Dalam perjalanan
ke Desa Atas Angin sebelumnya yang telah ditulis, pernah kubilang bahwa ingin
sekali untuk selanjutnya mendaki ke gunung Pandan, yang puncaknya terlihat
lumayan jelas dari bukit Atas Angin. Ingin sekali rasanya waktu itu untuk segera
bisa rasakan segarnya udara gunung, atau sekedar meringkuk tidur ngeringkuk
kedinginan dalam sleepingbag dan tenda di alam lepas kembali.
10 September,
sudah lama sekali kuincar tanggal ini. Akhir pekan yang sangat tepat untuk
melakukan pendakian ditengah kesibukan kerja, sebab libur bertambah sehari
karena senin tanggal merah (Idul Adha). Perencanaan sudah dilakukan dengan
matang, teman-teman sekopian telah kuberitahu untuk mengosongkan jadwal akhir
pekan mereka.
Anggota tim
pendakian ini adalah Ayik, Alvin dan Husain. Sabtu siang tepat setelah pulang
dari kantor (harus ngantor untuk selesaikan beberapa urusan), kami berangkat
naik motor susuri jalan menuju wilayah Bojonegoro bagian selatan. Dari Kanor,
Sumberrejo menuju kota Bojonegoro, bertolak ke arah Dander, Temayang, dan
sampai ke Klino, Kecamatan paling selatan Bojonegoro yang berbatasan langsung
dengan Nganjuk. Sore hari kami sampai di base camp, rumah terakhir warga
sekitar. Pendakian gunung Pandan dimulai dari Desa Klino, dan untuk sampai di
puncak ternyata bisa ditempuh menggunakan motor, kata penduduk sekitar. Setelah
melalui diskusi kecil, kami langsung seiya-sekata pada putusan menggunakan
kaki-kaki sendiri demi sampai di Puncak. Nyatanya dalam perjalanan kami jumpai
track jalan yang cukup terjal, apalagi pada track menjelang puncak yang miliki
tebing curam atau jurang dalam, dan yah
kubilang akan sangat sulit sekali kalau ditempuh pakai motor biasa. Lagipula,
akan sangat memalukan sekali bagi kami yang telah terlihat sangat keren
membopong tas keril berat (tidak terlalu bagiku) apabila tak gunakan kaki
sendiri untuk berjalan.
Pkl. 16.42 kami
baru memulai start pendakian dari rumah penduduk terakhir, yang tepatnya adalah cucu dari mendiang kakung Imam Marsan (sesepuh gunung Pandan), tempat motor kami
titipkan. Kesorean memang, untung saja cuaca lagi bagus jadi okelah. Ada
sensasi aneh pada tiap langkah waktu itu, rasa menyenangkan yang teramat lama
tak meletup-letup muncul kembali. Penat karena kesibukan kerja langsung
terlepas, pundak pengangkat tas keril sekalipun terasa begitu enteng,
menyenangkan sekali. There is an
overwhelming pleasure in every simple step our foot take through the pathless
woods!
Waktu tempuh
untuk dapat sampai di puncak Pandan terbilang singkat, hanya butuh waktu
pendakian 2 jam saja, sudah terhitung waktu istirahat untuk leyeh-leyehkan kaki
atau sandarkan punggung saat letih sudah mulai merajuk. Sampai di puncak hal
pertama yang kami lakukan adalah orientasi medan mencari tempat paling pas
untuk dirikan tenda. Butuh usaha lebih memang dirikan tenda saat sudah gelap,
apalagi di gunung saat dingin sudah memulai memeluk. Sumpah, perjuangan seperti
ini yang menjadikan pendakian gunung begitu berarti. Ketelatenan dalam
mendirikan tenda dengan pasak-pasak yang harus tertancap kuat ditiap sudut agar
tenda berdiri kokoh dan mampu sebagai tempat teduh saat badai datang, bersabar
menjaga api dan meracik bumbu masakan saat perut mulai keroncongan,
bersusah-susah nyeduh air panas untuk bikin kopi atau susu cokelat hangat, atau
bahkan sekedar untuk nyalakan korek api sekalipun butuh perjuangan ekstra
karena jari-jari mulai terasa beku, semua dilakukan saat badan terasa letih.
Bahkan dari hal-hal kecil seperti ini, para pendaki dapat begitu menghayati
limpahan nikmat Tuhan yang tak boleh lagi didustakan.
Tenda berdiri,
semua masuk ke dalam, menata letak dimana keril dikumpulkan atau kepala
direbahkan, semua makanan terkumpul pada satu titik, sleeping bag dan peralatan
masak lengkap dengan piring gelas dan saset kopi. Diluar badai kecil datang
tiba-tiba, tenda kami takkan kalah kokoh, seolah menjadi shelter tempat
berlindung paling aman di dunia pada malam itu. Air panas telah diseduh, kudapan
kecil nikmat dihidangkan bersama secangkir kopi panas sebagai penghangat dalam
dingin udara gunung, obrolan panjang menyenangkan tentang apa saja dan gurih
gelegar tawa bersama kawan-kawan satu tenda, kesederhanaan yang rasanya begitu
amat sangat mewah. Fabiayyi alaa i
Rabbikuma tukadzibban?
Pagi hari. Badai selalu menyisakan pohon-pohon terkuat juga pendaki-pendaki yang tabah.
Gunung Pandan
merupakan puncak tertinggi Bojonegoro walau dengan ketinggian hanya 890 mdpl.
Disebut gunung Pandan karena dipuncaknya banyak sekali dijumpai tumbuhan Pandan
yang tumbuh liar disamping-samping tebing.
One
mission accomplished, BIG TIME!