Ditulis sebagai bentuk rasa
syukur sedalamnya kepada Tuhan YME, karena dengan keperkasaan dan
kemaha-besarannya kembali mengingatkan bangsa ini bahwa Indonesia adalah bangsa
yang besar dan luhur budayanya. Kedigdayaan atlet-atlet Indonesia menyapu
bersih 14 medali emas terdiri dari 8 nomor tanding dan 6 nomor tunggal ganda regu di
cabang olahraga Pencak Silat pada event Asian Games 2018 di Jakarta-Palembang
beberapa waktu lalu tentulah membuat bangga segenap rakyat Indonesia. Melalui
Pencak Silat, seni bela diri asli warisan luhur nenek moyang Indonesia inilah,
kita seolah dipaksa kembali menyimak dan menengok sejarah bahwa ternyata bangsa
ini memiliki ‘aset’ yang tak kalah kokoh dalam ikhtiarnya berbakti pada ibu
pertiwi. Ditengah serbuan budaya luar yang semakin semarak, yang tak jarang
pula meniupkan inferioritas dan menular, ditengah kegamangan sosial dan
keresahan akan tergerusnya jati diri bangsa oleh liberalisasi budaya dewasa
ini, Pencak Silat mampu dengan percaya diri menjadi salah satu filter budaya
dan menjawab lantang tantangan itu dengan prestasi nyata!
Pencak Silat selama ini mungkin
lebih identik dengan kekerasan, aliran bela diri yang di cap ndeso dan akhirnya berbondong-bondong ditinggalkan
oleh anak muda negeri ini, atau bahkan mungkin kalah pamor dari bela diri impor
macam Karate, Wushu, Taekwondo, Muay Thai, Judo, dll. Pencak Silat dipandang
sebelah mata dan tak begitu mendapat perhatian, sampai pada akhirnya
keberhasilan para atlet Silat yang tak tanggung menggebraknya di Asian Games
sontak menghentakkan khalayak ramai.
Jika kita tilik kembali sejarah
bangsa ini yang dulunya terdiri dari kerajaan-kerajaan yang berjaya pada
masanya, sebagai contoh Majapahit yang daerah cakupannya mencapai Asia tenggara
dan Asia Timur jauh selama lebih dari 200 tahun sejak 1293-1500an dikomandoi
Mahapatih Gajahmada dengan Sumpah Amukti palapa, sungguh kita akan sadar betapa
hebat pendahulu tanah nusantara. Sebelum era Majapahit, kita disuguhkan cerita
pada 1290 tentang seorang Kaisar dari kerajaan terbesar di dataran Cina bernama
Kubilai Khan (raja Mongolia dari keturunan Dinasti Yuan) yang menantang
Singhasari untuk membayar upeti dan menyatakan kesediaan takluk kepada kerajaan
Mongol dengan mengirimkan utusan bernama Meng Khi kepada Prabu Kertanegara.
Oleh Kertanegara, dihajarnya utusan itu hingga babak belur, diiris kedua
telinga Meng Khi dan memekik “bilang pada rajamu, Singhasari tak sudi dijajah
Cina!” Sebagai balasan atas penolakan dan tantangan Kertanegara, Kubilai Khan
mengirim puluhan ribu pasukan dalam ribuan kapal perang ke pulau Jawa untuk
meluluh-lantakkan Singhasari, perang terjadi namun Singhasari tetap kokoh
berdiri. Sejarah telah mencatat heroiknya pendahulu kita mencintai negeri ini
melalui Pencak Silat, mulai dari Sultan Hasanuddin, Ahmad Matulessy, Sentot
Alibasya Prawirodiredjo panglima perang Pangeran Diponegoro dll. Sampai pada
masa pengusiran penjajah baik dengan konfrontasi fisik maupun diplomasi
politik. Pahlawan dari tanah Minang yakni Datuk Tan Malaka yang lewat tulisannya
Naar de Republiek Indonesia menjadi manuskrip awal disusunnya negara Indonesia,
pada masa mudanya juga dibekali Silek (Silat)
Minang, karena salah satu syarat gelar bangsawan Datuk diberikan adalah harus
menguasai beladiri Silat. Tak ketinggalan ada RM Tirto Adhi Soerjo (bapak pers
nasional) yang belajar Silat di ndalem Kadipaten Bojonegoro, Mas Marko
Martodikromo, Ki Ageng Suro Diwirjo, Jendral Sudirman, Ki Hajar Dewantara
hingga Presiden Soekarno, dll yang tak mungkin disebut satu-persatu, mereka
semua adalah pendekar Silat yang berjuang tak hanya dengan fisik namun juga
berjuang melalui jalur politik, lewat otak dan tulisannya. Negeri ini mampu
mengatasi itu semua, dan salah satu alat yang digunakan adalah bela diri Pencak
Silat.
Saat ini kita berada di milenium
kedua, dimana garis antar budaya kian tak berbatas. Namun demikian sudah
sepantasnya semangat berbudaya bangsa ini senantiasa kita jaga bersama
kelestariannya, termasuk Pencak Silat. Dan para Pendekar yang berlaga di Asian
Games, mereka tak hanya menjaga asa, lebih dari itu, mereka mengharumkan dan menjadi
pembukti paling pamungkas bahwa Pencak Silat tak akan punah di negeri sendiri. Mereka
pemuda-pemudi biasa, yang menjadikan mereka extra
ordinary adalah bahwa mereke berjuang dan tekun berlatih lebih dari yang
lain, mereka going to extra miles dengan
determinasi prima untuk meraih prestasi. Merekalah Pahlawan jaman now bangsa ini,
pemuda-pemudi yang menjadi garda penjaga budaya, menjadi juara dan mengenalkan
Silat kepada generasi saat ini dan akan datang. Semangat mereka yang harusnya
di follow, keberadaan mereka yang harusnya di-viralkan, dan sejarah telah
mencatat nama mereka, inilah para Jawara Nusantara itu:
Women's Single
Puspa Arum Sari @arumdara
Men's Double
Yola Primadona
@yollaprimadonajampil
Hendy @hendi_ketek
Men's Team
Nunu Nugraha @nunu310189
Asep Yuldan Sani @asepyuldansani
Anggi Faisal Mubarok
@anggiimubarook
Men's Class I
Aji Bangkit Pamungkas
@ajibangkitpamungkas
Men's Class E
Komang Harik Adi Putra
@harikadiputra
Men's Class D
Iqbal Candra Pratama
@iqbal_candra
Women's Class C
Sarah Tria Monita @sarahtr_monita
Men's Class B
Abdul Malik @malickjhokam
Men's Single
Sugianto @gie_sugianto
Women's Double
Ayu Sidan Wilantari
@sidanwilantri
Ni Made Dwiyanti @dwi_viloveta
Women's Team
Pramudita Yuristya
@pramuditayuristya
Gina Tri Lestari @ginatrilestari
Lutfi Nurhasanah
@lutfinurhasanah19
Women's Class D
Kamelia Pipiet @kameliapipit
Men's Class C
Hanifan Yudani Kusumah
@hanifan_yk
Women's Class B
Wewey Wita @w2y_wita
20 pendekar, 14 emas, 1 semangat
juara, tekad itulah yang menjadi pemantik keberhasilan para pendekar kita
menyapu bersih semua medali emas cabor Pencak Silat, trengginas! Tentu
keberhasilan itu tak dapat dilepaskan dari kontribusi besar dan dedikasi para
pelatih, yang dengan ketekunan dan sabar selalu gigih melatih anak didiknya
untuk berikan yang terbaik, yang senantiasa berkomt-kamit mulutnya merepal doa
saat anak didiknya berlatih maupun bertanding di gelanggang. Sifat asah, asih, asuh dalam padepokan Silat
yang diberikan para pelatih dengan penuh semangat.
Mas Edy Suhartono, salah satu pelatih kontingen Pencak Silat Indonesia |
Kegemilangan Pencak Silat menyapu
seluruh medali emas di Asian Games 2018 tentu menjadi kebanggan bagi seluruh
rakyat Indonesia. Kebanggaan juga dirasakan Pengurus Besar Ikatan Pencak Silat
Indonesia (IPSI) yang dikomandoi Prabowo Subianto Djojohadikusumo sebagai Ketua
Umum. Pendekar yang juga Presiden Persekutuan Silat Bangsa-bangsa (Persilat)
ini tak diragukan lagi peran dan jasanya untuk membesarkan Pencak Silat
nasional, baik moril maupun materiil. Kilas balik pada Desember 2016 Kejuaraan
Dunia Pencak Silat ke-17 di Bali yang menghabiskan anggaran Rp. 14, 8, Ketua
IPSI dengan tanpa eman menjadi
donatur seluruh biaya demi tetap berlangsungnya kejuaraan ini. Prabowo yang
rumanya rela dijadikan tempat latihan Pencak demi atlet-atlet Silat berprestasi,
telah memimpin dunia Persilatan Indonesia lewat IPSI sejak 2012-2016 dan
2016-2020. Prestasi di Asian Games 2018 seolah mengulang sejarah kedigdayaan
Pencak Silat tanah air pada Sea Games 2013 Myanmar yang juga berhasil menyapu
bersih semua medali emas. Tanpa sorotan kamera dan ingar-bingar media, betapa
membanggakan prestasi Pencak Silat ditangan kepemimpinan nasional dari seorang
pendekar yang tangguh dan ksatria. Sepi
ing pamrih, rame ing gawe...
Prabowo juga tak letih
menyemangati dan memberi suntikan semangat kepada para pesilat, seperti
dituturkan salah satu atlet sebelum bertanding dalam akun sosial media instragamnya
@hanifan_yk; “Bismillah ya Allah, my team Pencak Silat. Kami siap bertarung
demi harga diri bangsa dn negara. Kami siap berikan yang terbaik demi bangsa
tercinta. Terimakasih pak @prabowo atas motivasi yang dilontarkan dengan penuh
makna dan ambisi. insyaAllah kami akan berjuang maksimal dengan ikhlas. Semoga Allah
SWT melancarkan kami di perjuangannya...”
Salah satu peraih medali emas
Yola Primadona Jampil dan Hendy saat diwawancarai media mengatakan: “Bersyukur
atas medali emas yang kita raih, karena ini pertama kalinya Silat
dipertandingkan di Asian Games dan sejajar dengan cabang olahraga lain.
Terimakasih kepada pak Prabowo sebagai Ketua Pencak Silat yang benar-benar mendedikasikan
dirinya tanpa tak kenal lelah untuk dunia Silat Indonesia. Medali emas ini kami
persembahkan untuk warga Lombok agar tetap sabar dan semangat menjalani
hidup...” diakhiri dengan mata yang mulai berkaca-kaca karena haru. Pendekar!
Ada cerita unik di final Silat
Asian Games 2018 27 dan 29 Agustus saat orang banyak bertanya kenapa pak Prabowo
baru datang menonton Pencak Silat di final. Bukan karena ingin pencitraan
sekedar mengalungi medali kepada para juara, melainkan, itu adalah permintaan
dari para anak-anak asuhnya (atlet Pencak Silat Indonesia) sendiri. Diungkap
oleh bang Abdul Karim Al Jufri (Juara Dunia Pencak Silat tahun 2000), yang juga
menjabat sebagai wakil manager timnas di Asian Games, ia menceritakan bahwa
anak-anak (atlet) justru merasa grogi dan gugup jika pak Prabowo datang dan
memberikan dukungan langsung. Hal ini sudah terjadi sejak lama.
“Pernah suatu ketika, pak Prabowo
datang ingin menonton mereka bertanding di Bangkok, Thailand. Mengetahui hal
tersebut, akhirnya pak Prabowo tidak menonton langsung di lapangan, melainkan
menunggu di ruang tunggu (tidak ada TV) sambil terus bertanya kepada tim bagaimana
keadaan anak-anak di arena,” jelasnya.
Lagi, ungkap bang Abdul, “pak
Prabowo sangat menyayangi anak-anak asuhnya. Justru pak Prabowo yang paling
rewel soal logistik anak-anak, baik dari makanan, minuman, sampai vitamin para
atlet. Tak segan-segan pak Prabowo mengeluarkan uang pribadinya untuk mendanai
kebutuhan anak-anak asuhnya, baik logistik, ataupun ongkos bertanding mengikuti
kejuaraan. Bahkan rumahnya di Hambalang pun dijadikan arena latihan bagi
anak-anak asuh kesayangannya itu.
“Pak Prabowo tidak pernah menjaga
jarak dengan anak-anaknya tersebut, beliau menyayangi mereka seperti anaknya
sendiri, dan anak-anak pun menyangi beliau seperti menyangi ayahnya sendiri. Pak
Prabowo tidak pernah membebani tuntutan apapun kepada anak-anak, seperti
menargetkan medali. Beliau hanya berpesan ‘lakukanlah yang terbaik, insyaAllah
hasil akan mengikuti’, dan diakui oleh anak-anak, justru itu malah menjadi
motivasi yang sangat berharga, karena mereka menjadi lepas dan bertanding tanpa
beban.” Demikian sedikit cerita dari Abdul Karim Al Jufri, wakil manager tim
Pencak Silat di Asian Games 2018, yang juga merupakan salah satu mantan Juara
Dunia Pencak Silat.
Melalui Pencak Silat pula,
terbukti kesatuan dan persatuan Indonesia menjadi kembali erat, kesejukan
persatuan yang selama ini koyak akibat tensi politik yang makin menajam
menjelang Pilpres 2019. Adalah Hanifan Yudani Kusuma, salah satu peraih emas
Pencak Silat, yang pelukannya menyatukan dua calon Presiden RI, Jokowi dan
Prabowo. Hanifan yang naik ke tribun VIP dimana Jokowi dan Prabowo mendukungnya
selama pertandingan, disambut lebih dulu oleh Jokowi dengan jabatan tangan,
sejurus kemudian Hanifan menghampiri Prabowo dan memeluk erat sang Ketua IPSI,
pelukan Pendekar dan ksatria pilih tanding. Hanifan kemudian menyatukan Jokowi
dan Prabowo, pelukan yang menyejukkan dari seorang Pesilat, simbol pengingat
pada segenap tumpah darah bahwa Indonesia dalam keberagamannya adalah satu dan
bersatu Indonesia akan kuat. Pencak Silat yang didalamnya diajarkan cinta kasih
dan persaudaraan universal, dapat menunjukkan kiprahnya sebagai salah satu alat
pemersatu bangsa.
Kita semua memiliki impian agar
Pencak Silat makin dikenal oleh dunia dan dipertandingkan di ajang Olimpiade.
Cabang Olahraga Pencak Silat sendiri untuk kali pertama baru dipertandingkan di
Asian Games. Tentu saja harus kita kuatkan dulu kecintaan kita pada bela diri
ini, seperti kata pak prabowo, “suatu saat nanti, olah raga khususnya Pencak
Silat akan jadi ekskul wajib di sekolah-sekolah kita”. Sebagai insan Silat
Indonesia, Penulis juga tak ingin kalah dari keberhasilan para jawara Silat Asian
Games. Tentu untuk menyaingi prestasi mereka tidak dimungkinkan, hanya tips
bela diri praktis yang sebelumnya pernah ditulis saja yang dapat dibagikan
sebagai kontribusi untuk mengenalkan Pencak Silat lebih luas agar dicintai
masyarakat. Ada disini:http://abintaraisme.blogspot.com/2014/09/tips-bela-diri-praktis.html
Akhirnya tulisan ini harus
dicukupkan. Selamat kepada kemenangan para atlet, beserta pelatih dan jajaran
pengurus Pencak Silat Indonesia. Kemenangan ini adalah kemenangan kita bersama
sebagai sebuah bangsa. Para pesilat tersebut seolah hendak berkata; “dari jaman
Sriwiaya, Majapahit, Siliwangi, Pajajaran, Singhasari, Majapahit, dll hingga
detik ini, bumi nusantara yang kita pijak ini adalah tanahnya para pendekar
Silat!”
“Anak-anak lain boleh bangga dengan permainan asing, tapi kalian harus bangga dengan Pencak Silat Kalau cinta dengan Pencak Silat, pasti akan bangga menjadi anak Indonesia. Pencak Silat sebagai budaya dan sejarah Indonesia, bagian dari budaya bangsa yang cerdas. Pencak Silat adalah bagian dari kehormatan bangsa!”
-
Prabowo Subinto Djjohadikusumo, Ketua Ikatan Pencak
Silat Indonesia (IPSI) & Pemimpin Persekutuan Silat antar Bangsa (PERSILAT)
Berkepribadian dengan bela diri
asli warisan luhur budaya bangsa: PENCAK SILAT MAJU, INDONESIA JAYA!
Surabaya, 01
September 2019
Dengan syukur yang
takdzim
Pesilat PSHT,
Firman Sentot
Abintara P.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar