Mahameru, gunung dengan puncak
tertinggi di Jawa. Membayangkannya saja sudah membuat berdebar-debar dan
penasaran tenang keasyikkan apa saja yang mungkin akan kita jumpai dalam
pendakian nanti. Setiap individu yang memiliki jiwa petulang tentu hatinya akan
merasa marah dan berkecamuk ingin segera mendekat kepada apa yang
dipertentangkan, dalam hal ini Semeru secara tidak langsung telah memantik
adrenalin kami untuk segera menyapanya.
Jumat pagi 5 juli 2013 persiapan
rampung, semua tim telah mempersiapkan perlengkapan dan kebutuhannya
masing-masing. Tm ini terdiri dari 10 orang, Aku, dan teman-teman manusiaku
yang akrab dipanggil ashe (teman kopiku kopimu), fahmi (satu organisasi), mas
iyal (teman satu angkatan yang umurnya lebih tua jauh makanya dipanggil mas),
joko (adik angkatan sekota asal), yunita nur (junior di CADS), fitria gembel (saya
tidak tau ini nemu dimana yang jelas kita saling ejek), Gita (setelah pendakian
ini kita jadi saudara yang dekat), duwik “the computer” (teman sekelas
sekaligus mentor belajar dengan IP 4 dua kali), dan satunya adalah pacar si
fahmi tapi aku lupa namanya, Astaghfirullah partner pendakian macam apa aku ini
Tuhan hehe.
Kami berangkat dari kampus langsung
menuju desa Ranupani melalui jalur Tumpang. 2 jam perjalanan cukup menguras
energi ditambah jalan yang berliku dan makadam sesaat sebelum sampai desa
tujuan kami, Ranupani karena desa ini adalah titik awal keberangkatan para
pendaki Semeru. Hal yang dilakukan pertama adalah mengurus perizinan pendakian,
setelah semuanya beres kita mulai pendakian. Sore itu kami mulai pendakian dari
Ranupani pukul 18.30, dengan hanya lampu senter sebagai penunjuk jalan kami
dalam gelap.
Jalur pendakian sangat licin dan
berkelok, juga dingin dan berlumpur setelah hujan di siang hari. Setelah dirasa
cukup kelelahan akhirnya kami memutuskan untuk istirahat. Tidak mendirikan
tenda, hanya melebarkan banner yang kami bawa dari alat peraga di kampus yang
tidak terpakai karena terbatasnya tempat, tidur di jalur trekking dan ini
sangat berbahaya karena disamping-samping jurang cukup curam. Sialnya aku tidak
kebagian tempat, hanya bisa duduk dibawah pohon dipeluk sarung memeluk dengkul.
Waktu itu jam menunjukkan pukul 3 pagi, dingin sekali brrr.
Pukul 6 teman-teman satu tim bangun,
siap melanjutkan perjalanan yang tertunda. Setelah berjalan beberapa saat
(beberapa saat diartikan dengan medan yang lumayan terjal dan waktu tempuh yang
lumayan lama), kami tersentak terkaget-kaget melihat pemandangan yang terhampar
di depan. Puja kerang ajaib ulalalala, ini danau legendaris itu pikir kami,
Ranukumbolo.
Kami segera menuruni bukit untuk kemudian duduk sejenak melihat
pemandangan yang tentunya sangat memanjakan mata kami. Setelah cukup lama
melepas penat kami mengeluarkan isi tas dan yeyy, ini waktu yang dinanti-nanti
sejak kemarin sore, breakfast, sarapan, mangan.
Kami tidak memutuskan untuk camping
di Ranukumbolo, karena tujuan kami dhari pertama adalah Kalimati. Lanjut
perjalanan dan didepan kami sudah menanti sebuah bukit dengan mitos aneh yang
bias dibantah, bukit cinta. Mitosnya adalah saat-saat kita mendaki bukit ini
tanpa berhenti tanpa menengok kebawah dan selalu mengingat dia yang kita
inginkan maka dia akan jadi pacar, istri atau entahlah. Saat itu aku tidak
memikirkan siapapun, karena aku tau pacarku yang sekarang si mifta dia adalah
yang terbaik dan terhebat #eaaa. Aku malah sibuk menebak dan mereka-reka siapa
yang dipikirkan masing-masing dari temanku dalam pikirnya. Ashe mungkin mirkan
fitria yang dia bonceng, fahmi sudah pasti mikirin pacarnya begitu juga
sebaliknya, mas iyal sepertinya selama ini tidak pernah punya minat dengan
makhluk wanita, gita dan yunita tidak punya clue siapa yang mereka pikirkan, si
fitria hanya diam mungkin sedang memikirkan mas ajik arema yang diisukan seneng
sama dia, ah entahlah xixixi…
Setelah bukit cinta ada lagi yang
spektakuler, oro-oro ombo. Lembah savana padang rumput yang luas dan
dikelilingi bukit, tak hanya itu terdapad ribuan bunga lavender sedang
bermekaran. Mungkin kami punya pertanyaan yang sama dalam pikir masing-masing,
ini benar-benar kita di Indonesia?
Perjalanan dilakukan, sembari
berdiskusi dengan beberapa pendaki lain menuju Kalimati. Aku dan mas Iyal
memutuskan berjalan duluan karena kami merasa akan sangat menjengkelkan jika
harus berjalan lambat dengan beban berat di punggung kami. Kita berpisah dari
tim dan akan menunggu di Kalimati. Sampai tengah perjalanan aku berpisah dengan
mas Iyal karena kelelahan. Setelah melanjutkan perjalanan akhirnya aku sampai
di kalimati dan benar-benar kehilangan jejak mas Iyal. Aku tersesat, hilang,
luntang-lantung selama kurang lebih 2 jam. Aku tidak tau apa yang sedang
dilakukan oleh tim ku disana. Merasa bersalah iya, menyesal iya, takut hilang?
Yes, I‘m lost.
Untungnya ada si Aris yang temukan
aku, dia ini teman, junior, partner di organisasi kampus, juga mentorku dalam
mendaki. Dia yang selalu ceramah tentang segalanya yang berkaitan dengan
pendakian, dan dalam pendakianku yang pertama ini aku terpisah dari rombongan.
Aku tahu sebenarnya sebenarnya dia ingin memarahiku karena tidak menggunakan
prinsip utama pendakian, ‘Save trip’. Singkat cerita mas Iyal menjemputku dan
mengajakku kembali ke dua tenda yang telah didirikan ashe dan teman-teman. Kita
memasak nasi, nyemil jajanan, minum susu kotak dan kopi sambil bercengkrama
dalam hangat tenda persahabatan yang tidak menghiraukan suhu dan kabut diluar
sana, sungguh syahdu. Selanjutnya udara dingin memaksa kami untuk segera
memejamkan mata, waktunya tidur, persiapan pesta klimaks, pendakian puncak.
Pukul 12 tepat, malam dinihari itu,
di minggu 7 juli, akan jadi hari bersejarah bagi kami, penaklukan gunung
Semeru, puncak tertinggi jawa. Summit attack, serangan puncak segera kami
bergegas. Dalam serangan ini hanya kami para makhluk lelaki yang menyerbu
puncak. Serangan puncak diawali dari tenda menuju Arcopodo, semakin berjalan
semakin suhu terasa dingin. Kemudian melewati batas vegetasi dan, kaki gunung
Mahameru yang berpasir. Ditengah jalan ashe memutuskan untuk kembali ke tenda
karena tidak menggunakan peralatan yang memadai, hanya menggunakan sandal jepit
dan sarung. Aku fahmi, mas iyal dan joko masih terus berjuang. Ditengah
perjalanan menuju ke atas sambil merangkak dalam trek berpasir akhirnya kami berhasil.
Daaaannnn, pukul 6.30, diatas lautan
awan dan sunrise yang mengintip dari timur jauh, inilah dia degup jantung
diatas puncak Mahameru, manusia tertinggi di pulau Jawa. Tertancap dengan
kesepian disana sebuah tiang tempat bertengger kain lusuh yang walaupun kesepian,
dia terlihat gagah dan kokoh, inilah bendera bangsa ini sang merah putih di puncak
tertinggi dari puncak manapun Jawa. We
did it men… Yes, we did it!
Singkat cerita lagi (karena sedang
malas mikir), selepas menikmati pemandangan di puncak tertinggi kami kembali ke
tenda, berkemas-kemas dan melanjutkan perjalanan pulang untuk kemudian
mendirikan tenda di malam ketiga, tujuan kami adalah camping di Ranukumbolo,
danau legendaris itu, untuk menikmati bintang-bintang malam hari.
Banyak pelajaran yang kami ambil
dalam pendakian ini. Akan selalu ada tangan-tangan yang menanti diatas, menggenggam
dan menarik disaat semuanya meredup. Masih banyak orang-orang baik diluar sana,
mereka masih berkeliaran dan bertebaran diatas muka bumi. Kemudian mendaki
mengajari kami mencintai alam ini lebih, mendalami negeri ini lebih, merenungi kebesaran-Nya
lebih lebih lagi. Dan yang paling penting adalah, jangan pernah mendaki dengan peralatan minim, karena tujuan mendaki yang paling utama adalah kembali pulang dengan selamat tanpa kurang suatu hal apapun, keberhasilan mencapai puncak anggap saja bonus. Save trip, Salam lestari...