Senin, 17 Juni 2024

Mohon Tidak Membawa Anak Kecil Ke Dalam Masjid

 "Jika pada suatu masa kalian tak mendengar gelak tawa anak-anak gembira riang berlarian diantara shaf-shaf shalat di masjid-masjid, maka harus takutlah kalian pada datangnya kejatuhan generasi masa itu!" 

(Muhammad Al-Fatih)


Shalat magrib tadi, bapak-bapak menuju tua yang ada di shaf paling depan menegurku yang duduk di mungkin sekitaran shaf 5 atau 6, agak jauh darinya, "mas, anaknya bisa dikondisikan?" sambil melirik gembul yang sedang asyik main dengan mobil-mobilannya. Aku tak langsung menjawab, sengaja diam sambil melihat tenang mata bapak itu, dan pertanyaan diubah jadi pernyataan "tolong dikondisikan anaknya", aku mengangguk lalu mengajak gembul duduk dan bikin tanda "sssssttt..." di depan bibir. Selama tak menangis tantrum atau teriak-teriak, rasanya tak mengapa. Jamaah lain pun tampak ramah melihat gembul sambil melempar senyum. Iqomah lama sekali ditunggu, sampai 10 menit tertera di jam digital atas mimbar imaman.

Tak lama kemudian datang lagi dari belakangku (mungkin) pengurus masjid lain bertanya dengan nada ramah "mas, anaknya bisa dikondisikan?" kujawab santai namun tegas "gak bisa pak", "ooh gak bisa ya..." timpal beliau. Lagipula, bagaimana cara mengkondisikan anak-anak, kita hanya bisa bilang "nak, duduk manis ya, mau shalat." By force dengan cubit atau tempeleng, atau bahkan marah-marahin anak di muka umum? Bukan opsi yang bijak. Bukankah demikian itu fitrah anak-anak, gembira riang dan belum bisa diatur? Mana bisa kita jejalkan kapasitas otak orang dewasa tentang aturan-aturan pada kapasitas otak anak-anak. I mean, look at'em, playing around with a smile on their faces at the house of Allah the almighty God, they bear no sins, we are (the adults) the sinner, aren't they looks like a manifestation of angels? 

Aku jadi ingat betapa Rasulullah begitu santun dan penyabar terhadap anak-anak. Dalam suatu riwayat diceritakan bahwa suatu kali saat memimpin shalat berjamaah beliau sujud terlalu lama, Usai shalat para sahabat bertanya "ya Rasulullah, apa yang menyebabkan sujud baginda sangat dalam dan lama pada shalat tadi" Rasul junjungan kita, manusia dengan adab paling paripurna menjawab "aku membiarkan Hasan (cucu Rasulullah) yang sedang naik dipunggungku menyelesaikan permainannya..." Dalam riwayat lain juga dikisahkan bagaimana Rasulullah mempercepat menyelesaikan shalat berjamaah karena mendengar tangisan anak yang ingin segera meminta susu ibunya. Bayangkan, kepada beliau setiap makhluk mengharapkan safaat-Nya besok di padang mahsyar, manusia yang diperintah langsung oleh Allah untuk ajarkan shalat 5 waktu pada umat-Nya, tetap begitu bersikap lembah lembut dan penuh kasih kepada anak-anak. Allahumma shali alaa Sayyidina Muhammad...

Iqomah kurang 2 menit lagi, aku tak mau ditegur ketiga kalinya.  Kita cari masjid lain saja nak, pengurus masjid disini mungkin ingin jamaahnya lebih khusyu' dan tak ingin ada gangguan, kita hormati mereka. Semoga beliau-beliau besok bisa beri pertolongan pada ayahmu di hari kelak, kita doakan beliau-beliau yang terbaik dunia-akhirat. 

Mungkin cara berpakaianku yang kaosan oblong dan topi ke belakang membuat impression look ayahmu jadi kurang "religius/islami" wakaka. Mau gimana lagi, itu udah setelan default bapakmu kalau lagi nyantai kemana-mana. Kepada gembul yang riang gembira di masjid tadi, im not mad at him, instead, i love him more for giving me a lesson. Kugendong dia keluar dan dalam pelukan demiAllah dia berceloteh nyanyi-nyanyi kemudian bilang "ade tayang ayyahh!". Iam a proud daddy!!!


17 Juni 2024
Masjid sekitar Gayungan, Surabaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar