Tulisan kali
ini akan sedikit menceritakan mengenai skripsi yang telah kuselesaikan sebagai
syarat meraih gelar strata-1 sarjana pertanian. Sedikit saja, karena memang
otak ini sudah benar-benar muak dengan angka-angka perhitungan regresi, revisi,
dan segala yang berhubungan dengan skripsi. Penulisan kali ini juga ditulis
seingat saja, males kalau harus buka-buka file skripsi lagi, pakai gaya bahasa santai
biar ndak methenteng terus. Baiklah,
ini dia.
Skripsi yang
kukerjakan berjudul “Analisis Faktor-faktor Sosial Ekonomi yang Mempengaruhi Diversifikasi
Konsumsi Pangan pada Rumah Tangga Petani Padi (Studi Kasus di Desa Sedeng,
Kecamatan Kanor, Kabupaten Bojonegoro)”. Kata kunci dari judul diatas terletak
pada Diverisifikasi konsumsi pangan. Yang dimaksud diversifikasi konsumsi
pangan menurut bahasaku sendiri, yakni konsumsi pangan guna mencukupi energi
untuk aktivitas sehari-hari yang didapatkan dari berbagai sumber pangan. Sebenarnya
akar permasalahannya terletak pada topik utama yakni ketahanan pangan. Kemudian
ketahanan pangan dibagi dalam 4 aspek, yakni sisi ketersediaan (availability), konsumsi (consumption), stabilitas (stability), dan keterjangkauan (accessibility). Diversifikasi pangan
merupakan salah satu penguat ketahanan pangan dari aspek konsumsi, karena
sejatinya pertanian Indonesia tak hanya melulu tentang padi. Dengan
mempertimbangakan berbagai kompleksitas di bidang pertanian yang tak perlu
kujelaskan dalam tulisan ini, konsumsi dari satu jenis bahan pangan saja akan
membahayakan keadaan pangan pada suatu wilayah. Kluster wilayah cakupan dalam
membahas pangan yakni dari tingkat paling makro hingga ke mikro, dari tingkat
nasional, daerah, kota, dan sampai kemudian yang terkecil yakni tingkat rumah
tangga. Secara gampangnya, ketahanan pangan bisa dikatakan kuat bila sampai
tingkat rumah tangga mampu memenuhi kecukupan pangannya dengan baik sesuai 4
aspek ketahanan pangan diatas,
Sumber pangan
yang secara umum dikonsumsi orang modern jaman sekarang tentu sudah kita sama-sama
tahu, kalau tidak dari nasi juga gandum-ganduman (roti dan mie), karena kedua pangan
ini memiliki energi Kkal (kilo kalori) yang tinggi. Secara ilmiah pada
skripsiku ada 8 bahan pangan, yakni padi-padian, umbi-umbian, pangan hewani,
minyak dan lemak, biji berminyak, kacang-kacangan, gula, sayuran dan buah. Kesemua
bahan pangan ini haruslah dikonsumsi berimbang sesuai dengan anjuran yang telah
ditetapkan para ahli, takarannya akan sangat merepotkan kalau kutulis ulang. Kalau
mau tahu bisa dicari sendiri di internet, atau kalau mau lengkapnya hubungi
saja disini firmansentotap@gmail.com
nanti kukasih file skripsiku lengkap dengan syarat benar-benar dibaca.
Sasaran
penelitianku adalah para petani padi tetangga rumah, kebetulan lokasi
penelitian adalah kampong halaman sendiri. Petani disini menanami sawahnya
selalu padi penuh dalam setahun, yang sebenarnya tidak baik dilihat dari segi
ekologis. Dari sisi usahatani pun mungkin juga kurang menguntungkan, maka dari
itu dipilihlah responden rumah tangga petani padi. Alasan lain yang kubuat-buat waktu konsultasi
ke bu Fah (dosen pembimbing skripsiku yang suuuuuper ridgit), kalau rumah
tangganya saja nanam padi selama setahun penuh, pasti akan banyak berimbas pada
konsumsi rumah tangga yang didominasi mutlak oleh bahan pangan padi-padian kan.
Ini alasanku yang syukur benar bisa diterima kanjeng mami (kupanggil demikian
bu Fah), padahal menurutku masih klise hehe.
Selanjutnya konsumsi
pangan suatu rumah tangga dipengaruhi dan dibentuk juga oleh faktor-faktor
sosial ekonomi atau karakteristik internal masing-masing rumah tangga. Faktor sosial
meliputi Pendidikan kepala keluarga dan ibu rumah tangga, umur kepala keluarga
dan ibu rumah tangga, jumlah anggota rumah tangga dan pengetahuan ibu tentang
gizi. Sedangkan faktor ekonomi terdiri dari pendapatan perkapita rumah tangga
dan pemanfaatan lahan pekarangan. faktor sosial-ekonomi yang didapatkan dari
penggalian data primer ini nantinya digunakan sebagai variabel dalam model regresi
linear berganda.
Ada 2 (dua)
tujuan yang hendak dicari jawabannya dalam penelitian ini, yakni untuk
menganalisis tingkat diversifikasi konsumsi pangan dan menganalisis faktor-faktor
sosial ekonomi yang berpengaruh (secara signifikan) terhadap diversifikasi
konsumsi pangan rumah tangga petani padi. Untuk menjawab tujuan pertama
digunakan perhitungan Angka Kecukupan Energi (AKE) terlebih dalu, baru kemudian
dihitung kecukupan konsumsi pangan rata-rata perkapita perhari pada tiap rumah
tangga responden dengan ketetapan Pola Pangan Harapan (PPH). Pada tahap perhitungan
ini sebenarnya sederhana saja, namun banyaknya responden dan angka-angka yang
harus dikaji buat kepala puyeng. Ada 42
responden dalam penelitian ini, jumlah tersebut didapatkan dari formula rumus
Slovin. Mendapatkan AKE diperoleh dengan wawancara intensif terhadap ibu rumah
tangga mengenai apa-apa dan berapa saja berat (dalam gram) bahan pangan yang dikonsumsi
rumah tangga melalui metode food recall 1x24
jam. Jenis pangan dan berat pangan yang didapat kemudian ditransformasikan
kedalam kkal/kap/hr agar lebih seragam dan mudah dianalisis. Dari anga tersebut
kemudian dilakukan penghitungan lagi guna mendapatkan nilai PPH tiap rumah
tangga. AKE dan PPH sudah memiliki ketetapan perhitungan baku, jadi hasil angka
analisis yang didapati sudah pasti akurat dan kredibel, tak mungkin meleset.
Tujuan kedua
dijawab dengan menggunakan analisis regresi linear berganda. Alat analisis software SPSS 16.0 kugunakan sebagai
senjataku. Faktor sosial-ekonomi juga didapati dari wawancara intensif. Hasil yang
didapat kemudian di input kedalam model, dan *jengjeng* hasil analisis akan
muncul di layar leptop. Proses ini terlihat mudah, tapi pada tahap ini sungguh
dulu aku merasa mau “patah”. Tak terjitung berapa ratus kali mencoba input data
agar hasil analisis yang keluar setidak-tidaknya mendekati ketetapan teori yang
berlaku, setidak-tidaknya mendekati. Permainan angka tak lagi berkutat, pada
satuan, melainkan sekian 0 dibelakang koma. 0,00xx.., 0,0210xx…, dll. Waktu itu
mau pataaaahhhhhhhh, KZL KZL KZZZLLLLL… huahahaha!
Berdasarkan hasil
penelitian konsumsi pangan didapatkan rata-rata konsumsi pangan berada pada
angka 2001,67 Kkal/kap/hari atau 93,1% dari standar ketetapan AKE yakni 2150
Kkal/kap/hari. Jumlah angka yang diperoleh menandakan bahwa jumlah berat maupun
konsumsi pangan energi pada rumah tangga petani padi masih kurang baik walaupun
sudah mendekat ketetapan AKE. Namun berdasarkan indikator cut of points dimana hasil
proporsi konsumsi dari AKE sebesar 70-100% atau diatas 1505 kkal/kap/hari menunjukkan
kondisi tahan pangan dan sekurangnya menunjukkan kondisi sebaliknya. Dari 42
responden rumah tangga petani padi ditetapkan keseluruhannya tahan pangan. Kemudian
dari perhitungan PPH didapatkan rata-rata skor yakni 71,71. Hasil ini masih
jauh dari skor PPH normatif yang ditetapkan yakni 100. Bila skor PPH terpenuhi
atau berkualitas sama sama dengan proyeksi skor Pola Pangan Harapan yang hendak
dicapai pada tahun 2014 yakni sejumlah 93,3 maka masuk karakteristik rumah
tangga PPH terpenuhi. Sayangnya dari 42 responden tak ada satupun rumah tangga
yang bahkan skornya mencapai skor yang ditetapkan pemerintah untuk dicapai. Maka
dinyatakan tak ada satupun rumah tangga petani padi di lokasi penelitian yang
masuk kategori PPH terpenuhi.
Angka
Kecukupan Energi (AKE) mewakili kuantitas pangan, sedangkan Pola Pangan Harapan
(PPH) menggambarkan kualitas pangan yang dikonsumsi. Kesimpulannya adalah dari
segi kuantitas tak perlu diragukan bahwa rumah tangga petani padi di lokasi
penelitian mampu memenuhinya dengan baik. Hal sebaliknya terjadi ketika
dihadapkan dari sisi kualitas konsumsi pangan. Tujuan analisis pertama
terjawab, menginjak ke tujuan kedua yang bahasa gampangnya adalah para rumah
tangga petani padi ini mengkonsumsi makanan dipengaruhi oleh faktor apa saja.
Hasil analisis
regresi linear berganda menunjukkan ada 4 faktor yang mempengaruhi pengambilan
keputusan rumah tangga dalam memilih pangan yang lebih beragam, yakni
pendidikan ibu rumah tangga, pengetahuan ibu tentang gizi, pendapatan perkapita
rumah tangga dan pemanfaatan lahan pekarangan. Tak perlu kujelaskan lebih
mendetail bagaimana bisa kudapatkan hasil demikian karena kepalamu bisa pecah
kalau mau nyerna penelitian ini (*sombooonggg*), akan kujelaskan singkat saja. Jadi
semakin tinggi pendidikan ibu rumah tangga maka akan semakin baik pula
preferensi pemilihan pangan yang lebih beragam bagi keluarga. Pengetahuan ibu
tentang gizi akan sangat berpengaruh pada pemilihan jenis pangan, makin banyak
tahu makin baik pula pangan yang dipilih. Pendapatan perkapita rumah tangga yang
tinggi akan memberikan dampak bagi alokasi lebih pembelanjaan pangan sehingga kondisi
pangan keluarga dapat lebih dikondisikan dan berkualitas. Kemudian pemanfaatan
lahan pekarangan dinilai menggunakan variabel dummy, dan rumah tangga yang
memanfaatkan lahan pekarangannya untuk pertanaman akan lebih baik pula kondisi
pangan keluarga petani padi.
Skripsi ini
kuselesaikan dalam waktu 7 bulan, terhitung mulai dari pembuatan (revisi
proposal lama) proposal pada oktober 2014. Nopember 2014 seminar proposal,
Desember penelitian, Januari-februari 2015 olah data dan analisis input serta pengerjaan
hasil dan pembahasan, maret seminar hasil dan april ujian siding komprehensif. Sebenarnya
proposal sudah selesai dibuat pada april 2014, namun kala itu masih terjebak
dengan “Zona berbahaya”, bawaannya pingin urusi organisasi dan pingin mbolang. Padahal
sudah semester 8, dan aku belum juga ke dosen pembimbing untuk konsultasi
proposal. Sudah pula kubilang bapak bahwasannya diri belum siap lulus
disemester 8. Ketika ditanya kenapa, alasannya karena masih banyak hal yang
belum dikerjakan. Untung babe memaklumi, dan kujanjikan wisuda disemester 9. Ternyata
tembus sampai semester 10, wkwkwk kampret bener.
Skripsi ini
dibawah bimbingan prof. Nuhfil dan bu Fahriyah. Prof. Nuhfil pada waktu itu
mencalonkan diri jadi rektor UB namun gagal, kemudian jadi Dekan Fakultas
Pertanian UB. Sedangkan bu Fah adalah dosen Prodi Agribisnis yang terkenal
ridgit dan teliti, kualitas dosen lulusan terbaik kampus IPB. Bangga sekali
diri ini digembleng 2 orang “legend” milik Faklutas Pertanian. Walaupun lulus
dengan bersusah-susah payah, namun banyak juga manfaat yang dituai. Juga lulus
tercepat diantara para Rebels (rekan-rekan sepertongkrongan), huahaha…
Ada cerita
unik yang ingin juga kubagikan. Ujian sidang skripsiku mungkin adalah yang
tercepat dalam sejarah Fakultas Pertanian, hanya sekitar 50 menit dari jatah
waktu “pembantaian” yang diberikan yakni 2 jam. Entah karena keberuntungan atau
memang karena pancene-aku-sangar-tenan,
tapi setiap pertanyaan yang terlontar waktu itu terjawab dengan baik. Sidang
berjalan cepat, lugas, dan sesekali lucu, kemudian berakhir. Kebetulan memang
Prof. Nuhfil adalah juga expert dibidang
ketahanan pangan. Di akhir sesi sidang skripsi, Prof. Nuhfil meminta kesediaanku
untuk berbagi data skripsi, mau disadur dalam jurnal tulisannya, katanya
seperti itu. bayangkan saja namaku nanti akan muncul di jurnal internasional
milik beliau, Putra (2015). Sayange kok jenengku akhire Putra, nek Abintara (2015)
kan ketok keren yo to hahaha…
Sekian saja,
selamat tinggal skripshot, skrip yang sudah di shot!
Saatnya
gunakan gelar kesarjanaan guna menapak ke level yang lebih tinggi, mari
bersaing…