Selasa, 29 April 2014

Edelweiss

Dear Mifta,


Aku tak pernah merasa sebegitu melankolisnya sejak terakhir aku berdekatan denganmu, menuju kata “iya” darimu untuk berjalan disampingku. Waktu itu kita merasa sama-sama sebegitu bersemangatnya, begitu cemburu, begitu protektif satu sama lain, dan begitu bersemangatnya dalam menghangatkan hati masing-masing, sambil sesekali berpuisi. Sudahlah, sepertinya aku terjebak nostalgia…
Kini aku sendiri, dan kamu telah melangkah melanjutkan hidupmu. Terimakasih karena pernah mengisi rongga didalam hati, menghiasi hati dan otakku yang begitu kosong dan kering, terimakasih pernah menghadirkan kesejukan sekaligus ‘api’ untukku. Percayalah sampai kapanpun kau akan tetap menjadi Edelweiss-ku, takkan ada lagi edelweiss-edelweiss yang lainnya, untukku…
Aku selalu bertanya-tanya dalam gelap, mengapa manusia yang begitu menginginkan hidup dan ingin terus melanjutkan hidup malah mati, sedangkan mereka yang tak pantas hidup malah terus dapat melanjutkan hidup?
Percayalah aku akan selalu mendo’akanmu, dalam gelap dan terang, dalam hujan dank kabut, dalam cinta sekaligus benci, dalam senyuman maupun prahara, untuk kebahagiaanmu selalu, untuk senyumanmu selalu, untuk cita-citamu itu, dan untuk cinta Edelweiss-mu…
Percayalah dimanapun aku berada nanti selama kita masih dibawah langit yang sama, mungkin disaat-saat terakhir hidupku, aku akan tetap mengingatmu, mencintamu dan menangis untukmu...

Rabu, 23 April 2014

Menuju Puncak Tertinggi Jawa



Mahameru, gunung dengan puncak tertinggi di Jawa. Membayangkannya saja sudah membuat berdebar-debar dan penasaran tenang keasyikkan apa saja yang mungkin akan kita jumpai dalam pendakian nanti. Setiap individu yang memiliki jiwa petulang tentu hatinya akan merasa marah dan berkecamuk ingin segera mendekat kepada apa yang dipertentangkan, dalam hal ini Semeru secara tidak langsung telah memantik adrenalin kami untuk segera menyapanya. 
Jumat pagi 5 juli 2013 persiapan rampung, semua tim telah mempersiapkan perlengkapan dan kebutuhannya masing-masing. Tm ini terdiri dari 10 orang, Aku, dan teman-teman manusiaku yang akrab dipanggil ashe (teman kopiku kopimu), fahmi (satu organisasi), mas iyal (teman satu angkatan yang umurnya lebih tua jauh makanya dipanggil mas), joko (adik angkatan sekota asal), yunita nur (junior di CADS), fitria gembel (saya tidak tau ini nemu dimana yang jelas kita saling ejek), Gita (setelah pendakian ini kita jadi saudara yang dekat), duwik “the computer” (teman sekelas sekaligus mentor belajar dengan IP 4 dua kali), dan satunya adalah pacar si fahmi tapi aku lupa namanya, Astaghfirullah partner pendakian macam apa aku ini Tuhan hehe.
Kami berangkat dari kampus langsung menuju desa Ranupani melalui jalur Tumpang. 2 jam perjalanan cukup menguras energi ditambah jalan yang berliku dan makadam sesaat sebelum sampai desa tujuan kami, Ranupani karena desa ini adalah titik awal keberangkatan para pendaki Semeru. Hal yang dilakukan pertama adalah mengurus perizinan pendakian, setelah semuanya beres kita mulai pendakian. Sore itu kami mulai pendakian dari Ranupani pukul 18.30, dengan hanya lampu senter sebagai penunjuk jalan kami dalam gelap.
Jalur pendakian sangat licin dan berkelok, juga dingin dan berlumpur setelah hujan di siang hari. Setelah dirasa cukup kelelahan akhirnya kami memutuskan untuk istirahat. Tidak mendirikan tenda, hanya melebarkan banner yang kami bawa dari alat peraga di kampus yang tidak terpakai karena terbatasnya tempat, tidur di jalur trekking dan ini sangat berbahaya karena disamping-samping jurang cukup curam. Sialnya aku tidak kebagian tempat, hanya bisa duduk dibawah pohon dipeluk sarung memeluk dengkul. Waktu itu jam menunjukkan pukul 3 pagi, dingin sekali brrr.
Pukul 6 teman-teman satu tim bangun, siap melanjutkan perjalanan yang tertunda. Setelah berjalan beberapa saat (beberapa saat diartikan dengan medan yang lumayan terjal dan waktu tempuh yang lumayan lama), kami tersentak terkaget-kaget melihat pemandangan yang terhampar di depan. Puja kerang ajaib ulalalala, ini danau legendaris itu pikir kami, Ranukumbolo. 
Kami segera menuruni bukit untuk kemudian duduk sejenak melihat pemandangan yang tentunya sangat memanjakan mata kami. Setelah cukup lama melepas penat kami mengeluarkan isi tas dan yeyy, ini waktu yang dinanti-nanti sejak kemarin sore, breakfast, sarapan, mangan.

 Kami tidak memutuskan untuk camping di Ranukumbolo, karena tujuan kami dhari pertama adalah Kalimati. Lanjut perjalanan dan didepan kami sudah menanti sebuah bukit dengan mitos aneh yang bias dibantah, bukit cinta. Mitosnya adalah saat-saat kita mendaki bukit ini tanpa berhenti tanpa menengok kebawah dan selalu mengingat dia yang kita inginkan maka dia akan jadi pacar, istri atau entahlah. Saat itu aku tidak memikirkan siapapun, karena aku tau pacarku yang sekarang si mifta dia adalah yang terbaik dan terhebat #eaaa. Aku malah sibuk menebak dan mereka-reka siapa yang dipikirkan masing-masing dari temanku dalam pikirnya. Ashe mungkin mirkan fitria yang dia bonceng, fahmi sudah pasti mikirin pacarnya begitu juga sebaliknya, mas iyal sepertinya selama ini tidak pernah punya minat dengan makhluk wanita, gita dan yunita tidak punya clue siapa yang mereka pikirkan, si fitria hanya diam mungkin sedang memikirkan mas ajik arema yang diisukan seneng sama dia, ah entahlah xixixi…
Setelah bukit cinta ada lagi yang spektakuler, oro-oro ombo. Lembah savana padang rumput yang luas dan dikelilingi bukit, tak hanya itu terdapad ribuan bunga lavender sedang bermekaran. Mungkin kami punya pertanyaan yang sama dalam pikir masing-masing, ini benar-benar kita di Indonesia?

Perjalanan dilakukan, sembari berdiskusi dengan beberapa pendaki lain menuju Kalimati. Aku dan mas Iyal memutuskan berjalan duluan karena kami merasa akan sangat menjengkelkan jika harus berjalan lambat dengan beban berat di punggung kami. Kita berpisah dari tim dan akan menunggu di Kalimati. Sampai tengah perjalanan aku berpisah dengan mas Iyal karena kelelahan. Setelah melanjutkan perjalanan akhirnya aku sampai di kalimati dan benar-benar kehilangan jejak mas Iyal. Aku tersesat, hilang, luntang-lantung selama kurang lebih 2 jam. Aku tidak tau apa yang sedang dilakukan oleh tim ku disana. Merasa bersalah iya, menyesal iya, takut hilang? Yes, I‘m lost.
Untungnya ada si Aris yang temukan aku, dia ini teman, junior, partner di organisasi kampus, juga mentorku dalam mendaki. Dia yang selalu ceramah tentang segalanya yang berkaitan dengan pendakian, dan dalam pendakianku yang pertama ini aku terpisah dari rombongan. Aku tahu sebenarnya sebenarnya dia ingin memarahiku karena tidak menggunakan prinsip utama pendakian, ‘Save trip’. Singkat cerita mas Iyal menjemputku dan mengajakku kembali ke dua tenda yang telah didirikan ashe dan teman-teman. Kita memasak nasi, nyemil jajanan, minum susu kotak dan kopi sambil bercengkrama dalam hangat tenda persahabatan yang tidak menghiraukan suhu dan kabut diluar sana, sungguh syahdu. Selanjutnya udara dingin memaksa kami untuk segera memejamkan mata, waktunya tidur, persiapan pesta klimaks, pendakian puncak.
Pukul 12 tepat, malam dinihari itu, di minggu 7 juli, akan jadi hari bersejarah bagi kami, penaklukan gunung Semeru, puncak tertinggi jawa. Summit attack, serangan puncak segera kami bergegas. Dalam serangan ini hanya kami para makhluk lelaki yang menyerbu puncak. Serangan puncak diawali dari tenda menuju Arcopodo, semakin berjalan semakin suhu terasa dingin. Kemudian melewati batas vegetasi dan, kaki gunung Mahameru yang berpasir. Ditengah jalan ashe memutuskan untuk kembali ke tenda karena tidak menggunakan peralatan yang memadai, hanya menggunakan sandal jepit dan sarung. Aku fahmi, mas iyal dan joko masih terus berjuang. Ditengah perjalanan menuju ke atas sambil merangkak dalam trek berpasir akhirnya kami berhasil.

Daaaannnn, pukul 6.30, diatas lautan awan dan sunrise yang mengintip dari timur jauh, inilah dia degup jantung diatas puncak Mahameru, manusia tertinggi di pulau Jawa. Tertancap dengan kesepian disana sebuah tiang tempat bertengger kain lusuh yang walaupun kesepian, dia terlihat gagah dan kokoh, inilah bendera bangsa ini sang merah putih di puncak tertinggi dari puncak manapun Jawa. We did it men… Yes, we did it!






Singkat cerita lagi (karena sedang malas mikir), selepas menikmati pemandangan di puncak tertinggi kami kembali ke tenda, berkemas-kemas dan melanjutkan perjalanan pulang untuk kemudian mendirikan tenda di malam ketiga, tujuan kami adalah camping di Ranukumbolo, danau legendaris itu, untuk menikmati bintang-bintang malam hari.




Banyak pelajaran yang kami ambil dalam pendakian ini. Akan selalu ada tangan-tangan yang menanti diatas, menggenggam dan menarik disaat semuanya meredup. Masih banyak orang-orang baik diluar sana, mereka masih berkeliaran dan bertebaran diatas muka bumi. Kemudian mendaki mengajari kami mencintai alam ini lebih, mendalami negeri ini lebih, merenungi kebesaran-Nya lebih lebih lagi. Dan yang paling penting adalah, jangan pernah mendaki dengan peralatan minim, karena tujuan mendaki yang paling utama adalah kembali pulang dengan selamat tanpa kurang suatu hal apapun, keberhasilan mencapai puncak anggap saja bonus. Save trip, Salam lestari...

Pada 22 dan 23 April

Tanggal pertama diatas mengacu pada hari bumi, yang dirayakan oleh semua orang yang tinggal diatas bumi. Mungkin tidak semuanya, hanya beberapa saja dan barangkali hanya sekedar ucapan tanpa aksi nyata. Memang benar semakin banyak orang mengerti betapa penting peringatan hari bumi ini, karena bumi kita semakin panas, semakin sumpek, banyak bencana alam, banjir, cuaca tak menentu, pohon-pohon semakin sedikit, pembakaran hutan baik disengaja atau karena ‘kemauan’ dari alam itu sendiri, tidak seperti beberapa dekade lalu saat bumi belum ‘marah’. Aku berfikir sejenak, dan muak, melihat ucapan-ucapan yang bertebaran dan membanjiri timeline di banyak social media mengenai orang-orang sok suci yang barangkali mencari perhatian dengan sok-sokan dan gaya-gayaan mengucapkan “Selamat hari bumi”, “cintai bumimu blab bla bla…” segala macam jenisnya. 
Tentunya kita sadar dan maklum betul bahwa hanya sekedar ucapan walaupun sampai mulut berbusa-busa pun tidak akan memberi efek bagi bumi,. Mereka semua yang memberi ucapan belum tentu masih bisa selalu membuang sampah pada tempatnya. Boro-boro mau buang sampah ditempat, hanya sekedar anjuran halus saja lo orang yang negur pasti bakalan kena damprat. Yang kita butuhkan adalah tindakan nyata. Ya, hanya satu, tindakan nyata. Aku sendiri tidak mengucapkan selamat blab la bla pada waktu itu, walaupun aku tau kalau tidak bias berbuat setidaknya mengingatkan. Bagiku hari bumi bukan hanya pada 22 April saja, tapi setiap hari adalah hari bumi, setiap hari adalah hari pangan, setiap hari adalah hari tani, setiap hari adalahhari buruh, setiap hari adalah hari ibu, setiap hari adalah hari kemerdekaan 17 Agustus. Di hari bumi ini, aku berkomitmen kalau memang tidak bias ‘mengembalikan’ setidaknya jangan merusak bumi. Aku tidak pernah buang sampah disembarang tempat, sekecil apapun itu. Putung rokok, plastic kecil, apapun itu akan selalu aku buang pada tempatnya. Jika jauh dari tempat sampah, masukkan dulu ke saku, tak peduli kotor, setidaknya aku tidak ingin terus-terusan memperkosa bumi. Ada prinsip, bahwa manusia yang membuang sampah sembarangan, sekecil apapun itu, mereka lebih rendah dari sampah. Ini kata-kata originalku, apa kalian setuju kalau kata-kataku ini keren?
 Kemudian tanggal kedua mengacu pada hari buku. Berbicara mengenai buku tentu kita semua tahu bahwa buku bukanlah hanya tumpukan kertas, tapi lebih dari itu, buku itu untuk dibaca, buku untuk menerangi hati dan otak, buku adalah cahaya hidup. Realitanya sekarang banyak anak-anak kuliahan meremehkan buku, sibuk dengan game online atau tugas-tugas perkuliahan yang menghisap walaupun memang itu kebutuhan ‘terpaksa’ mereka untuk mengerjakan. Kurangnya minat baca buku ini sangat disayangkan, aku sendiri juga baru sadar bahwa buku sangatlah penting. Membaca buku itu menyenangkan, obat galau, nambah perbendaharaan kosakata baru, dan yang paling penting adalah bahwa seseorang yang menenteng buku kemana-mana dan membacanya terlihat jauh lebih keren. Aku ingin terlihat keren, aku harus rajin-rajin baca buku, aku tak takut dibilang sok pinter jadi pelahap buku, karena membaca buku bukan hanya aktivitas sampingan tapi lebih dari itu adalah kebutuhan. Berikut adalah quote dari seseorang keren yang suka membaca buku : 
 Selama toko buku ada selama itu pula pustaka dapat dibentuk kembali, kalau perlu dan memang perlu, pakaian dan makanan dikurangi (Tan Malaka, Madilog)


Aku rela dipenjara asal bersama buku, karena bersama buku aku merasa bebas (M. Hatta) 
 Biarpun kita adalah penjahat bukan berarti kita tidak harus membaca buku, membaca buku itu menyenangkan! (Tsukishima, Bleach) 
 Tiada artinya buku jika tidak ada yang membaca (Levy, Fairy Tail)
Sudahlah, apa yang aku tuliskan dalam tulisan ini adalah luapan kemarahan dan kebencian kepada kalian, tidak tahu kata ‘kalian’ ini ditunjukkan untuk siapa. Pada akhirnya aku tau bahwa aku hanya seorang diktator yang utopis. Dan hei, bukankah aku keren?