Rabu, 13 Januari 2016

Main Sebentar ke Kawah Ijen


Perjalanan ini sudah memang sudah direncankan jauh-jauh hari. Motivasiku pada waktu itu yakni untuk mengantisipasi rindu dipeluk udara dingin pada ketinggian beberapa ribu meter diatas permukaan laut, karena memang pada waktu itu akan masuk bulan Ramadhan, selama sebulan lebih sudah pasti tak punya kesempatan untuk aktivitas pendakian ataupun main ke suatu tempat yang indah untuk sekedar melepas hasrat berpetualang. Aku belum pernah ke Kawah Ijen sebelumnya, jadi alangkah amat sangat baik kalau kesempatan ini dimanfaatkan. Aku sengaja izin ke teman kerjaan waktu itu untuk ambil waktu selama 3-4 hari.
Setelah semua perlengkapan disiapkan, selasa 16 Juni 2015 berangkatlah aku naik motor ke Kawah Ijen, Bondowoso. Berangkat dari Malang pkl 08.10, sampai di pos Paltuding (perizinan) Kawah Ijen Bondowoso pkl. 15.44. Cukup jauh memang jalan yang ditempuh, dari Malang melewati beberapa kota, Pasuruan, Probolinggo, Situbondo, kemudian belok kanan arah menuju Jember dan Bondowoso. Aplikasi Google Maps sangat memudahkan, ditambah modal tanya-tanya dijalan. Sebelum bertualang sangat disarankan untuk mencari informasi seputar destinasi wisata yang akan dikunjungi.
Pos Paltuding merupakan pos perizinan. Untuk masuk ke kawasan wisata gunung Ijen dikenai biaya Rp. 5rb per kepala. Biaya parkir motor cukup rp. 5rb saja untuk semalam. Disini juga terdapat penginapan, tapi tak kuketahui berapa harga menginapnya. Aku lebih pilih pakai tenda, dan banyak juga pendaki lainnya yang pilih bermalam di tenda. Ada lapangan yang luas sekali, cocok untuk spot mendirikan tenda, dan aku pilih tempat dibawah rindangan pohon sebelah gubuk kecil, jauh dari pos perizinan, dan pada hari itu hanya ada dua tenda yang berdiri. Setelah tenda berdiri, saatnya keluarkan camilan yang ada, dan duduk dibawah pohon rindang sambil membuat menulis catatan untuk bahan penulisan tulisan ini.
 Either do something worth writing or write something worth reading!

Pemandangan disini sungguh menawan. Seperti di tempat-tempat tinggi lainnya, Kawah Ijen menawarkan pesona alam Indonesia yang benarrrrrr-benar harus dikunjungi dan dilihat pakai mata kepala sendiri. Sudah lama aku ngidam ingin main ke kawah Ijen. Seliain terkenal dengan panoramanya yang cantik, Kawah Ijen juga dikenal dengan api birunya yang hanya ada dua di dunia, satunya di Islandia. Banyak juga turis mancanegara yang datang berkunjung ke Kawah Ijen, terkenal dengan julukan “Blue fire Ijen Crater”. Kalau sudah tahu begini, apa yang kurang hebat coba dengan Indonesia? Mau lihat api biru ke Islandia, duhhh harus nabung sampe jadi embah-mbah wakaka…
Rabu, 17 Juni 2015 pkl 01.00 alarmku bunyi, karena kantuk masih menyerang, alarm kumatikan dan orangnya ikut “mati” kemudian. Tak sadar terbangun lagi pkl 03.30, dan segera dengan geragapan aku kemasi barang-barang yang kuperlukan untuk pendakian. Bangun jam segini sudah sangat telat untuk lihat fenomena api biru. Perjalanan dari Pos izin Paltuding ke Kawah Ijen menempuh waktu sejam 50 menit. Sampai di puncak kawahnya, aku kalah cepat dengan matahari, jadi tak dapat kutangkap ajaibnya api biru Kawah Ijen. Tapi tak apalah, lumayan terbayar dengan pemandangan di kawah yang sungguh benar-benar amat sangat keren sekali banget. Kawah Ijen memiliki kaldera yang saaangat luas, dengan uap-uap belerang menyebur disana-sini.

 
 
 
Seorang turis dari Jepang yang bertualang soloan bilang ke aku, kalau Indonesia benar-benar negara yang luar biasa indahnya, kawah Ijen salah satunya. Lihat turis-turis dari manca banyak yang berbondongan datang ke Indonesia cuma untuk sekedar rasakan kerennya Indonesia, langsung berlipat-lipat syukurku ke Tuhan punya negeri yang keren. Keindahan yang seperti ini sudah lama ada di halaman belakang rumah kita sendiri, INDONESIAAAAAAA…
Di Kawah Ijen juga banyak dijumpai para penambang batu Belerang. Mereka biasanya terjun ke dasar kawah dan memasukkan batu-batu kedalam kantong untuk di pikul ke bawah. Aku tanya ke salah seorang penambang, dalam satu pikulan batu beratnya bisa sampai 70-80 kg, dan dijual seharga rp. 1rb saja pada pengepul dibawah. Aku sempat mengambil foto para penambang Belerang, sayangnya belum sempat pindah ke direktori file karena hp nya keburu rusak, duhh. Memang ironi, tapi memang demikian pilihan mata pencaharian penduduk disekitaran wilayah Kawah Ijen.
 
Setelah puas menikmati pemandangan di Kawah, tiba waktuku untuk turun. Sampai di tenda, istirahat sebentar menikmati udara sejuk pegunungan, terlelap sebentar, kemudian kemas-kemas melanjutkan perjalanan pulang ke Malang. Kusempatkan untuk menatap dengan dalam gerbang masuk Kawah Ijen sambil menggumam, lain kali akan kumenangkan api biru!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar