Minggu, 12 Juli 2015

Kupersembahkan untuk...



Skripsi ini kupersembahkan untuk kedua orang tua terkasih, terimakasih sedalamnya atas setiap keringat dan air mata yang tertetes serta doa yang senantiasa terucap…



Untuk mereka, Sahabat yang selalu mendukung:

Piteriya, Jun Ardianto, 5 tahun bersama di Malang dalam satu atap, setelah ini kita takkan bingung lagi dengan pembayaran listrik dan air, sampai bertemu lagi di masa depan…


Adiyat “boyek” Augusty, Ali Akbar, Ardon, Nanang “suhu” Fauzi, Rifqi Hilman, Jemni “ikan” Fatiqlal. Teman-teman yang mengajarkan untuk selalu Rebel dalam perkuliahan dan pertongkrongan. Sampai berjumpa lagi di masa depan, semoga kita bisa jadi “mafia” dan dinaungi kebaikan seterusnya. Jadilah semua yang kalian cita-citakan, berjayalah…

Achmad “ashe” Syarief, Saka Puji, Favian Arsyi, Risvandi “nyot” Firmansyah, Dwi “komputer” Rahayu, Indah Mustiko, Desi Kurnia, Dessy Alawiyah, Septy “cecep” Erika, Fitria “gembel” Rosida, Gita Santika, Roro Khairotul, Lina Triyani, Kafid Musyafa, Aris “tarzan” Indallah dan sahabat-sahabat lain, terimakasih atas sedikit waktu yang pernah diberikan, kalian semua selalu terselip disini *tunjukhati*…
Mifta J, Alfi Ardhian, terimakasih pernah menjadi fans garis keras…

Mereka, wadah candradimuka:
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Pertanian, terimakasih sedalamnya telah mewadahi orang udik seperti kami, banyak ilmu dan pegangan baru yang didapatkan disini. Tentu saja satu yang paling diingat yakni untuk belajar berpikir out of the box. Yakusa…

UKM Center for Agriculture Development Studies (CADS), terimakasih atas kesempatan yang telah diberikan untuk aktualisasi diri dengan baik. Semoga dikemudian hari bisa banyak membantu memenuhi rak buku perpustakaan gubuk tani.
Semoga selalu jadi “rumah tani” bagi kami semua. Lit volat propiis

Serta untuk mereka, tempat berlari:
Mahameru dan Ranu Kumbolo, Mahapena dan Arjuno,
taman hidup dan Renganis, Cemorosewu dan Lawu, Latar Ombo dan Panderman, hidung mancung Putri Tidur, Puncak Pawitra dan bayangannya,
puncak Syarif dan Merbabu,
bersama awan dan kabut lembah tipis-tipis ribuan meter diatas permukaan laut…

Akhirnya, terimakasih atas semua-muanya!
 

Sabtu, 11 Juli 2015

Skripshoooootttt



Tulisan kali ini akan sedikit menceritakan mengenai skripsi yang telah kuselesaikan sebagai syarat meraih gelar strata-1 sarjana pertanian. Sedikit saja, karena memang otak ini sudah benar-benar muak dengan angka-angka perhitungan regresi, revisi, dan segala yang berhubungan dengan skripsi. Penulisan kali ini juga ditulis seingat saja, males kalau harus buka-buka file skripsi lagi, pakai gaya bahasa santai biar ndak methenteng terus. Baiklah, ini dia.
Skripsi yang kukerjakan berjudul “Analisis Faktor-faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Diversifikasi Konsumsi Pangan pada Rumah Tangga Petani Padi (Studi Kasus di Desa Sedeng, Kecamatan Kanor, Kabupaten Bojonegoro)”. Kata kunci dari judul diatas terletak pada Diverisifikasi konsumsi pangan. Yang dimaksud diversifikasi konsumsi pangan menurut bahasaku sendiri, yakni konsumsi pangan guna mencukupi energi untuk aktivitas sehari-hari yang didapatkan dari berbagai sumber pangan. Sebenarnya akar permasalahannya terletak pada topik utama yakni ketahanan pangan. Kemudian ketahanan pangan dibagi dalam 4 aspek, yakni sisi ketersediaan (availability), konsumsi (consumption), stabilitas (stability), dan keterjangkauan (accessibility). Diversifikasi pangan merupakan salah satu penguat ketahanan pangan dari aspek konsumsi, karena sejatinya pertanian Indonesia tak hanya melulu tentang padi. Dengan mempertimbangakan berbagai kompleksitas di bidang pertanian yang tak perlu kujelaskan dalam tulisan ini, konsumsi dari satu jenis bahan pangan saja akan membahayakan keadaan pangan pada suatu wilayah. Kluster wilayah cakupan dalam membahas pangan yakni dari tingkat paling makro hingga ke mikro, dari tingkat nasional, daerah, kota, dan sampai kemudian yang terkecil yakni tingkat rumah tangga. Secara gampangnya, ketahanan pangan bisa dikatakan kuat bila sampai tingkat rumah tangga mampu memenuhi kecukupan pangannya dengan baik sesuai 4 aspek ketahanan pangan diatas,
Sumber pangan yang secara umum dikonsumsi orang modern jaman sekarang tentu sudah kita sama-sama tahu, kalau tidak dari nasi juga gandum-ganduman (roti dan mie), karena kedua pangan ini memiliki energi Kkal (kilo kalori) yang tinggi. Secara ilmiah pada skripsiku ada 8 bahan pangan, yakni padi-padian, umbi-umbian, pangan hewani, minyak dan lemak, biji berminyak, kacang-kacangan, gula, sayuran dan buah. Kesemua bahan pangan ini haruslah dikonsumsi berimbang sesuai dengan anjuran yang telah ditetapkan para ahli, takarannya akan sangat merepotkan kalau kutulis ulang. Kalau mau tahu bisa dicari sendiri di internet, atau kalau mau lengkapnya hubungi saja disini firmansentotap@gmail.com nanti kukasih file skripsiku lengkap dengan syarat benar-benar dibaca.
Sasaran penelitianku adalah para petani padi tetangga rumah, kebetulan lokasi penelitian adalah kampong halaman sendiri. Petani disini menanami sawahnya selalu padi penuh dalam setahun, yang sebenarnya tidak baik dilihat dari segi ekologis. Dari sisi usahatani pun mungkin juga kurang menguntungkan, maka dari itu dipilihlah responden rumah tangga petani padi.  Alasan lain yang kubuat-buat waktu konsultasi ke bu Fah (dosen pembimbing skripsiku yang suuuuuper ridgit), kalau rumah tangganya saja nanam padi selama setahun penuh, pasti akan banyak berimbas pada konsumsi rumah tangga yang didominasi mutlak oleh bahan pangan padi-padian kan. Ini alasanku yang syukur benar bisa diterima kanjeng mami (kupanggil demikian bu Fah), padahal menurutku masih klise hehe.
Selanjutnya konsumsi pangan suatu rumah tangga dipengaruhi dan dibentuk juga oleh faktor-faktor sosial ekonomi atau karakteristik internal masing-masing rumah tangga. Faktor sosial meliputi Pendidikan kepala keluarga dan ibu rumah tangga, umur kepala keluarga dan ibu rumah tangga, jumlah anggota rumah tangga dan pengetahuan ibu tentang gizi. Sedangkan faktor ekonomi terdiri dari pendapatan perkapita rumah tangga dan pemanfaatan lahan pekarangan. faktor sosial-ekonomi yang didapatkan dari penggalian data primer ini nantinya digunakan sebagai variabel dalam model regresi linear berganda.

Ada 2 (dua) tujuan yang hendak dicari jawabannya dalam penelitian ini, yakni untuk menganalisis tingkat diversifikasi konsumsi pangan dan menganalisis faktor-faktor sosial ekonomi yang berpengaruh (secara signifikan) terhadap diversifikasi konsumsi pangan rumah tangga petani padi. Untuk menjawab tujuan pertama digunakan perhitungan Angka Kecukupan Energi (AKE) terlebih dalu, baru kemudian dihitung kecukupan konsumsi pangan rata-rata perkapita perhari pada tiap rumah tangga responden dengan ketetapan Pola Pangan Harapan (PPH). Pada tahap perhitungan ini sebenarnya sederhana saja, namun banyaknya responden dan angka-angka yang harus dikaji buat kepala puyeng. Ada 42 responden dalam penelitian ini, jumlah tersebut didapatkan dari formula rumus Slovin. Mendapatkan AKE diperoleh dengan wawancara intensif terhadap ibu rumah tangga mengenai apa-apa dan berapa saja berat (dalam gram) bahan pangan yang dikonsumsi rumah tangga melalui metode food recall 1x24 jam. Jenis pangan dan berat pangan yang didapat kemudian ditransformasikan kedalam kkal/kap/hr agar lebih seragam dan mudah dianalisis. Dari anga tersebut kemudian dilakukan penghitungan lagi guna mendapatkan nilai PPH tiap rumah tangga. AKE dan PPH sudah memiliki ketetapan perhitungan baku, jadi hasil angka analisis yang didapati sudah pasti akurat dan kredibel, tak mungkin meleset.
Tujuan kedua dijawab dengan menggunakan analisis regresi linear berganda. Alat analisis software SPSS 16.0 kugunakan sebagai senjataku. Faktor sosial-ekonomi juga didapati dari wawancara intensif. Hasil yang didapat kemudian di input kedalam model, dan *jengjeng* hasil analisis akan muncul di layar leptop. Proses ini terlihat mudah, tapi pada tahap ini sungguh dulu aku merasa mau “patah”. Tak terjitung berapa ratus kali mencoba input data agar hasil analisis yang keluar setidak-tidaknya mendekati ketetapan teori yang berlaku, setidak-tidaknya mendekati. Permainan angka tak lagi berkutat, pada satuan, melainkan sekian 0 dibelakang koma. 0,00xx.., 0,0210xx…, dll. Waktu itu mau pataaaahhhhhhhh, KZL KZL KZZZLLLLL… huahahaha!

Berdasarkan hasil penelitian konsumsi pangan didapatkan rata-rata konsumsi pangan berada pada angka 2001,67 Kkal/kap/hari atau 93,1% dari standar ketetapan AKE yakni 2150 Kkal/kap/hari. Jumlah angka yang diperoleh menandakan bahwa jumlah berat maupun konsumsi pangan energi pada rumah tangga petani padi masih kurang baik walaupun sudah mendekat ketetapan AKE. Namun berdasarkan indikator cut of  points dimana hasil proporsi konsumsi dari AKE sebesar 70-100% atau diatas 1505 kkal/kap/hari menunjukkan kondisi tahan pangan dan sekurangnya menunjukkan kondisi sebaliknya. Dari 42 responden rumah tangga petani padi ditetapkan keseluruhannya tahan pangan. Kemudian dari perhitungan PPH didapatkan rata-rata skor yakni 71,71. Hasil ini masih jauh dari skor PPH normatif yang ditetapkan yakni 100. Bila skor PPH terpenuhi atau berkualitas sama sama dengan proyeksi skor Pola Pangan Harapan yang hendak dicapai pada tahun 2014 yakni sejumlah 93,3 maka masuk karakteristik rumah tangga PPH terpenuhi. Sayangnya dari 42 responden tak ada satupun rumah tangga yang bahkan skornya mencapai skor yang ditetapkan pemerintah untuk dicapai. Maka dinyatakan tak ada satupun rumah tangga petani padi di lokasi penelitian yang masuk kategori PPH terpenuhi.
Angka Kecukupan Energi (AKE) mewakili kuantitas pangan, sedangkan Pola Pangan Harapan (PPH) menggambarkan kualitas pangan yang dikonsumsi. Kesimpulannya adalah dari segi kuantitas tak perlu diragukan bahwa rumah tangga petani padi di lokasi penelitian mampu memenuhinya dengan baik. Hal sebaliknya terjadi ketika dihadapkan dari sisi kualitas konsumsi pangan. Tujuan analisis pertama terjawab, menginjak ke tujuan kedua yang bahasa gampangnya adalah para rumah tangga petani padi ini mengkonsumsi makanan dipengaruhi oleh faktor apa saja.
Hasil analisis regresi linear berganda menunjukkan ada 4 faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan rumah tangga dalam memilih pangan yang lebih beragam, yakni pendidikan ibu rumah tangga, pengetahuan ibu tentang gizi, pendapatan perkapita rumah tangga dan pemanfaatan lahan pekarangan. Tak perlu kujelaskan lebih mendetail bagaimana bisa kudapatkan hasil demikian karena kepalamu bisa pecah kalau mau nyerna penelitian ini (*sombooonggg*), akan kujelaskan singkat saja. Jadi semakin tinggi pendidikan ibu rumah tangga maka akan semakin baik pula preferensi pemilihan pangan yang lebih beragam bagi keluarga. Pengetahuan ibu tentang gizi akan sangat berpengaruh pada pemilihan jenis pangan, makin banyak tahu makin baik pula pangan yang dipilih. Pendapatan perkapita rumah tangga yang tinggi akan memberikan dampak bagi alokasi lebih pembelanjaan pangan sehingga kondisi pangan keluarga dapat lebih dikondisikan dan berkualitas. Kemudian pemanfaatan lahan pekarangan dinilai menggunakan variabel dummy, dan rumah tangga yang memanfaatkan lahan pekarangannya untuk pertanaman akan lebih baik pula kondisi pangan keluarga petani padi.

Skripsi ini kuselesaikan dalam waktu 7 bulan, terhitung mulai dari pembuatan (revisi proposal lama) proposal pada oktober 2014. Nopember 2014 seminar proposal, Desember penelitian, Januari-februari 2015 olah data dan analisis input serta pengerjaan hasil dan pembahasan, maret seminar hasil dan april ujian siding komprehensif. Sebenarnya proposal sudah selesai dibuat pada april 2014, namun kala itu masih terjebak dengan “Zona berbahaya”, bawaannya pingin urusi organisasi dan pingin mbolang. Padahal sudah semester 8, dan aku belum juga ke dosen pembimbing untuk konsultasi proposal. Sudah pula kubilang bapak bahwasannya diri belum siap lulus disemester 8. Ketika ditanya kenapa, alasannya karena masih banyak hal yang belum dikerjakan. Untung babe memaklumi, dan kujanjikan wisuda disemester 9. Ternyata tembus sampai semester 10, wkwkwk kampret bener.
Skripsi ini dibawah bimbingan prof. Nuhfil dan bu Fahriyah. Prof. Nuhfil pada waktu itu mencalonkan diri jadi rektor UB namun gagal, kemudian jadi Dekan Fakultas Pertanian UB. Sedangkan bu Fah adalah dosen Prodi Agribisnis yang terkenal ridgit dan teliti, kualitas dosen lulusan terbaik kampus IPB. Bangga sekali diri ini digembleng 2 orang “legend” milik Faklutas Pertanian. Walaupun lulus dengan bersusah-susah payah, namun banyak juga manfaat yang dituai. Juga lulus tercepat diantara para Rebels (rekan-rekan sepertongkrongan), huahaha…

 Ada cerita unik yang ingin juga kubagikan. Ujian sidang skripsiku mungkin adalah yang tercepat dalam sejarah Fakultas Pertanian, hanya sekitar 50 menit dari jatah waktu “pembantaian” yang diberikan yakni 2 jam. Entah karena keberuntungan atau memang karena pancene-aku-sangar-tenan, tapi setiap pertanyaan yang terlontar waktu itu terjawab dengan baik. Sidang berjalan cepat, lugas, dan sesekali lucu, kemudian berakhir. Kebetulan memang Prof. Nuhfil adalah juga expert dibidang ketahanan pangan. Di akhir sesi sidang skripsi, Prof. Nuhfil meminta kesediaanku untuk berbagi data skripsi, mau disadur dalam jurnal tulisannya, katanya seperti itu. bayangkan saja namaku nanti akan muncul di jurnal internasional milik beliau, Putra (2015). Sayange kok jenengku akhire Putra, nek Abintara (2015) kan ketok keren yo to hahaha…
Sekian saja, selamat tinggal skripshot, skrip yang sudah di shot!
Saatnya gunakan gelar kesarjanaan guna menapak ke level yang lebih tinggi, mari bersaing…