BNI Blogging
Competition Twitter @BNI46 #AskBNI
“Mau Bertanya
Nggak Sesat di Jalan”
Solo
Backpacker ke Taman Nasional Baluran
Artikel mengenai pengalaman main
ke Baluran sebenarnya sudah kutulis di: http://abintaraisme.blogspot.co.id/2015/02/backpacker-taman-nasional-baluran.html,
tetapi ternyata ada beberapa hal yang belum sempat diceritakan. Perjalanan yang
layak dikenang acapkali terdiri dari rentetan berbagai hal kecil yang saling
tali-temali kemudian menjadi hal besar lantas membekas di ingatan. Kebetulan juga
tema yang diperlombakan oleh @BNI46 memang memiliki tingkat kesesuaian yang
bagus dengan pengalaman yang pernah kulalui.
Kisah ini berawal pada tanggal 1
Desember 2014. Aku dan seorang teman baik sudah mencocokkan jadwal untuk
sekedar bersantai melepas penat dari kegiatan perkuliahan. Pkl 19.30 tepat kami
bertemu di warung kopi kecil langganan di salah satu sudut kota Malang. Ternyata
temanku datang dengan seorang temannya. Dari obrolan yang terjadi kudapati teman dari temanku yang kemudian menjadi teman baruku ini kebetulan
sedang singgah di Malang dari perjalanan petualangannya. Memang kami bertiga punyai hobi sama-sama pejalan, pendaki, dan satu yang tak bisa
dihindarkan yakni bila pendaki bertemu dengan pendaki lain maka disitu akan
terjadi pertukaran arus informasi yang gencar melalui pertanyaan-pertanyaan
yang saling diajukan oleh masing-masing dari kami. Pertanyaan paling umum yang
muncul sudah pasti: “sudah kemana saja?”, pun demikian dengan yang terjadi
dalam obrolan di meja kopi kami. Sampai pada suatu ketika teman baruku ini
memberikan saran untuk cobai main ke Taman Nasional Baluran. Kebetulan sekali
waktu itu aku sedang mencari destinasi wisata untuk perjalananku besok. Setelah
bertanya-tanya tanpa perlu sungkan, akhirnya kubulatkan tekad esok paginya langsung akan
berangkat.
Berbekal informasi yang kudapat
dari seorang teman baru ini aku menuju Taman Nasional Baluran. TN Baluran
terletak di bagian ujung timur Pulau Jawa tepatnya Kabupaten Banyuwangi,
berbatasan langsung dengan Kabupaten Situbondo, Jawa Timur. Untuk menuju tempat
ini dari Malang dapat ditempuh menaiki bus dari terminal Arjosari Malang,
kemudian ke terminal Probolinggo. Seperti biasa gunung Arjuno menyapa kenangan dari utara jauh jendela bus. Dari terminal Probolinggo naik bus lagi
sampai terminal Situbondo. Arloji menunjuk pkl 16.30 saat aku sampai di
stasiun Situbondo. Awalnya sempat merasa was-was karena sudah sesore itu,
takut andai tak ada bus ke arah Banyuwangi. Sudah juga browsing di
aplikasi pencari, tak ditemukan informasi mengenai keberangkatan terakhir bus
dari Situbondo menuju Banyuwangi. Sampai akhirnya dengan malu-malu kuberanikan
diri untuk bertanya pada petugas yang berjaga, dari sana didapati masih
terdapat bus terakhir menuju Banyuwangi dengan jam keberangkatan pkl 17.00. Pak
petugas dengan ramah memberikan saran padaku agar jangan sampai tertinggal bus
kali ini, dan juga menginformasikan bahwa bus terakhir ini memang sengaja
diberangkatkan sore (cenderung masuk petang) untuk menunggu para pelajar
terakhir yang pulang dari sekolah.
Akhirnya berangkat juga bus
terakhir menuju Banyuwangi. Di bus kuusahakan menyelami internet lewat gadget
yang kubawa guna meyakinkan tempat terdekat dimana harus turun di TN
Baluran. Celakanya signal yang didapat waktu itu benar-benar tak bersahabat.
Untung saja saat itu kondektur bus menghampiri guna pembayaran karcis, kugunakan kesempatan ini bertanya padanya. Ramah sekali jawaban yang kudapati, sang kondektur berjanji pula mengingatkan untuk turun di tempat yang kutuju. Hampir saja
ketiduran saat kondektur bus memanggil-manggil “mas-mas, Baluran mas, waktunya sampean turun” katanya. Sambil dibantu
memeriksa barang bawaanku, tas daypack keril dan sebuah tas slempang samping, saatnya turun. Terimakasih banyak pak kondektur, semoga makin lancar
rejekinya aminnn…
Pengunjung TN Baluran yang naik bus
dari terminal Situbondo harus turun di pos Batangan, sebuah Kecamatan kecil di
pinggiran Bayuwangi. Waktu itu teman baruku di meja kopi tak tahu rute yang harus ditempuh
jika menggunakan bus, si doi dulunya naik motor dan karena nontabene domisili asli Banyuwangi. Informasi dimana harus turun waktu itu juga sangat
sedikit tersedia di internet, semoga dengan tulisan di alamat blog tadi dapat
memberikan informasi pada teman-teman traveler sekalian.
Saat sampai di pos Batangan, waktu
telah menunjuk pkl 18.22. Ternyata gerbang rimba untuk masuk TN Baluran ini terletak
tepat disamping jalan raya Pantura. Langsung saja kubertanya pada penjaga
pos, dan yahh malam itu tidak diperkenankan untuk masuki TN Baluran
mengingat telah lewat batas waktu pengunjung. Dengan terheran-heran penjaga pos
bertanya padaku, dengan siapa, naik apa, sudah ada penginapan atau belum,
mungkin dikiranya terlalu nekat apa. Dalam percakapan itu pula kudapati informasi
penginapan dan warung makan tak jauh dari gerbang rimba TN Baluran. Karena perut sudah amat keroncongan, langsung saja kuberangkat menuju warung makan. Disini kembali terjadi
perbincangan yang hangat dengan ibu penjual makanan. Pertanyaan umum yang berkisar
darimana asal, sama siapa (yang pasti ibunya kaget karena aku main sendirian), juga aku balik bertanya mengenai info penginapan murah dan bagaimana
akses juga medan yang dapat ditempuh untuk explore TN Baluran. Setelah makan
langsung aku menuju penginapan milik Hj. Sahri, yang disarankan dari
orang-orang sebelumnya yang kujumpai. Hj. Sahri orangnya sungguh ramah, dan
penginapannya sangat murah sekali, cukup Rp. 25rb saja semalam. Informasi
seperti ini takkan ada di internet pikirku.
Keesokan paginya di 3 Desember bu
Sahri membangunkanku. Aku memang sudah berpesan pada ibu minta dibangunkan,
karena memang ingin segera memulai petualangan explore Baluran. Sampai di gerbang Rimba
awalnya penjaga pos tak membolehkan, namun dengan sedikit usaha negosiasi yang
oke akhirnya kukantongi izin masuk TN Baluran sebelum waktu kunjungan di buka. TN
Baluran dijuluki “Africa van Java”, terdapat sabana padang rumput
yang luuuuuas beserta berbagai satwa liar. Berjalan di TN Baluran sungguh
memiliki suasana yang berbeda, seperti berada di negeri antah-berantah, yang padahal sebenarnya selama ini berada di halaman belakang rumah kita sendiri,
Indonesia. Dari gerbang rimba menuju Savana Bekol jarak yang ditempuh adalah 12 km, dan dari Savana
Bekol menuju pantai Bama 3 km. Aku berjalan kaki saja, sedang saat itu banyak
tawaran dari pengunjung lain untuk dan juga dari Polisi hutan untuk naik ke truk atau motor (saat jam kunjungan
sudah dibuka). Sungguh waktu itu aku sedang pingin dekat-dekatnya dengan
diri sendiri. Perjalanan ini adalah apresiasi terhadap diri dan perayaan
sederhana dari hari lahirku 3 Desember, hehe.
Indah sekali! Dijalan
banyak sekali bertebaran satwa-satwa liar yang tanpa malu-malu lewat, banteng, merak, monyet, dan
lain-lain. Di Savana Bekol kita bisa naik ke Menara pandang guna menangkap
keindahan TN Baluran dengan cakupan jarang pandang yang lebih luas. Indahnya
bukan main, alam Indonesia. Sekedar saran untuk pengunjung, disarankan
berhati-hati di Menara pandang Savana Bekol, ada banyak monyet-monyet bandel disini, hati-hati sama tas yang dibawa. Perjalanan kulanjutkan menuju pantai Bama.
Disini pengunjung bisa menyewa peralatan snorkeling dan perahu kano dengan tariff
Rp. 50rb sampai puas. Aku bertanya ke penjaga pantai apakah aman dan
memungkinkan untuk melakukan snorkl pada waktu itu, karena memang sedang tak
ada pengunjung. Penjaga pantai dengan ramah mempersilahkanku bermain
snorkeling, akan diawasinya selalu. Asyik dan puas sekali hari itu,
sampai pada akhirnya aku harus pulang.
Singkat cerita sampai kembali di gerbang
rimba pkl 18.00 dengan keadaan pegal luar biasa tapi hati senang. Aku mampir
makan kembali ke warung, disana kembali bertanya pada penjual makan mengenai
keberangkatan bus menuju ke Malang. Masih ada, sayangnya ibunya tak tahu detail
keberangkatan. Aku menunggu bus di samping pos penjagaan gerbang rimba, cukup
lama sampai kemudian datang seorang setengah baya dengan barang bawaan tas dan kardus besar. Setelah kutanya, ternyata hendak menuju Malang berkunjung
ke rumah anaknya. Sungguh kebetulan sekali, karena bus malam menuju Malang
sedikit rumit, harus transit di sebuah jalan besar Probolinggo, dan kalau
tak turun disitu akan terbawa hingga terminal Bungurasih, Surabaya. 4 Desember dini hari pkl 01.00 aku tiba kembali dengan selamat di terminal Arjosari, Malang…
Ada banyak hal yang didapat dari
perjalanan ini, salah satunya mengenai pentingnya bersikap ramah dan membumikan
kembali budaya bertanya. Dewasa ini orang sudah mulai enggan bertanya pada
orang-orang di sekitar, di tempat-tempat umum utamanya. Stereotipe untuk tidak
berbicara dengan orang asing telah menggeser wajah kebudayaan sedikit demi
sedikit, dari yang dulu kita selalu disanjung karena keramah-tamahan penduduknya
menuju perlahan acuh hingga sekarang ini. Orang terlalu menganggap teman sejati
mereka adalah melulu gadget, dianggapnya segala informasi berada disana (media
internet), pula semua teman ada disana. Padahal sesungguhnya, kalau kita berani keluar sedikit dari kotak
pikiran yang membelenggu, ternyata masih amat sangat banyak sekali banget orang-orang baik dan ramah yang
bisa menjadi teman. Dan cara terbaik untuk menjalin pertemanan adalah dengan
menyapa dan bertanya. Namun kembali lagi, berpikiran terbuka dan menjadi ramah
terhadap diri sendiri tentunya diperlukan terlebih dahulu. Menjaga etika dan batasan pertanyaan juga sangat diperlukan. Mari kembali saling berbicara satu sama lain, baik ditempat umum, kepada kenalan ataupun terhadap orang-orang baru, asyik kok! Yukk mari kembali bumikan budaya bertanya pada apa-apa yang pingin kita ketahui, kepada siapapun, dimanapun dan
kapanpun, karena mau bertanya pasti ngga akan bikin sesat di jalan! Salam…
wohoo Blogger dari Bojonegoro juga rupanya
BalasHapusIya mba Novaaaa, jenogoro punya wakaka :D
Hapuskeren mas toott :)
BalasHapusDek Anitaaaaa, yukk nulis lagiiiiiii :D
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusBlog tentang apa ini om
BalasHapusBlognya mengenai apa-apa saja yang pingin kutulis. Sedang untuk judul tulisan ini, dikhususkan buat ikuti kompetisi BNI Blogging. Terimakasih sudah mampir, yeayyy π
HapusWiiih keren sob! Lanjutin nulis yg inspiratif lagi
BalasHapusTerimakasih sudah mampir pak bib, etelemele BNI pasti jaya hu-hahh, sekali lagi hu-hahhh!! ππ₯
HapusTulisanmu bikin baper pengen nyoba ndaki mas :|
BalasHapusHai Nikeeeeennnnnn, makasih banyak udah mampir yeayyyy...
HapusYeeee ini mah bukan ndaki, tapi backpackeran. Yang ndaki ada di tulisan judul lain, mampir baca2 ya. Semoga lain kali bisa ndaki beneran yak, hu-hahhh!! ππ₯
Tulisanmu bikin baper pengen nyoba ndaki mas :|
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
HapusSuangaaarr dolorr.. Jadi kangen ndaki ini, boleh lah lain waktu kita ndaki sama-sama ngajak temen BNI lainnya yg doyan travelling jg. Aq belum pernah ke TN Baluran, tp dr baca Tulisanmu bisa dibayangkan, very nice!!
BalasHapusAq nulis pengalamanku ke ranukumbolo ae belum tamat mas tot, salut!!
SALAM LESTARI!
PS: Buanglah sampah pada tempatnya dimanapun kalian berada krn alam adalah warisan untuk anak cucu kita.
Yeayyy ada senior, makasih udah mampir yak. Backpacker Baluran lebih lengkap ada di alamat blog yang kusebut diatas, biarpun tulisanku masih random shit gini. Senior Hanna nulis juga? Dimana bisa kuakses tulisan-tulisanmu senior?
HapusDi masa depan siapa tahu berdiri komunitas BNI Hikers, aku belum dan amat sangat pingin sekali banget ke Rinjaniiiiiiiiiii...
Salam lestari, hu-hahhhh!! ππ
Suangaaarr dolorr.. Jadi kangen ndaki ini, boleh lah lain waktu kita ndaki sama-sama ngajak temen BNI lainnya yg doyan travelling jg. Aq belum pernah ke TN Baluran, tp dr baca Tulisanmu bisa dibayangkan, very nice!!
BalasHapusAq nulis pengalamanku ke ranukumbolo ae belum tamat mas tot, salut!!
SALAM LESTARI!
PS: Buanglah sampah pada tempatnya dimanapun kalian berada krn alam adalah warisan untuk anak cucu kita.
Suangaaarr dolorr.. Jadi kangen ndaki ini, boleh lah lain waktu kita ndaki sama-sama ngajak temen BNI lainnya yg doyan travelling jg. Aq belum pernah ke TN Baluran, tp dr baca Tulisanmu bisa dibayangkan, very nice!!
BalasHapusAq nulis pengalamanku ke ranukumbolo ae belum tamat mas tot, salut!!
SALAM LESTARI!
PS: Buanglah sampah pada tempatnya dimanapun kalian berada krn alam adalah warisan untuk anak cucu kita.
Ajak aku ndaki reeekkk pengen poll :'(
HapusBisa diatur lah Niken π insya Allah semoga Allah memberi waktu, kesehatan dan rejeki π
HapusManfaatkan cuti 12 hari sebaik-baiknya wakakaka. Eh tapi kayanya waktu kita kerja besok, kesempatan buat ndaki paling aman cuman ada di H+3 lebaran, wakakaka ππ
BalasHapusMantaap ms sentot. Dtgg recomen tempat wisatanya lainya...terus bekreativitas d BNI !!
BalasHapuscerita tentang pengalamany Bagus Dan inspiratif mas. Saya juga setuju dengan Kata Kata kalo anak jaman sekarang mulai cukup nyaman hanya dengan gadgetny saja. padahal diluar sana masih banyak kegiatan sosialisasi yang memberikan Kita pelajaran Dan manfaat yg lebih baik. sukses terus mas sentot smoga sllu bisa menginspirasi π
BalasHapus