Minggu, 28 Mei 2017

Love Letter to Uncle



Assalamualaikum Warahmatullah

Good night uncle. How’s the preparation, everything going good? Hope so. It was suuuuperb to hear you for the first time in january (i remember when you guys told me the secret) to ask mbah kung and mbah putri for an Umra, it’s suuuper cool. I wish someday can go there with mom-dad, and future wife too.
Uncle, i really really ask you to do me a favor. Can you please carry my pray to Allah in front of Ka’bah when you get there? My one and only one ultimate pray, right now: to propose then marry her as soon as possible. I am pretty sure of this plan, i really want it. To complete my half (religion), al-Islam. To walk away from sins that are soooooo easy to do it. To keep my sight, and the most important thing is to get HIS ridla. I have a plan, and it’s not a blind ambition, trust me. I am a good-healthy young man and really want to achieve my vision and mission as soon as possible. I call it: “Project Good Life” really want to do it a.s.a.p., because of Allah, LILLAH...
You know that i already had a job, insyaAllah it’s a good career for a living. It’s all Alhamdulillah going good, i keep half of my income for a future saving.
Last week i take Dita home to meet my parents. Mom said that she’s really good, she loves her, mom fully gave her permission for me to be with her. I pick Dita up in her uncle’s house at Bojonegoro, after attending seminar at Aston hotel. Her uncle was a doctor, in Aisyah hospital, Bojonegoro, named dr. Irianto. His wife, aunt Ina was a teacher at smp Kalitidu. I am real sure that Dita is from a good big family (Dita’s father is a retired marine Purnawirawan). The problem is here and you know that really well: my father still stuck with his own tiny mind. Don’t know what he really want. Bude-bude from bapak’s family was already calm their mind and think that it’s okay, it’s good. Pakde Tri, bude Tik, mbah kung and mbah Putri i see they’re thinking good too. But bapak, he is still just like that. Hope Allah would softening his heart.
Uncle i want to tell you this: i really want to propose then marry Dita immidiately as soon as super possible. Her islam, her brain, beauty on her face, i really love it. She’s really kind of girl i dreamed of and ask to Allah. She always push me to be more aware about the importance of study islam and i think its good for me, thanks to her i now getting on my better shape.
The plan is to marry (InsyaAllah Dita) as soon as possible. Because of her contracts, we will only meet on weekend at surabaya and or Sidoarjo. We will rent a small house there. When she is in long holiday (she’s a teacher), it will be her come home to Bojonegoro. Even we can’t live in the same home right after the marriege, i think it’s a good plan because on my istikharah come this idea. It’s good chance for me to go back Surabaya on weekend. There’s a reason to stay, you know what? I want to continue my study. I already search and gather all the information i need about university which is serve pascasarjana study on weekend. There are Unair (it’d be lovely to study there), Untag, perbanas and any other campuss. Imagines that i could do that in the same time makes me shiver and anthusias. I am onto it uncle, this plan was gold and i need to take this shot! Of course it’s all depend on Allah, man propose Allah dispose. But i ask HIM the almighty god to give me power for struggling, it’s worth fighting for. Bismillah..
Now i really on my hardest battle to convince my father that this is (the plan) is god for me. Dad always want me to be a “normal” man, work, live, take all easy, never out of comfort zone, live a natural life, what then, a die? Where’s the fun in that, huh? No i don’t, and i won’t! Mom already gave her permission, and she really loves Dita. Uga too, she loves her. Bude-pakde from dad’s family give their suport for me. Bude tik and pakde Tri, mba dian, mas Wahyuuuu (really want me to immediately propose her), mbah putri and mbah kung too, and now i ask you to pleaseeeeeee carry my pray to Allah there...

“I don’t really want to become normal, average, standard. I want merely gain in strenght, in the courage to live out my life more fully, enjoy more, experience more...”
-          Anais Nin (teacher, writer, traveler)

The time is good. It’s all set for her good family in halal bi halal silaturrahim Idul Fitri, bacause it’s her family’s turn to held the gathering. I wish i can go there too at the same time, with my big good family to propose her to her parents.
Wuoooo such a long text i wrote, sorry to interrupt your time for reading this. I have to make this “Project Good Life” work as soon as possible. I already calculate all the risk, know all the consequences, it’s time for a realllllllllll fight. Struggle struggleeeeee, i was made for this. Bismillahirrahmanirrahim, Allahuakbarrrrrrrrrrrr...

Thank you for reading this, i actually don’t know who to tell the story. Thankyou so damn much om, warmest salam to bulik, mbah putri dan mbah kung. Hope the journey going good, and get suuuuper close to Allah. And go back home safely, family are waiting. Bismillahrrahmanirrahim, Allahuakbarrrrrrrrrrr...
Wassalamualaikum warahmatullah

(Sent via whatsapp on may, (the) 18th 2017 at 23:17)

Sabtu, 06 Mei 2017

Mayoritas Penghuni Neraka



16. Iblis menjawab: “karena Engkau telah menyesatkan aku, pasti aku akan selalu menghalangi mereka dari jalan-mu yang lurus!”
17. kemudian pasti aku (iblis) akan mendatangi mereka (manusia) dari depan, dari belakang, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur...
18. (Allah) berfirman: “keluarlah kamu dari sana (surga) dalam keadaan terhina dan terusir! Sesungguhnya ada diantara mereka yang mengikutimu, pasti akan Aku (Allah) isi neraka jahanam dengan kamu semua.”
(QS. Al-A’Raf [7] : 16-18)

Ini adalah catatan dari seorang pemuda yang baru saja belajar menekuni agamanya lebih dalam. Tentunya ini hanyalah sebuah analisa mentah dan perlu ditanyakan lagi kepada para ustad atau kiai. Dua kalimat yang ditebalkan diatas menurutku mengandung korelasi yang kuat. Di ayat 17 Iblis berkata bahwa iblis akan selalu ‘mendatangi’, kata ini dapat diartikan iblis selalu mengajak kepada kesesatan, keburukan, kepada apapun yang melanggar kepatuhan terhadap Allah, dan iblis memberi ultimatum atau membocorkan ciri-ciri bahwa kebanyakan dari mereka (manusia) yang akan tergoda pada bujuk rayu iblis adalah orang-orang yang tidak bersyukur. Kemudian Allah menimpali dan dipertegas dengan kalimat terakhir ayat 18, isi neraka jahanam adalah semua orang-orang yang mengikuti iblis.
Katakanlah muncul dua premis:
-          Iblis selalu mengajak manusia pada keburukan dan kesesatan dan golongan yang paling banyak masuk dalam bujuk rayunya adalah mereka yang tak bersyukur
-          Allah akan memasukkan mereka semua ke dalam neraka jahanam
Silogismenya menjadi :
Kebanyakan orang yang masuk neraka adalah mereka yang tidak bersyukur, naudzubillahi min dzalik...

Mari menjadi pribadi yang senantiasa bersyukur, walau berat dirasa, selalu ucapkan; “Ya Allah, kami hamba-hambaMu yang lemah, terimalah puji syukur kami atas segala rahmat dan nikmat yang telah Engkau titipkan.”

Terimakasih, semoga bermanfaat

Senin, 24 April 2017

Takwa: Identitas Kesalehan



“dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku...”
(QS. Ad-Dariyat: 56)

Ayat yang hampir sudah kita hafal diluar kepala. Namun sayangnya, pengabdian pada Allah seringkali dipahami hanya berkutat pada masalah ritual yang tak jauh dari persoalan aktivitas lahir dan ibadah. Sehingga saat ditanyakan, “siapakah muslim yang saleh?” atau “siapakah orang yang alim?” masyarakat pada umumnya akan menjawab “ialah yang rajin shalat, puasanya tekun, zakatnya lancar, ngajinya fasih, sering tampak di masjid dan aktivitas ibadah lainnya”.
Kesadaran lama itulah yang menjadikan Islam hanya menjadi kulit yang tidak dapat membangun kepribadian manusia. Syariat yang dianggap masih menjadi tujuan dalam beragama mengakibatkan adanya nafsu yang lebih mementingkan, atau terobsesi meraih pahala sebesar-besarnya.
Padahal Tuhan tidak menciptakan manusia untuk diajak transaksi jual-beli. Kita beribadah kepada Allah dan akhirnya memperoleh laba (pahala). Nantinya jika laba kita ternyata lebih banyak dari hutang, kita akan masuk surga. Islam diturunkan bukan untuk tujuan sesederhana dan ‘serendah’ itu. Kurang apa Allah memberi nikmat pada kita? Coba kita hitung satu-persatu kalau mampu mengkalkulasinya. Islam diturunkan tidak lain demi kesejahteraan manusia. Agama diperuntukkan sepenuhnya untuk kepentingan manusia. Untuk memperbaiki kepribadian individu maupun masyarakat dengan syariat sebagai jalannya, al-Qur’an dan Hadist sebagai peta, dan Allah yang maha kuasa sebagai sutradara penentu segala. Ritual ibadah sesungguhnya ‘hanyalah’ cara unuk mencapai suatu kepribadian tertentu.
Lalu bagaimana menentukan saleh tidaknya seseorang? Tidak lain adalah tingkat takwanya kepada Allah. Islam sejak lama mengajarkan satu ajaran luhur , bahwa kemuliaan manusia bukan dilihat dari hartanya, tinggi rendah derajat manusia bukan dari pangkat, popularitas, prestasi akademis, deret gelar, atau dari eloknya paras, demi Allah bukan. Derajat disisi Allah ditentukan oleh kadar ketakwaan kita pada-Nya.

“Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu adalah disisi Allah adalah orang yang paling bertakwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi maha mengenal...”
(QS. Al-Hujarat : 13)

Takwa? Takwa adalah mematuhi perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. Sebagian ulama adapula yang dengan cerdik menerjemahkan takwa melalui huruf-huruf penyusunnya: ta’, qaf, wawu.
Ta’ adalah Tawadhu’. Seorang yang bertakwa akan rendah hati dihadapan siapapun. Ia merasa bahwa diri hanyalah makhluk kecil yang tak pantas sombong didepan siapapun, tak mudah meremehkan orang lain.
Qaf adalah Qana’ah. Orang yang bertakwa selalu menerima karunia Allah dengan penerimaan yang tulus. Tak gusar saat rezeki sempit. Tak sombong saat rezeki Allah datang berlimpah. Cukup saat diberi sedikit, bersikap wajar saat diberi banyak. Ketika diberi lebih ia bersyukur.
Wawu adalah Wara’. Artinya sikap waspada terhadap segala hal selain Allah. Menjauhi sikap berlebih-lebihan, egoisme, kesombongan, dan ambisi materi lainnya.

Hasan al Bashri menggambarkan dengan kalimat indah tentang sifat orang yang telah mencapai derajat takwa:
Anda akan menjumpai orang yang mencapai tingkat takwa yakni teguh dalam keyakinan, teguh tapi bijaksana, tekun dalam menuntut ilmu, semakin berilmu semakin merendah, semakin berkuasa semakin bijak, tampak wibawanya didepan umum, jelas syukurnya dikala beruntung, menonjol qana’ahnya dalam pembagian rezeki, senantiasa rapi walau miskin, selalu cermat, tidak boros walau kaya, murah hati dan murah tangan, tidak menghina dan tidak mengejek, tidak menghabiskan waktu dalam permainan, tidak berjalan membawa fitnah, disiplin dalam tugasnya, tinggi dedikasi serta terpelihara identitasnya, tidak menuntut yang bukan hak dan tidak menahan haak orang lain, apabila ditegur ia menyesal, jika bersalah ia istighfar. Kalau dimaki ia tersenyum sambil berkata, “jika mungkin ini benar, aku bermohon segera Allah mengampuniku. Jika makian ini salah, aku bermohon semoga Allah mengampunimu...”

Berjamaah menuju kebaikan, semoga bermanfaat.

Disadur dari:
Ahmad Rifa’i R., “Me+God=Enough” bab Wong kang Sholeh Kumpulana. Hlm: 103-108

Makasih bukunya, dekk :)