional yang paling panas di 2020 selain keganasan Pandemi tentu saja dari Pilpres AS: Joe Biden yang disokong Demokrat memenangkan Pilpres AS pada bulan Nopember dengan perolehan 306 suara electoral college, dibandingkan 232 suara yang diperoleh kandidat Petahana partai Republik Donald Trump. Terpilihnya Biden diharapkan akan membawa angin segar baik bagi perekonomian maupun pertahanan global. Seperti yang sama kita ketahui bahwa AS dan China sedang berperang dalam ekonomi untuk memperebutkan kue ekonomi terwahid di dunia. Ketegangan dalam bentuk perang dagang dikhawatirkan akan merembet ke sisi militer, dan apabila hal tersebut terjadi sudah pasti dunia akan pecah perang karena masng-masing memiliki sekutu. Washington memang sedang terpukul cukup dalam akibat penyebaran Corona yang makin tak terkontrol di negerinya, sedangkan Beijing sudah cukup mampu dalam pengendalian. Di tahun 2020, China tak henti-hentinya mengganggu wilayah kedaulatan negara lain. Selain konflik di Laut China Selatan yang juga melibatkan Indonesia, China juga terlibat konflik dengan India di Lembah Galwan perbatasan Himalaya yang disengketakan. Tak hanya okupasi/pencaplokan wilayah yang sedang digencarkan Beijing, okupasi secara politik juga dilakukan terhadap Taiwan yang saat ini masih berpemerintahan demokratis. China ingin agar Taiwan masuk kedalam wilayah kekuasaan politiknya. Dan yang paling baru dipenghujung 2020 yakni ditemukannya drone pengintai China di perairan Sulawesi dekat Kepulauan Selayar oleh Nelayan. Diduga Drone tersebut digunakan dalam misi pengintaian dan pengambilan data intelijen terkait wilayah geopolitik dan keadaan geografis, data tersebut berguna dalam peperangan laut, apalagi Indonesia memiliki 3 Selat paling strategis di dunia yakni: Selat Malaka, Selat Sunda dan Selat Lombok. China dibawah kendali Presiden Xi Jinping benar-benar gak nduwe udel… Negara lain yang terlibat perang sengit hingga menewaskan ribuan orang di 2020 adalah antara Azerbeijan melawan Armenia guna memperebutkan wilayah sengketa Nagorno-Karabakh. Perang baru berakhir pada 10 Nopember 2020 dengan kemenangan bagi Azerbaijan. Konflik antara keduanya memang telah terjadi sejak lama, didukung dengan sentimen agama. Azerbaijan mayoritas muslim, sedangkan Armenia Krsten. Nagorno-Karabakh secara de facto merupakan bagan dari Azerbaijan, namun banyak ditempati dan dkuasai oleh etnis separatis Armenia yang didukung oleh pemerintah Armenia.
Sebenarnya masih banyak yang ingin saya tulis pada catatan ini, seperti reshuffle Kabinet Indonesia Maju di penghujung tahun, berpulangnya maestro Campursari the Godfather of brokenheart Lord Didi Kempot (ayo ngaku siapa yang kangen lord Didi?) yang mangkatnya sangat tba-tiba sekali. Siapa tak kenal Sewu Kutha, Banyu langit, rasanya tak akan ada lagi orang se-kharismatik dan se-sumeh lord Didi. Kemangkatan yang tak terduga sebelumnya juga dialami Ki Seno Nugroho, dalang kondang di jagat perwayangan nusantara. They both were really an artists, Sungguh karya-karya beliau telah banyak menghibur orang, semoga tenang disisi Allah, Al-Fatihah…
Akhirnya tulisan ini harus saya cukupkan. 2020 sebentar lagi berlalu, tahun yang cukup berat untuk dilalui baik dari segi kesehatan, finansial, dll. Tahun yang sangat chaotic dimana rumah sakit menjadi penuh, pemberlakuan PSBB dimana-mana, semua sektor produksi danperbelanjaat sepi, ekonomi seret. Namun dibalik itu semua, banyak hikmah yang dapat kita punguti dari 2020: kesabaran, rasa ingin berbagi, saling menjaga, dan lebih mengingat pada Pencipta. Bagi saya pribadi, 2020 adalah tahun dimana saya merasa telah sangat “lengkap” menjalani hidup. Akhir kata, semoga sehat selalu dan lancar rezeki, I hope we all make it! Sidoarjo, 25-12-2020 Firman Sentot Abintara P. (Sudah jadi ayah dan di rumah sendiri)