Sabtu, 01 September 2018

PENCAK SILAT MAJU, INDONESIA JAYA!



Ditulis sebagai bentuk rasa syukur sedalamnya kepada Tuhan YME, karena dengan keperkasaan dan kemaha-besarannya kembali mengingatkan bangsa ini bahwa Indonesia adalah bangsa yang besar dan luhur budayanya. Kedigdayaan atlet-atlet Indonesia menyapu bersih 14 medali emas terdiri dari 8 nomor tanding dan 6 nomor tunggal ganda regu di cabang olahraga Pencak Silat pada event Asian Games 2018 di Jakarta-Palembang beberapa waktu lalu tentulah membuat bangga segenap rakyat Indonesia. Melalui Pencak Silat, seni bela diri asli warisan luhur nenek moyang Indonesia inilah, kita seolah dipaksa kembali menyimak dan menengok sejarah bahwa ternyata bangsa ini memiliki ‘aset’ yang tak kalah kokoh dalam ikhtiarnya berbakti pada ibu pertiwi. Ditengah serbuan budaya luar yang semakin semarak, yang tak jarang pula meniupkan inferioritas dan menular, ditengah kegamangan sosial dan keresahan akan tergerusnya jati diri bangsa oleh liberalisasi budaya dewasa ini, Pencak Silat mampu dengan percaya diri menjadi salah satu filter budaya dan menjawab lantang tantangan itu dengan prestasi nyata!

Pencak Silat selama ini mungkin lebih identik dengan kekerasan, aliran bela diri yang di cap ndeso dan akhirnya berbondong-bondong ditinggalkan oleh anak muda negeri ini, atau bahkan mungkin kalah pamor dari bela diri impor macam Karate, Wushu, Taekwondo, Muay Thai, Judo, dll. Pencak Silat dipandang sebelah mata dan tak begitu mendapat perhatian, sampai pada akhirnya keberhasilan para atlet Silat yang tak tanggung menggebraknya di Asian Games sontak menghentakkan khalayak ramai.

Jika kita tilik kembali sejarah bangsa ini yang dulunya terdiri dari kerajaan-kerajaan yang berjaya pada masanya, sebagai contoh Majapahit yang daerah cakupannya mencapai Asia tenggara dan Asia Timur jauh selama lebih dari 200 tahun sejak 1293-1500an dikomandoi Mahapatih Gajahmada dengan Sumpah Amukti palapa, sungguh kita akan sadar betapa hebat pendahulu tanah nusantara. Sebelum era Majapahit, kita disuguhkan cerita pada 1290 tentang seorang Kaisar dari kerajaan terbesar di dataran Cina bernama Kubilai Khan (raja Mongolia dari keturunan Dinasti Yuan) yang menantang Singhasari untuk membayar upeti dan menyatakan kesediaan takluk kepada kerajaan Mongol dengan mengirimkan utusan bernama Meng Khi kepada Prabu Kertanegara. Oleh Kertanegara, dihajarnya utusan itu hingga babak belur, diiris kedua telinga Meng Khi dan memekik “bilang pada rajamu, Singhasari tak sudi dijajah Cina!” Sebagai balasan atas penolakan dan tantangan Kertanegara, Kubilai Khan mengirim puluhan ribu pasukan dalam ribuan kapal perang ke pulau Jawa untuk meluluh-lantakkan Singhasari, perang terjadi namun Singhasari tetap kokoh berdiri. Sejarah telah mencatat heroiknya pendahulu kita mencintai negeri ini melalui Pencak Silat, mulai dari Sultan Hasanuddin, Ahmad Matulessy, Sentot Alibasya Prawirodiredjo panglima perang Pangeran Diponegoro dll. Sampai pada masa pengusiran penjajah baik dengan konfrontasi fisik maupun diplomasi politik. Pahlawan dari tanah Minang yakni Datuk Tan Malaka yang lewat tulisannya Naar de Republiek Indonesia menjadi manuskrip awal disusunnya negara Indonesia, pada masa mudanya juga dibekali Silek (Silat) Minang, karena salah satu syarat gelar bangsawan Datuk diberikan adalah harus menguasai beladiri Silat. Tak ketinggalan ada RM Tirto Adhi Soerjo (bapak pers nasional) yang belajar Silat di ndalem Kadipaten Bojonegoro, Mas Marko Martodikromo, Ki Ageng Suro Diwirjo, Jendral Sudirman, Ki Hajar Dewantara hingga Presiden Soekarno, dll yang tak mungkin disebut satu-persatu, mereka semua adalah pendekar Silat yang berjuang tak hanya dengan fisik namun juga berjuang melalui jalur politik, lewat otak dan tulisannya. Negeri ini mampu mengatasi itu semua, dan salah satu alat yang digunakan adalah bela diri Pencak Silat.
 
Saat ini kita berada di milenium kedua, dimana garis antar budaya kian tak berbatas. Namun demikian sudah sepantasnya semangat berbudaya bangsa ini senantiasa kita jaga bersama kelestariannya, termasuk Pencak Silat. Dan para Pendekar yang berlaga di Asian Games, mereka tak hanya menjaga asa, lebih dari itu, mereka mengharumkan dan menjadi pembukti paling pamungkas bahwa Pencak Silat tak akan punah di negeri sendiri. Mereka pemuda-pemudi biasa, yang menjadikan mereka extra ordinary adalah bahwa mereke berjuang dan tekun berlatih lebih dari yang lain, mereka going to extra miles dengan determinasi prima untuk meraih prestasi. Merekalah Pahlawan jaman now bangsa ini, pemuda-pemudi yang menjadi garda penjaga budaya, menjadi juara dan mengenalkan Silat kepada generasi saat ini dan akan datang. Semangat mereka yang harusnya di follow, keberadaan mereka yang harusnya di-viralkan, dan sejarah telah mencatat nama mereka, inilah para Jawara Nusantara itu:

Women's Single
Puspa Arum Sari @arumdara

Men's Double
Yola Primadona @yollaprimadonajampil
Hendy @hendi_ketek

Men's Team
Nunu Nugraha @nunu310189
Asep Yuldan Sani @asepyuldansani
Anggi Faisal Mubarok @anggiimubarook

Men's Class I
Aji Bangkit Pamungkas @ajibangkitpamungkas

Men's Class E
Komang Harik Adi Putra @harikadiputra

Men's Class D
Iqbal Candra Pratama @iqbal_candra

Women's Class C
Sarah Tria Monita @sarahtr_monita

Men's Class B
Abdul Malik @malickjhokam

Men's Single
Sugianto @gie_sugianto

Women's Double
Ayu Sidan Wilantari @sidanwilantri
Ni Made Dwiyanti @dwi_viloveta

Women's Team
Pramudita Yuristya @pramuditayuristya
Gina Tri Lestari @ginatrilestari
Lutfi Nurhasanah @lutfinurhasanah19

Women's Class D
Kamelia Pipiet @kameliapipit

Men's Class C
Hanifan Yudani Kusumah @hanifan_yk

Women's Class B
Wewey Wita @w2y_wita

20 pendekar, 14 emas, 1 semangat juara, tekad itulah yang menjadi pemantik keberhasilan para pendekar kita menyapu bersih semua medali emas cabor Pencak Silat, trengginas! Tentu keberhasilan itu tak dapat dilepaskan dari kontribusi besar dan dedikasi para pelatih, yang dengan ketekunan dan sabar selalu gigih melatih anak didiknya untuk berikan yang terbaik, yang senantiasa berkomt-kamit mulutnya merepal doa saat anak didiknya berlatih maupun bertanding di gelanggang. Sifat asah, asih, asuh dalam padepokan Silat yang diberikan para pelatih dengan penuh semangat.
Mas Edy Suhartono, salah satu pelatih kontingen Pencak Silat Indonesia
 Kegemilangan Pencak Silat menyapu seluruh medali emas di Asian Games 2018 tentu menjadi kebanggan bagi seluruh rakyat Indonesia. Kebanggaan juga dirasakan Pengurus Besar Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) yang dikomandoi Prabowo Subianto Djojohadikusumo sebagai Ketua Umum. Pendekar yang juga Presiden Persekutuan Silat Bangsa-bangsa (Persilat) ini tak diragukan lagi peran dan jasanya untuk membesarkan Pencak Silat nasional, baik moril maupun materiil. Kilas balik pada Desember 2016 Kejuaraan Dunia Pencak Silat ke-17 di Bali yang menghabiskan anggaran Rp. 14, 8, Ketua IPSI dengan tanpa eman menjadi donatur seluruh biaya demi tetap berlangsungnya kejuaraan ini. Prabowo yang rumanya rela dijadikan tempat latihan Pencak demi atlet-atlet Silat berprestasi, telah memimpin dunia Persilatan Indonesia lewat IPSI sejak 2012-2016 dan 2016-2020. Prestasi di Asian Games 2018 seolah mengulang sejarah kedigdayaan Pencak Silat tanah air pada Sea Games 2013 Myanmar yang juga berhasil menyapu bersih semua medali emas. Tanpa sorotan kamera dan ingar-bingar media, betapa membanggakan prestasi Pencak Silat ditangan kepemimpinan nasional dari seorang pendekar yang tangguh dan ksatria. Sepi ing pamrih, rame ing gawe...
Prabowo juga tak letih menyemangati dan memberi suntikan semangat kepada para pesilat, seperti dituturkan salah satu atlet sebelum bertanding dalam akun sosial media instragamnya @hanifan_yk; “Bismillah ya Allah, my team Pencak Silat. Kami siap bertarung demi harga diri bangsa dn negara. Kami siap berikan yang terbaik demi bangsa tercinta. Terimakasih pak @prabowo atas motivasi yang dilontarkan dengan penuh makna dan ambisi. insyaAllah kami akan berjuang maksimal dengan ikhlas. Semoga Allah SWT melancarkan kami di perjuangannya...”
Salah satu peraih medali emas Yola Primadona Jampil dan Hendy saat diwawancarai media mengatakan: “Bersyukur atas medali emas yang kita raih, karena ini pertama kalinya Silat dipertandingkan di Asian Games dan sejajar dengan cabang olahraga lain. Terimakasih kepada pak Prabowo sebagai Ketua Pencak Silat yang benar-benar mendedikasikan dirinya tanpa tak kenal lelah untuk dunia Silat Indonesia. Medali emas ini kami persembahkan untuk warga Lombok agar tetap sabar dan semangat menjalani hidup...” diakhiri dengan mata yang mulai berkaca-kaca karena haru. Pendekar!
 
 
Ada cerita unik di final Silat Asian Games 2018 27 dan 29 Agustus saat orang banyak bertanya kenapa pak Prabowo baru datang menonton Pencak Silat di final. Bukan karena ingin pencitraan sekedar mengalungi medali kepada para juara, melainkan, itu adalah permintaan dari para anak-anak asuhnya (atlet Pencak Silat Indonesia) sendiri. Diungkap oleh bang Abdul Karim Al Jufri (Juara Dunia Pencak Silat tahun 2000), yang juga menjabat sebagai wakil manager timnas di Asian Games, ia menceritakan bahwa anak-anak (atlet) justru merasa grogi dan gugup jika pak Prabowo datang dan memberikan dukungan langsung. Hal ini sudah terjadi sejak lama.
“Pernah suatu ketika, pak Prabowo datang ingin menonton mereka bertanding di Bangkok, Thailand. Mengetahui hal tersebut, akhirnya pak Prabowo tidak menonton langsung di lapangan, melainkan menunggu di ruang tunggu (tidak ada TV) sambil terus bertanya kepada tim bagaimana keadaan anak-anak di arena,” jelasnya.
Lagi, ungkap bang Abdul, “pak Prabowo sangat menyayangi anak-anak asuhnya. Justru pak Prabowo yang paling rewel soal logistik anak-anak, baik dari makanan, minuman, sampai vitamin para atlet. Tak segan-segan pak Prabowo mengeluarkan uang pribadinya untuk mendanai kebutuhan anak-anak asuhnya, baik logistik, ataupun ongkos bertanding mengikuti kejuaraan. Bahkan rumahnya di Hambalang pun dijadikan arena latihan bagi anak-anak asuh kesayangannya itu.
“Pak Prabowo tidak pernah menjaga jarak dengan anak-anaknya tersebut, beliau menyayangi mereka seperti anaknya sendiri, dan anak-anak pun menyangi beliau seperti menyangi ayahnya sendiri. Pak Prabowo tidak pernah membebani tuntutan apapun kepada anak-anak, seperti menargetkan medali. Beliau hanya berpesan ‘lakukanlah yang terbaik, insyaAllah hasil akan mengikuti’, dan diakui oleh anak-anak, justru itu malah menjadi motivasi yang sangat berharga, karena mereka menjadi lepas dan bertanding tanpa beban.” Demikian sedikit cerita dari Abdul Karim Al Jufri, wakil manager tim Pencak Silat di Asian Games 2018, yang juga merupakan salah satu mantan Juara Dunia Pencak Silat.
 
Melalui Pencak Silat pula, terbukti kesatuan dan persatuan Indonesia menjadi kembali erat, kesejukan persatuan yang selama ini koyak akibat tensi politik yang makin menajam menjelang Pilpres 2019. Adalah Hanifan Yudani Kusuma, salah satu peraih emas Pencak Silat, yang pelukannya menyatukan dua calon Presiden RI, Jokowi dan Prabowo. Hanifan yang naik ke tribun VIP dimana Jokowi dan Prabowo mendukungnya selama pertandingan, disambut lebih dulu oleh Jokowi dengan jabatan tangan, sejurus kemudian Hanifan menghampiri Prabowo dan memeluk erat sang Ketua IPSI, pelukan Pendekar dan ksatria pilih tanding. Hanifan kemudian menyatukan Jokowi dan Prabowo, pelukan yang menyejukkan dari seorang Pesilat, simbol pengingat pada segenap tumpah darah bahwa Indonesia dalam keberagamannya adalah satu dan bersatu Indonesia akan kuat. Pencak Silat yang didalamnya diajarkan cinta kasih dan persaudaraan universal, dapat menunjukkan kiprahnya sebagai salah satu alat pemersatu bangsa.
Kita semua memiliki impian agar Pencak Silat makin dikenal oleh dunia dan dipertandingkan di ajang Olimpiade. Cabang Olahraga Pencak Silat sendiri untuk kali pertama baru dipertandingkan di Asian Games. Tentu saja harus kita kuatkan dulu kecintaan kita pada bela diri ini, seperti kata pak prabowo, “suatu saat nanti, olah raga khususnya Pencak Silat akan jadi ekskul wajib di sekolah-sekolah kita”. Sebagai insan Silat Indonesia, Penulis juga tak ingin kalah dari keberhasilan para jawara Silat Asian Games. Tentu untuk menyaingi prestasi mereka tidak dimungkinkan, hanya tips bela diri praktis yang sebelumnya pernah ditulis saja yang dapat dibagikan sebagai kontribusi untuk mengenalkan Pencak Silat lebih luas agar dicintai masyarakat. Ada disini:http://abintaraisme.blogspot.com/2014/09/tips-bela-diri-praktis.html

Akhirnya tulisan ini harus dicukupkan. Selamat kepada kemenangan para atlet, beserta pelatih dan jajaran pengurus Pencak Silat Indonesia. Kemenangan ini adalah kemenangan kita bersama sebagai sebuah bangsa. Para pesilat tersebut seolah hendak berkata; “dari jaman Sriwiaya, Majapahit, Siliwangi, Pajajaran, Singhasari, Majapahit, dll hingga detik ini, bumi nusantara yang kita pijak ini adalah tanahnya para pendekar Silat!”
 

“Anak-anak lain boleh bangga dengan permainan asing, tapi kalian harus bangga dengan Pencak Silat Kalau cinta dengan Pencak Silat, pasti akan bangga menjadi anak Indonesia. Pencak Silat sebagai budaya dan sejarah Indonesia, bagian dari budaya bangsa yang cerdas. Pencak Silat adalah bagian dari kehormatan bangsa!”

-       Prabowo Subinto Djjohadikusumo, Ketua Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) & Pemimpin Persekutuan Silat antar Bangsa (PERSILAT)

Berkepribadian dengan bela diri asli warisan luhur budaya bangsa: PENCAK SILAT MAJU, INDONESIA JAYA!




Surabaya, 01 September 2019
Dengan syukur yang takdzim


Pesilat PSHT,
Firman Sentot Abintara P.

Jumat, 31 Agustus 2018

Negeriku (Gus Mus)

Mana ada negeri sesubur negeriku?
Sawahnya tak hanya menumbuhkan padi, tebu, dan jagung
tapi juga pabrik, tempat rekreasi, dan gedung

Perabot-perabot orang kaya didunia
dan burung-burung indah piaraan mereka
berasal dari hutanku
Ikan-ikan pilihan yang mereka santap bermula dari lautku
Emas dan perak perhiasan mereka digali dari tambangku
Air bersih yang mereka minum bersumber dari keringatku

Mana ada negeri sekaya negeriku?
Majikan-majikan bangsaku memiliki buruh-buruh mancanegara
Brankas-brankas ternama di mana-mana menyimpan harta-hartaku
Negeriku menumbuhkan konglomerat dan mengikis habis kaum melarat
Rata-rata pemimpin negeriku dan handai taulannya terkaya di dunia

Mana ada negeri semakmur negeriku?
Penganggur-penganggur diberi perumahan
Gaji dan pensiun setiap bulan
Rakyat-rakyat kecil menyumbang negara tanpa imbalan
Rampok-rampok diberi rekomendasi dengan kop sakti instansi
Maling-maling diberi konsesi
Tikus dan kucing dengan asyik berkolusi

 KH. A. Mustofa Bisri (Gus Mus)

Sabtu, 21 Juli 2018

Filsafat Secangkir Kopi



Seorang Profesor berdiri di kelas filsafat. Saat kelas dimulai, sang dosen mengambil toples kosong dan mengisi dengan bola-bola golf. Kemudian ia berkata pada para mahasiswanya, “apakah toples sudah penuh?” Mereka setuju!

Kemudian sang Profesor menuangkan batu koral ke dalam toples, mengguncangnya dengan ringan hingga batu-batu koral mengisi tempat yang kosong diantara bola-bola golf. Kemudian ia bertanya pada para mahasiswanya, “apakah toples sudah terisi penuh?” Mereka setuju!

Selanjutnya sang dosen menabur pasir ke dalam toples, tentu saja pasir menutupi semuanya. Profesor itu sekali lagi bertanya, “apakah toples sudah penuh?” Mereka setuju!

Lalu dia menuangkan secangkir kopi ke dalam toples dan secara efektif kopi mengisi ruangan kosong diantara pasir. Para mahasiswa tertawa...

“Sekarang aku ingin kalian memahami, bahwa toples ini mewakili kehidupanmu! Bola-bola golf adalah hal-hal penting. Tuhan, keluarga, anak-anak dan kesehatan. Jika yang lain hilang dan hanya tinggal mereka, hidupmu masih tetap utuh!!”

Suasana kelas jadi sunyi...
Batu-batu koral adalah hal-hal lain, seperti pekerjaanmu, rumah, mobil dll. Pasir adalah hal-hal sepele. Jika pertama kali yang kalian masukkan ke dalam toples adalah pasir, maka tidak akan tersisa ruangan untuk batu-batu koral dan bola golf. Hal yang sama akan terjadi dalam hidupmu, you won’t had enough space for things that matters in life if you spend your energies for unnecessaries, kalian takkan punya ruang untuk hal-hal penting dalam hidupmu jika kau habiskan energi untuk hal-hal sepele.

Kelas dalam keadaan khidmat...
“Berilah perhatian untuk hal-hal penting yang menjadi bahagiamu. Bermainlah dengan anak-anakmu, bercanda dengan isteri dan ajak keluar makan malam atau sekedar mampir ke toko buku, luangkan waktu untuk olahraga dan check up kesehatan. Berikan prioritas terlebih dahulu kepada bola-bola golf, things that matters in life, baru kemudian urus pasirnya. Renungkan!”

Kelas mendadak hening yang tak biasa, mereka langsung mencoba mereka-reka dan mendaftar hal-hal apa saja yang penting dalam hidup. Kemudian salah satu mahasiswa mengangkat tangan dan bertanya, “lantas kopi mewakili apa, Prof?”

Profesor tersenyum, “aku senang kau bertanya. Itu untuk menunjukkan pada kalian, bahwa sekalipun hidupmu tampak sudah terasa sangat penuh, usahakan agar tetap selalu ada waktu dan tempat buat secangkir kopi bersama SAHABAT...”




Disadur dari buku “Bukan untuk Dibaca” karya Deassy M. Destiani
Bab 6. Kerja, Subbab 10: Dahulukan yang Paling Penting
Tentu saja masih banyak foto coffee time temn-teman yang belum terapload