Senin, 05 Mei 2014

Kultwit 1 (Lek Su, Sawah dan Lembaga Pertanian)

1. Tadi waktu tahlilan orang-orang ngadu ke aku, katanya sulit dapat pupuk yang biasanya didapat dari kelompok tani (Poktan)
2. Kalau disini pupuk biasanya di drop ke tiap Poktan, dan dalam satu desa bisa berisi dua hingga tiga Poktan.
3. Jenis pupuknya macam-macam, ada Phonska, ZA, Urea, SP36, dan satu lagi pupuk kompos. Untuk pupuk terakhir ini baru dianjurkan
4. kebijakan pupuk kompos baru di galakkan oleh pemerintah setempat, melihat kondisi tanah yang makin 'pero', gersang, katanya
5. Masalah utama ada pada sistem distribusi dan pembagian. Petani seringkali tidak kebagian jatah pupuk. Mau cari diluar? tekor
6. Harga pupuk sudah mendapat subsidi pemerintah. Kata lek su satu karung urea 100rb, diluar Poktan 140rb lebih
7. Itu pun juga kalau ada. Di toko-toko pertanian pupuk sudah sangat langka, dimana-mana ndak ada, 'tekor bensine' kata lek su
8. Sedang distribusi dalam Poktan juga rawan terjadi permainan. Seringkali pupuk yang sudah dipesan sesuai porsinya, hilang !
9. Hipotesisnya pertama, pupuk dibeli petani diluar poktan. Pengurus Poktan bisa saja menjual dengan harga lebih, ngeruk untung
10. Hipotesis kedua, nepotisme. Distribusi ke tetangga-tetangga terdekat. Jadi yang jauh-jauh ndak kebagian. Disini ada 4 dusun
11. Seringkali petani yang sudah mulai nanam padi tidak punya pupuk, petani yang baru sebar 'wineh' pupuknya berkarung2 dirumah
12. Mau cari di tempat lain susahnya minta ampun, sudah dibilang di awal, pupuk langka! Petani hanya nggantungkan pupuk Poktan
13. Pupuk Poktan tadi sudah jadi kebijakan pemerintah. Maksudnya baik, biar pupuk tadi gampang distribusinya, tapi ada tapinya
14. Tapi tadi perlu di perbaiki sistem manajemen dan kelembagaannya. Bisa dalam bentuk peraturan dan sanksi bagi yang 'nakalan'
15. Itu aja baru masalah A tentang pupuk, dengar2 tahun depan pupuk sudah tidak disubsidi, mau beli pake uang apa terus petani?
16. Masalah selanjutnya adalah tentang nakalnya pegawai penyuluh pertanian, biasanya petani sini nyebutnya mantri tani atau PPL
17. Sudah di petakan satu mantri satu desa. Lha ini tadi yang curhat ke aku samasekali ndak pernah tau siapa mantri mereka
18. Entah ndak tau atau entah mantrinya yang nakalan, cuman setau saya memang ndak pernah ada penyuluhan di kampung ini.
19. Kalau ndak ada mantri gini petani mau curhat kemana? Entah itu masalah hama, penyakit, pemasaran, saprodi de el el
20. Paling-paling mereka curhatnya ke saya, itu pun kalau saya dirumah Lha kalau saya di Malang kuliah ya kasian juga
21. Masalah lainnya yakni tentang hama dan penyakit. Tikus, sundep, potong leher, ketiga ini momok pagi para petani di kampung
22. Oiya maaf aku tadi pake kata 'saya', seharusnya enakan pake kata 'aku', khasnya kiai Kanjeng biar lebih keren
23. Kalo tikus aku sudah ngomong ke petani sini untuk ubah pola tanam. Biasanya jajar legowo hadap barat ganti aja hadap selatan
24. Kenapa diganti? Kata pak Gatot HPT, tikus itu 'wedian', sensitif terhadap perubahan sekecil apapun, termasuk pola tanam
25. Hama sundep aku belum bisa bantu, ilmuku masih kurang, masih cetek. Tapi sudah janji kalo bakalan bantu kok
26. Kalau penyakit potong leher, aku jelaskan ke mereka itu sebenarnya jamur, antagonis lebih tepatnya. Susah-susah gampang
27. Aku sudah bawakan kemarin dari kampus Trichoderma sp, untuk pencegahan jamur potong leher. Puji Tuhan hasilnya lumayan juga
28. Jadi Trichoderma sp ini jamur protagonis, aplikasi di awal tanam, nanti mereka ngembang sendirim, makin lama makin banyak
29. Trichoderma kalau di kampusku mungkin belum banyak yang tau, padahal ini penemuan dosen yang bagus untuk dikembang luaskan
30. Dulu waktu masih jadi pengurus kita sudah lakukan penyuluhan di desa binaan. Pengennya sekarang lebih luas lagi
31. Sudah juga aku bilangi ke orang2 yang sering nyari kodok dan ular di sawah, tolong jangan diteruskan, itu ngrusak ekosistem
32. Ular makan tikus. Kodok itu makan serangga, serangga bantu jaga populasi wereng biar ndak mbeludak. Keseimbangan lestari
33. Untuk masalah pupuk aku sarankan buat kelompok tani lagi, Ini akan lebih memudahkan petani kampungku ngatur perputaran pupuk
34. Kemudian untuk jawab masalah tani lain aku akan sering2 diskusi sama yg katanya pusat studi pengembangan tani itu
35. Kalau sudah di kampung gini lihat petani nyangkul sampe punggungnya melengkung dan mengkilat, beda sama mahasiswa disana
36. Mahasiswa yang ngakunya pertanian cuman gelut sama tugas-tugas. Padahal kuliah bukan hanya urusan kertas laporan --"
37. Makanya dulu aku ikut inget katanya Francis Bacon, Teori tanpa praktik itu bisu, praktik tanpa teori adalah buta
38. Tapi ada juga di organisasi ekstra lainnya yang ngomong aku ini kebanyakan teori. Loh ini aku praktik, kan? Ndak utopis lo
39. Seorang teman tempo hari ngomong, sekarang ini adalah hari-hari perbuatan! Ya teman, ini aku berbuat. kalian juga ya
40. Semoga bermanfaat, lain kali aku bikin kultwit yang nyeleneh lagi. Selamat bermalam mingguan, aku mau beli martabak dulu :p

Tidak ada komentar:

Posting Komentar