Kamis, 10 Desember 2015

Menjadi Lelaki Masa Depan



Artikel ini kudapat dari sebuah akun pemberitahuan di Line, sayang sekali kalau tak dibagikan. Lakik wajib baca, sungguh amat sangat keren sekali banget. Sama sering-sering juga melototin akun ig @dailymanly, greget…
When a man turns into a gentleman!

#OneDayOneMessage23
➖➖➖➖➖➖➖➖➖
Lelaki Masa Depan
oleh: Wahyu Awaludin (FIM 17)
“Are you man enough?” Jon Lipsey, Daily Star, September 15, 2005
👩Marian Salzman lahir di New York. Menghabiskan masa kecilnya di wilayah Bergen Country, New Jersey, dia kemudian melesat menjadi mahasiswa Sosiologi di Harvard. Kini, dia menjabat sebagai presiden Euro RSCG Worldwide PR cabang Amerika Utara. Selain itu, dia juga menjadi direktur Bob Woodruff Foundation, adviser Berlin School of Creative Leadership, dan anggota Brown University’s Women in Business.
📔Pada tahun 2005, Marian Salzman, Ira Matathia, dan Ann O’Relly, menerbitkan sebuah buku yang kelak akan menggemparkan para lelaki: The Future Men. Tiga orang itu melakukan riset mendalam untuk menjawab pertanyaan, “seperti apa lelaki masa depan itu?” Akhirnya, setelah melakukan penelitian yang melibatkan lebih dari 20.000 orang, buku itu menasbihkan bahwa lelaki masa depan adalah para lelaki uberseksual.
❓Apa itu lelaki uberseksual? Apakah mirip dengan homoseksual? Tidak ada hubungan antara homoseksual dan uberseksual. Makna uberseksual lebih dekat dengan metroseksual. Seperti yang kita tahu, lelaki metroseksual adalah lelaki yang stylish. Mereka adalah pria yang mengikuti mode, rutin ke salon atau gym, dan rela menghabiskan ratusan ribu rupiah demi menjaga penampilannya agar tetap keren dan cool. Ngomong-ngomong, istilah metroseksual ini diciptakan juga oleh Marian Salzman, tetapi Salzman pula yang “membunuhnya”. Dia berkesimpulan bahwa era metroseksual sudah tamat. Kini, dan masa depan, adalah era para lelaki uberseksual.
Jadi, apa itu lelaki uberseksual? Istilah ini berasal dari bahasa Jerman “uber” yang berarti “segalanya, unggul, superior” dan bahasa Latin “sexus” yang artinya “gender”. Contoh penggunaan kata “uber” bisa kita lihat pada semboyan Hitler, Deutchland uber alles (Jerman di atas segalanya). Berarti, arti lelaki uberseksual kurang lebih adalah “lelaki yang mempunyai karakter-karakter unggul dan superior”.
Wordspy.com mendefisikan “uberseksual” sebagai “A heterosexual man who is masculine, confident, compassionate, and stylish.” Sedangkan Macmillan English Dictionary mendefinisikannya sebagai “a heterosexual male who is both confident and compassionate and has a strong interest in good causes and principles.”
👦“Lelaki uberseksual”, kata Marian Salzman, “Adalah pria yang menggunakan aspek positif maskulinitas, seperti kepercayaan diri, kepemimpinan, dan kepedulian terhadap orang lain di kehidupannya. Pria uberseksual sangat peduli pada nilai-nilai dan prinsip hidupnya. Pria jenis ini lebih memilih untuk memperkaya ilmu dan wawasannya di sela-sela waktu kosong yang ia miliki.”
🔆“Dunia”, lanjutnya, “jauh lebih berharap kepada pria yang menghabiskan waktunya untuk membaca buku dan mengikuti banyak pelatihan, mencermati perkembangan terakhir yang ada di dunia ini, dan menganalisis berbagai peristiwa daripada mereka yang sibuk berhura-hura, pergi ke salon, menata rambut, mempermak wajah, dan memperkaya aksesorisnya.
🐝Saat ini dunia membutuhkan seorang pria yang peduli akan lingkungannya, kepada permasalahan bangsanya, ketimbang pria yang menghabiskan uangnya untuk mempercantik kulitnya,"  tegas Salzman.
💎Pria uberseksual mengetahui mana yang baik dan buruk dan berani mengambil keputusan tegas di tengah hujan kritik. Mereka juga mempunyai rasa percaya diri yang kuat, cerdas, tanpa kompromi, dinamis, maskulin, atraktif, stylish, serta memiliki komitmen kuat melakukan hal berkualitas di semua lini kehidupan.
Ya, mereka juga stylish. Salah jika kita mengira bahwa kesibukannya memikirkan umat manusia melalaikan dia dari merawat dirinya sendiri. Oleh karena itulah, penulis mengungkapkan di atas bahwa uberseksual dekat dengan metroseksual. Namun, ada perbedaan yang mencolok antara keduanya. Ilustrasinya sebagai berikut.
Bayangkanlah di pojok ruangan ada seorang lelaki metroseksual sedang berdiri di depan cermin. Sambil menyisir rambut dan menghisap rokok mahal, ia bersenandung, “aku adalah lelaki yang tak pernah lelah mencari wanita”, sementara di pojok lain ada lelaki uberseksual yang berbaju rapi sedang duduk di depan laptopnya.
Ia sedang memantau berita-berita terbaru tentang perkembangan kasus korupsi di Indonesia, kemiskinan di Afrika, sekaligus memantau perkembangan bisnisnya. Wajahnya rileks tapi matanya memancarkan keseriusan. Sambil membaca artikel-artikel terbaik di TIME.com, selasar.com, startupbisnis.com, entrepreneur.com, ataupun mashable.com dengan tempo tinggi, mulutnya senantiasa menyenandungkan lagu-lagu favoritnya.
Pria uberseksual adalah tipe “macho” dan “dewasa” dari pria metroseksual. Mereka menyisir rambut mereka dan memakai baju rapi, tetapi mereka juga menganggap persoalan korupsi di Indonesia jauh lebih penting dibanding sekadar meributkan baju mana yang cocok untuk hari ini.
Jika pria metroseksual ingin menarik perhatian para wanita, pria uberseksual sangat menghormati wanita. Namun, uniknya, meskipun pria uberseksual misalnya saja memiliki teman wanita yang sudah seperti “saudara kandungnya” sendiri, mereka lebih memilih pria sebagai sahabat-sahabat terdekatnya. Saat mereka memiliki masalah pun, mereka akan bercerita dengan sahabat-sahabat pria mereka.
Jika pria metroseksual membelanjakan uangnya untuk ke salon atau bersenang-senang di mall, pria uberseksual menginvestasikan uangnya di bisnis, lembaga sosial, keagamaan atau berbagai kegiatan lain yang mambawa manfaat. Jika pria metroseksual lebih nyaman berada di gym untuk membentuk ototnya, pria uberseksual lebih senang menjejakkan kakinya ke lumpur, berkutat dengan masalah erosi pantai. Jika pria metroseksual memperbincangkan masalah mode terbaru, pria uberseksual memperbincangkan masalah moral yang makin parah di bangsa ini. Jika pria metroseksual lebih memilih berhura-hura di akhir pekannya, pria uberseksual memilih untuk menyambangi perpustakaan guna mengisi otaknya dengan berbagai wawasan.
Namun, walau mereka sekokoh karang dalam meyakini prinsip-prinsip hidupnya, mereka juga adalah pria-pria yang hangat dan tidak kaku. Mereka memang tidak menangis jika menonton sinetron-sinetron kacangan di TV atau ditolak oleh wanita yang dicintainya, tapi mereka akan menangis jika melihat ketidakadilan terjadi di mana-mana, atau sangat terharu jika ada bencana alam yang menghancurkan rumah-rumah penduduk yang miskin. Mereka begitu peduli dengan orangtua, keluarga dan kawan-kawannya.
👦Menurut Salzman, salah satu contoh pria uberseksual saat ini adalah Bono U2. Pria yang bernama asli Paul David Hewson ini sungguh stylish, kaya, dan terkenal -lihat saja profesinya sebagai vokalis U2. Namun, ia tidak berhenti di situ. Ia berbuat untuk dunia. Ia memanfaatkan uang dan ketenarannya untuk membuat dunia jadi tempat yang lebih baik untuk ditinggali. Ia mendirikan “DATA”, yang merupakan singkatan dari Debt, AIDS, Trade in Africa (Utang, AIDS, Perdagangan di Afrika). Fokus organisasi ini adalah membangkitkan kesadaran tentang apa yang diklaimnya sebagai utang Afrika yang tidak dapat dibayar, penyebaran AIDS yang tak terkendali, dan aturan-aturan perdagangan yang merugikan rakyat miskin benua itu.
Bersama Rogan Gregory, Bono meluncurkan EDUN, merek yang sadar sosial. Ia pernah berpidato di acara pelantikan Paul Martin sebagai Perdana Menteri Kanada dan mendorong Kanada untuk ikut mengatasi krisis global. Ia mendampingi George W Bush dalam pidato di Gedung Putih tentang bantuan $5 milyar untuk negara-negara termiskin di dunia. Ia berperan besar dalam mengorganisasikan Live 8, sebuah 10 rangkaian konser di seluruh dunia untuk menggugah para pemimpin dunia menggelar pertemuan negara-negara industri Kelompok Delapan. John William Snow, mantan menteri Keuangan AS, pernah berkomentar tentang Bono di ABC This Week, “Saya mengagumi dia. Dia banyak berbuat baik dalam pembangunan ekonomi dunia ini”. Pada Desember 2005, ia terpilih oleh TIME sebagai Tokoh Tahun Ini, bersama-sama dengan Bill Gates dan istrinya, Melinda Gates. Pada Februari 2006, ia menjadi salah satu dari 150 kandidat penerima Nobel Perdamaian yang akhirnya anugerah itu diserahkan kepada Muhammad Yunus dengan Bank Grameennya.
Selain dari luar negeri, negeri kita sendiri pun menyimpan banyak pria uberseksual. Bukalah mata lebih lebar dan perluas pergaulan, maka kamu akan menemukan mereka ada di mana-mana. Di Media Sosial misalnya, mereka akan konsisten membagi konten positif, memfollow orang-orang hebat, dan menghindari hal-hal negatif menyentuh tweet mereka.
🌏Di dunia nyata, karya mereka lebih terlihat lagi. Mereka bisa di mana saja –media, perusahaan multinasional, organisasi masyarakat, pebisnis, inisiator gerakan, dan sebagainya. Kuncinya adalah cari mereka di rentetan gerakan, organisasi, ataupun startup yang tengah menjamur saat ini. Temui founder dan inisiatornya –hampir pasti mereka adalah pria uberseksual. Pantau juga media, mereka biasanya terliput akibat karya yang mereka telurkan. Temukan salah satu dari pria uberseksual dan mereka akan menuntunmu ke pria uberseksual yang lain. Biasanya, mereka ini berjejaring tanpa mereka sendiri sadari. Di tengah aktivitas sehari-harinya, pria uberseksual terus berkarya tanpa letih, membantu dan menginspirasi masyarakat, dan menciptakan startup-startup baru. Lihat juga teman-temanmu, pasti ada di antara teman-teman priamu yang tak henti berkarya dengan apa yang dia bisa. Tentu mereka memiliki kekurangan atau kesalahan di masa lalu, tetapi itu tertutup oleh perbuatan-perbuatan positifnya. Kata kuncinya adalah karya!
✨itulah kualitas seorang lelaki uberseksual. Merekalah yang pantas disebut “true gentlemen.” Mereka baik hati dan memanfaatkan kebaikan hatinya untuk kebaikan dunia. Mereka tenar dan memanfaatkan ketenarannya untuk mengajak orang lain berbuat baik. Mereka cerdas dan memanfaatkan kecerdasannya untuk menjadi bagian dari solusi permasalahan dunia. Mereka stylish dan rapi, tetapi tidak berlebihan. Mereka berhati hangat tetapi tidak cengeng. Mereka tidak hanya pikirkan penampilannya, keluarganya, karir atau bisnisnya, tetapi juga memikirkan bangsanya. Mereka memiliki mimpi-mimpi besar untuk dunia...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar