24 Agustus aku dan Catherine bermandikan
mentari, peluhku menetes terjatuh tepat mengenai bayangan my Catherine,
Catherine hanya diam membisu tak sepatah kata melayang terucap, hanya karena Catherine
memang bukan manusia…
Cinta yang ada dihatiku satu diantaranya
milik Catherine…
Damai yang ada dijiwaku datang bersama
kehadiran Catherine…
bukankah semua yang ada dilangit dan
bumi bersujud pada-Nya, biarkan aku dan Catherine menyusuri alamku…
(Tamasya band - Cathrine)
Tentunya dengan sedikit
modifikasi, mas Bro si vokalis Tamasya dalam musiknya gowes dengan Cathrinenya
di 23 September, dan ada sedikit perbedaan abjad antara Catherine milikku dan
Cathrine milik mas bro, tau kan? Hehe
Minggu ini kebetulan
yang pas anggota kontrakan 910B pulang kampung, waktu dikontrakan kami sudah
janjian akan gowes diminggu pagi, sedang aku sendiri sudah tak sabar pingin
kencan sama Catherine sepeda hardtrailku yang anggun itu. Tujuan gowes kami
besok masih sama dengan tahun lalu yakni perbukitan Kapur di Kecamatan Rengel, Tuban.
Ada tambahan personil kali ini, yakni si Ardi jalituk yang ikut, dia langsung
beli sepeda baru, ciyeeeh sasaran ospek ‘kenalan-dulu-donk’ kami haha. Saat
akhir perjalanan sepedanya si jalituk ini bannya agak kocak gara-gara kami
ospeki, hahaha. Aku dan Catherine bersama Noisy club, klub futsalnya Piter,
Jalituk dan Andtok (aku ndak ikut futsal karena jarang pulang jenogoro). Ayo
kita kemon, GOGOGOWESSSSS…
Minggu pagi kami
berangkat, aku dan Catherine dari rumahku yang nanti nunggu Ardi dari rumahnya,
Piter dan Andtok dari rumahnya juga di borno. Kutunggu si jalituk yang lupa
rumahku, sepertinya dia terlampau bersemangat dengan sepedah barunya sampai
bablas hingga lokasi dekat perahu penyebrangan. Okelah jadi kutunggu Piter dan
Andtok di meeting point kami, SMP Kanor, sekolahku dulu yang sering kebanjiran.
Rute Gowes kami melewati kecamatan Kanor, kemudian desa Semambung dan titik
terakhir Kabupaten Bojonegoro paling utara hadap selatan, desa Pilang. Disini
kami harus naik perahu penyebrangan utuk melewati bengawan, sedang bengawan
Solo ini adalah batas antara Kabupaten Bojonegoro dan Tuban. Ongkosnya murah,
cukup Rp. 1000 masing-masing sepeda, kami kasih Rp. 4000 pun masih di
kembalikan seribu. Kami dengan asyik mengamati kapten kapal yang baik hati dengan
lihai dan cakapnya memainkan perannya menahkodai kapal kecilnya, hap hap,
kuliah dimana bapak ini tanya kami, mungkin di Universitas kehidupan, Fakultas
pengalaman, Jurusan perkapalan bengawan. Kami bisa bayangkan gimana
carut-marutnya transportasi Indonesia regional Bojonegoro-Tuban kalau tidak ada
bapak-bapak penyedia jasa penyebrangan bengawan ini.
Masuk di Rengel kami
kayuh sepeda dengan santai sambil bersenda gurau sampai ke Pasar. Di pasar
Rengel ini adalah titik kedua kami mulai perjuangan. Jalanannya nanjak abis,
kalau naik motor sih oke aja sebenernya. Kadang kami harus turun sepeda buat
nuntun, karena ndak kuat kaki kami paddle-paddle
like hell terus hehe. Sampai di bukit kapur, saatnya kami istirahat makan
bekal tempe gorengan gratis lombok yang dibeli dipasar tadi, wuhhh mantabbbsss.
Setelah itu kami foto-foto, bercengkrama, dan ngonthel to the max, sungguh
mengasyikkan. Mengayuh sepeda di trek seperti ini ingatkan kami dengan game PlayStation 2, Downhill, ternyata tak
segampang megang stick PS tapi benar-benar jauh lebih seru. Pas perjalanan
pulang di kaki bukit aku juga sempat bernostalgia dengan ranjau tempatku jatuh
dulu, dalamnya sekitar 1,25m dari permukaan jalan, huahahahaha dasar ranjau, brings back memories!
Untuk selanjutnya kami
akan berganti destinasi gowes yang pastinya takkan kalah keren. Sekian saja,
semoga masih bisa terus bersepeda. Catherine, bring me further more, love you
so bad…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar