Alasan dan harapan Masuk di BNI
Catatan ini ditulis sebagai tugas yang diberikan
dalam pelatihan ADP BNI 2016, dan kuberi sedikit tambahan untuk
lebih memberi kekuatan pada tulisan. Kemudian dari BNI Experience, aplikasi handphone dari BNI guna memudahkan nasabah dalam bertransaksi dan juga sebagai slaah satu sumber pusat informasi seputar BNI, kudapati sebuah lomba Blogging dengan tema "Pengalaman Bersama BNI", sekalian saja kuikutkan dalam lomba. Sungguh awalnya tak pernah ada sangkaan
untuk bekerja di bank, walau di BNI sekalipun. Lulus kuliah pada semester 10
memang bukan hal yang baik, namun juga tak begitu buruk
bagiku. Pada semester 8 proposal skripsi sudah selesai dikerjakan,
tinggal maju bimbingan ke dosen. Namun karena masih asyik dengan hobi
pendakian, traveling ke tempat-tempat indah yang instagrammable untuk kemudian
dituliskan dalam blog, ataupun juga karena masih
banyak hal lain yang belum digali membuat skripsi harus di-skip sejenak. Semua
hanya masalah pilihan, pilih lulus cepat dan segera berkarir atau menggali
potensi diri. Premis kedua dipilih, demi untuk menyelamatkan
masa muda yang hanya sekali dalam siklus hidup. Singkat cerita, semester 10
ditetapkan lulus dengan IP diatas 3 yang amat pas-pasan, namun
sedikit
bangga dengan pilihan dan misi yang berhasil
digenggam-tuntaskan.
Sempat bekerja di 6 bulan pertama sarjana fresh graduate sebagai pendamping petani
dalam program Kementan di UPSUS (Upaya Khusus) Swasembada Padi, Jagung dan
Kedele penempatan BPP (Balai Penyuluhan Pertanian) Kecamatan Kepohbaru,
Bojonegoro, lantas kemudian iseng masukkan semua lamaran kerja yang tersedia di
bursa kerja. Dari berbagai lamaran yang telah dikirim, BNI adalah salah
satunya. Masih tergambar jelas diingatan initial interview dilaksanakan di KCP
Bojonegoro tanggal 3 Desember 2015, dengan pak Muhari
sebagai pewawancara, wakil pimpinan cabang Bojonegoro. Niat awalnya tak
akan turut serta dalam interview ini, karena 3 Desember adalah tanggal sakral
pribadi yang harus selalu di rayakan dengan main ke tempat yang dipingini.
Waktu itu aku berpikir barangkali mungkin saja
saja
periuk nasi untukku hidup dan berkarir ada di ADP (Assistant Development
Program) 2016 BNI. Saat wawancara pula, dengan hangat pak Muhari memberikan
ucapan, selamat ulang tahun...
Seleksi berjalan lamban, pengumuman lolos tahap
berikutnya harus benar-benar sabar ditunggu. Susah benar jadi sarjana
pengangguran, kerjaan sehari-hari hanya baca buku, nulis catatan perjalanan
yang belum rampung, nge-blog, belajar soal-soal psikotes, buka email yang siapa
tau ada panggilan seleksi kerjaan di tempat lain, juga ke warung kopi untuk
sekedar ngobrol dengan teman, ndirikan latihan Silat sekaligus
nyambi jadi pelatih semi, banyak tidurnya. Selama 3 bulan jadi
pengacara, pengangguran banyak acara.
"Feel" dan gereget untuk bergabung di BNI mulai didapat saat baca buku lama yang tak sengaja kubuka-buka saking ndak ada kerjaannya, tulisan Prof. Dawam Rahardjo dalam bukunya yang membahas sejarah perekonomian Indonesia. Disana tertulis bahwasannya Bank Negara Indonesia didirikan oleh RM. Margono Djojohadikesoemo, kakek pak Prabowo. Terlepas dari faktor politik, aku memang mengidolai keluarga Djojohadikoesomo, yang berlanjut pada Soemitro Djojo (begawan ekonomi, Menteri Perindustrian pada era Kabinet Natsir) dan Prabowo. Kemudian mulai follow akun twitter BNI di @BNI46, yang kebetulan waktu itu ada lomba blogging competition #AskBNi dengan tema "Mau Bertanya Nggak Sesat di Jalan". Kuikutsertakan salah satu tulisanku dalam lomba tersebut, selebihnya dapat diakses di http://abintaraisme.blogspot.co.id/2016/01/bni-blogging-competition-mau-bertanya.html?m=1 Setelah baca lebih dalam, dan gali info sana-sini, makin mantab niat terhimpun untuk bergabung di BNI.
"Feel" dan gereget untuk bergabung di BNI mulai didapat saat baca buku lama yang tak sengaja kubuka-buka saking ndak ada kerjaannya, tulisan Prof. Dawam Rahardjo dalam bukunya yang membahas sejarah perekonomian Indonesia. Disana tertulis bahwasannya Bank Negara Indonesia didirikan oleh RM. Margono Djojohadikesoemo, kakek pak Prabowo. Terlepas dari faktor politik, aku memang mengidolai keluarga Djojohadikoesomo, yang berlanjut pada Soemitro Djojo (begawan ekonomi, Menteri Perindustrian pada era Kabinet Natsir) dan Prabowo. Kemudian mulai follow akun twitter BNI di @BNI46, yang kebetulan waktu itu ada lomba blogging competition #AskBNi dengan tema "Mau Bertanya Nggak Sesat di Jalan". Kuikutsertakan salah satu tulisanku dalam lomba tersebut, selebihnya dapat diakses di http://abintaraisme.blogspot.co.id/2016/01/bni-blogging-competition-mau-bertanya.html?m=1 Setelah baca lebih dalam, dan gali info sana-sini, makin mantab niat terhimpun untuk bergabung di BNI.
Seleksi untuk perebutkan satu kursi di ADP BNI
bukan tanpa tantangan, butuh perjuangan panjang yang benar-benar ekstra dan
melelahkan. Tahapan demi tahapan seleksi dilalui: Initial interview, psikotes
1, psikotes 2, interview user, tes kesehatan dan terakhir
pemberkasan. Cerita paling unik tentulah pada saat interview final di user.
Datang agak terlambat dan belum sempat sarapan, untungnya ada roti dan susu
dalam tas. Waktu makan dapat 2 lahapan, nomor peserta 3614 adalah yang paling
pertama dipanggil dari sekian banyak antrian. Kontan saja jalan ke ruang
interview kaya robot, kotak-kotak. Dengan usaha pengendalian diri yang cukup
serius, kegugupan bisa dikuasai. Tiba waktunya berhadapan dengan para
pewawancara, “Tuhan, aku akan dapatkan pekerjaan dan karir yang akan menunjang
tumbuh kembangku disini!” begitu pikirku waktu itu. Ternyata kembali bertemu
dengan pak Muhari, dan pak Azwar Anis sebagai wakil pewawancara dari kantor
wilayah. Setelah berbincang banyak hal, berbagai studi kasus yang muter-muter,
lumayan pening juga kepala waktu itu. Sampai tiba saatnya pertanyaan ini datang
dari pak Anis: “kamu pesilat beneran apa pesilat-pesilatan?” kontan saja
kujawab “Kalau bapak ndak percaya, saya bisa buktikan sekarang juga bagaimana
cara beladiri yang baik, syaratnya bapak juga ikut berdiri!” Wuohh seru sekali waktu itu,
wawancara final kerja yang berubah jadi ajang pembuktian beladiri Diakhir sesi
wawancara, kuminta waktu pada wawancara untuk menyampaikan 3 hal pokok ini
sebagai kalimat penutup: a) Terimakasih atas kesempatan yang telah diberikan
hingga bisa bertahan sejauh ini, b) kalimat permintaan maaf apabila ada
kesalahan yang tak berkenan, c) “Saya rasa saya cukup percaya diri dengan
kemampuan dan kapabilitas yang saya miliki, mohon bapak sekalian
mempertimbangkan saya dengan seksama agar diterima dan berkarir disini...”
Kalimat terakhir ini muncul secara
spontan waktu itu juga. Dan sepertinya masih banyak pengalaman tak terlupakan
lain yang akan jadi panjang bila dituliskan wakaka
Ikhtiar, doa, tirakat sujud shalat hajat &
tahajud, puasa senin-kamis, jogging tipis-tipis guna persiapan tes kesehatan,
semua dilakukan demi untuk dapatkan satu tempat di ADP. Puji syukur pada suatu
siang tepat sesudah shalat Duhur dapat sms panggilan tanda tangan kontrak
kerja, senangnya warrbiyasa...
Dalam pelatihan yang dilaksanakan selama
sebulan di Graha Pangeran Surabaya, banyak ilmu-ilmu dan pengetahuan baru yang
didapatkan. Atmosfer yang dibangun oleh para pegawai, budaya kerja, prinsip 46,
profesionalisme, serta motivasi-motivasi yang selalu diselipkan oleh para
pimpinan sungguh amat sangat sesuai dengan ekspektasi yang diharapkan.
Karena berangkat kesiangan, terpaksa dapat tempat paling depan. Tempat paling depan itu berarti: you ain't got time for snoozing during the class time, wakaka |
Batch 3 Smoker Squad |
Dalam pendidikan yang diselenggarakan
di Graha Pangeran Surabaya, selama sebulan aku tergabung dalam kelas Batch 3.
Sungguh sangat banyak sekali kesan dan kenangan yang takkan kutulis, yang jelas
mereka semua extraordinary people sent by
God to give so damn much lessons to me. Mereka benar-benar asyik, outstanding, lucu, kece, kerenlah. Baru
sebulan saja kami bersama dalam pendidikan, rasanya ikatan sudah tertali
seperti keluarga.
Samapta Bela Negara ADP BNI 2016 Batch 3, HU-HAHHHH!!! |
Tidur di barak pengungsian wakaka, Sampata ADP BNI 2016 |
Batch 3 farewell party, so fuckin' hikss... |
Sebuah pesan berjudul “AKU PAMIT SITI”:
Semangat46 pendakian karir untuk teman-teman batch 3, semoga mendapat wadah
terbaik untuk mengembangkan diri. Pastikan selalu ON dan Check Sound
“HU-HAHH!!”. Terus belajar, jaga kesehatan, tetap terhubung, jangan lupa main,
baik-baik selalu dan sampai berjumpa kembali dilain kesempatan...
“Future
belongs to those who believe in the beauty of their dreams!” –
Elanor Roosevelt
Bisa berada dalam sebuah wadah yang hebat dan
kompetitif seperti ini, juga mengetahui bahwasannya didepan
ada begitu banyak tantangan yang akan dihadapi beserta berbagai kemungkinan
karir yang dapat digapai setinggi-tingginya, rasa-rasanya sungguh akan menjadi
petualangan karir yang mendebarkan sekaligus menyenangkan. Ditempat ini aku
akan berkarir, berangkat dari Assistant
Development Program. Hal-hal yang harus dikerjakan didepan yakni
menyambut dengan antusias semua pekerjaan dan mengeruk sebanyak-banyaknya ilmu
serta pengetahuan darimanapun itu, dari senior di tempat penempatan kerja
nanti, dari kenaikan jenjang, dari semua-mua muara. Mindset
sudah terbangun, harus rakus, "kemaruk", lapar, going to extra miles untuk
sesuatu yang lebih. Kemudian aktif di berbagai kegiatan ekstra pegawai BNI,
salah satu yang diincar adalah gabung ke komunitas 46 cyclist dan atau yang
berhubungan dengan outdoor atau keolahragaan.
Sebagai penutup, impian pribadi untuk berkarir di BNI adalah sampai regenerasi nanti, mungkin 32 tahun mendatang akan datang seorang pegawai muda yang menulis buku biografi tentang karir cemerlang seorang Firman Sentot Abintara Putra sebagai bankers BNI pada masanya, entah sampai pada posisi apa kelak yang jelas harus setinggi-tinggi yang kubisa. Terkesan bias, tapi memang itulah yang selalu diwanti-wanti oleh pak Amrullah, pak Arif Martianto, bu Atik, pak Farid dan seluruh tentor beserta pimpinan lain untuk bermimpi dan berkarir setinggi-tingginya. Selaiknya beliau-beliau para inspirator, aku juga ingin berdiri didepan menginspirasi. Di BNI 46, bank yang selalu konsisten melayani Negeri dan menjadi kebanggaan Bangsa, atas nama Tuhan petualangan karirku dimulai...
Sebagai penutup, impian pribadi untuk berkarir di BNI adalah sampai regenerasi nanti, mungkin 32 tahun mendatang akan datang seorang pegawai muda yang menulis buku biografi tentang karir cemerlang seorang Firman Sentot Abintara Putra sebagai bankers BNI pada masanya, entah sampai pada posisi apa kelak yang jelas harus setinggi-tinggi yang kubisa. Terkesan bias, tapi memang itulah yang selalu diwanti-wanti oleh pak Amrullah, pak Arif Martianto, bu Atik, pak Farid dan seluruh tentor beserta pimpinan lain untuk bermimpi dan berkarir setinggi-tingginya. Selaiknya beliau-beliau para inspirator, aku juga ingin berdiri didepan menginspirasi. Di BNI 46, bank yang selalu konsisten melayani Negeri dan menjadi kebanggaan Bangsa, atas nama Tuhan petualangan karirku dimulai...