Selasa, 09 Juli 2024

Pendakian Gunung Buthak (Ekspedisi Kedua)

 Berawal dari “dikasih info mase” oleh kawan lama di bangku SMP dulu, bro Hendro, berupa ajakan camping ceria ke Lorokan, akhirnya setelah negosiasi yang berjalan tidak alot, tujuan dapat dibelokkan ke Gunung Buthak. 9 Juni adalah tanggal yang ditetapkan, izin cuti kantor telah didapatkan, tiket izin mendaki dari isteri berhasil diamankan, waktunya kita kemon.

 Ahad, 9 Juni 2024, tiba juga waktunya, setelah 10 tahun lamanya menanti untuk kembali pijakkan kaki di satu-satunya gunung yang gagal kugapai puncaknya. Berangkat dari Sidoarjo ke basecamp Buthak di Batu sendirian untuk bertemu Hendro dan kawan-kawannya yang telah menunggu disana, terdiri dari: Azka, Mirza, Ardan dan Mega, kesemuanya teman dari temannya teman dan kemudian jadi teman.

 Pendakian start pkl 13.00, datang agak terlambat sehingga tak sempat makan siang dulu, hanya shalat duhur ashar dijamak. Aku Hendro dan Mirza memutuskan ngojek sampai pos 3, sedangkan lainnya sampai pos 2. Mohon maaf karena harus menggunakan ojek karena mengejar waktu. Biaya ojek per pos dikenakan tarif 60rb, kali 3 berarti 180rb. Jasa ojek ini benar-benar dapat menghemat waktu yang sangat banyak, apalagi buat working class men seperti kami yang harus curi-curi waktu buat main sebentar. Bayangkan saja, mungkin waktu yang dibutuhkan kalau trekking kira-kira 2 jam/pos, bisa 8 jam bahkan lebih untuk sampai ke pos 4 Sabana. Dengan menggunakan jasa ojek gunung, waktu tempuh antas pos bisa jadi hanya 15-30 menit saja. Tapi buat mereka yang masih muda, punya banyak waktu dan energi, tak perlulah ngojek ke gunung. Lagipula semakin banyak ngojek, maka akan semakin rusak pula jalur pendakiannya oleh ban trail motor. Jadi kami harus meminta maaf lewat tulisan ini karena telah menggunakan ojek gunung, mohon dimaklumi. 2014 dulu belum ada jasa ojek gunung.

Singkat cerita perjalanan dari pos 3 ke pos 4 memakan waktu kira-kira 2-2,5 jam. Medan trekkingnya bervariasi, cenderung banyak landai tapi seringkali juga terjal. Buthak sering disebut miniatur Argopuro, karena medan trekkingnya yang memang mirip, landai-landai agak sedikit membosankan (saat trekking) tapi juga seru, dan cakupan kanopi antara dedaunan di pohon yang sangat lebat, membuat Buthak nyaman sekali untuk tempat nyepi. Sampai di pos 4 sekitar pkl 16.45, langsung cari spot buat dirikan tenda. Pos 4 berupa sabana rumput yang luas, banyak burung-burung bercuitan, gemericik air sungainya tak usah ditanya lagi merdunya, beresonansi langsung ke kalbu untuk menenangkan, ceilehh… Tapi begitulah adanya, syahdu! Malam itu kami menghabiskan waktu dengan bercerita, bercanda ria, camilan-camilan hangat dan secangkir kopi menghangatkan jiwa, apalagi yang dibutuhkan pria-pria yang penat dengan pekerjaan masing-masing ini selain suasana malam yang ramah? Malam berlalu dengan cepat, kami puas tertawa-tawa.

 Esok harinya, subuh, Hendro membangunkanku, sambil membawa segelas kopi ditangannya, “nyoh ombe-en sik, gawe anget-angetan ben ra ngantuk…” dengan logat khas jenogoro-nya. Gokil, dia sudah bangun, sudah bikin kopi, sudah rapi dan siap summit, sementara aku dan Mirza masih kriyip-kriyip. Hanya kami bertiga yang summit, lainnya pilih bersantai di tenda, sebab mereka sudah pernah ke Buthak sebelumnya. Hendro juga begitu, 3x ini dia ke Buthak, tapi salut, dia mau temaniku dan Mirza untuk summit ke puncak, subuh-subuh pula jadi yang pertama bangun untuk kejar sunrise. Biasanya mereka yang sudah pernah pasti akan malas-malasan, Hendro tidak. Tak taulah aku kalau tak ada Hendro mungkin akan gagal lagi sampai ke puncak Buthak. Thanks ndro, my man!

 Jalur menuju puncak ternyata terjal, dengan panjatan bebatuan besar dan sesekali dijumpai temalian untuk berpegangan dan menarik tubuh ke atas. Dijalan kami berjumpa bule perempuan yang mendaki sendirian, berulang kali hampir tersesat jalannya. “Miss, left miss, left…” teriak Hendro coba mengingatkan. Dia berterima kasih, dan gabung dengan tim kami untuk sampai ke puncak. Namanya Astrid, datang jauh dari Norwegia ke Indonesia setelah dari Nepal, sendirian menikmati tempat-tempat indah dunia. Sesampainya di atap langit Buthak, jangan tanyakan indahnya! Rona merah tipis di horizon jauh langit Indonesia sejauh mata memandang, dari gelap menuju terang, kemudian datang gumpalan awan tipis dan lama-kelamaan makin berduyun datang. Tak bisa dijelaskan dengan bergelondong-gelondong kalimat indah, cukup dinikmati sambil bergumam “Älhamdulillah, so grateful that we are alive to be able to stare this magic with our very own eyes…”

Setelah puas menikmati langit Buthak, kami pun turun. Astrid masih bersama kami untuk ke tenda, ternyata teman-teman penjaga tenda telah membuatkan hidangan bagi kami. Woww, what a great squad! Nasi sudah jadi, pentol, kornet, kentang goreng, telor, gokil dah ini kaya piknik udah, tak lupa kopi pun sudah siap disruput. Kami berbincang-bincang hangat, bercerita dengan teman-teman dan Astrid, aku sibuk jadi penerjemah. Astrid bercerita tentang Norwegia, dan tempat mana saja yang ingin ia kunjungi di Indonesia. Mulai dari Semeru (gagal karena ditutup), Bromo, Ijen, Rinjani, Pulau Alor dan NTT-NTB. Just wow! Uangnya darimana ya kira-kira? Sepertinya tak perlu bertanya sebab negara-negara Skandinavia di Eropa Barat memang memiliki tingkat rata-rata kemakmuran tertinggi di planet Bumi. Satu kalimat yang menarik darinya adalah “you guys look so fresh, like the burden in the shoulders gone, and you guys seems to less stare at your phone. Feels good to meet people like you guys!” Benar sekali, salah satu tujuan pendakian kami adalah pelarian sejenak dari penat pekerjaan dan dunia yang makin serba digital, dunia dimana aliran informasi membanjiri tanpa bendung dalam hitungan detik, dunia yang makin terasa sangat cepat dan demanding. Di gunung kami bebas, lepas dari segala keterikatan itu, tak ada sinyal, tak ada telfon berdering, tak ada sosial media, sebaliknya, duduk bersantai bercanda dengan teman, menikmati udara yang begitu bersih, langit biru dan bentang alam yang membuaikan, perfect day to enjoy! Tak lupa kubilang pada Astrid untuk panggil namaku di Rinjani agar dewi Rinjani memanggil (hanya kiasan). Ternyata setelah beberapa waktu dia mengirimkan pesan lewat Instagramnya: “here is some Rinjani shoots for you, I bet you’re soon there yourself!”.

There she goes, Rinjami summit! I'll be there soon too...

Sedikit cerita dari Buthak untuk menjadi kenangan, terima kasih Allah SWT atas kesempatan yang telah dianugerahkan selama ini. Ditutup dengan kalimat dari William Wallace dari film Braveheart, every men dies but not every men really lives!

 

Salam Lestari…




Senin, 17 Juni 2024

Mohon Tidak Membawa Anak Kecil Ke Dalam Masjid

 "Jika pada suatu masa kalian tak mendengar gelak tawa anak-anak gembira riang berlarian diantara shaf-shaf shalat di masjid-masjid, maka harus takutlah kalian pada datangnya kejatuhan generasi masa itu!" 

(Muhammad Al-Fatih)


Shalat magrib tadi, bapak-bapak menuju tua yang ada di shaf paling depan menegurku yang duduk di mungkin sekitaran shaf 5 atau 6, agak jauh darinya, "mas, anaknya bisa dikondisikan?" sambil melirik gembul yang sedang asyik main dengan mobil-mobilannya. Aku tak langsung menjawab, sengaja diam sambil melihat tenang mata bapak itu, dan pertanyaan diubah jadi pernyataan "tolong dikondisikan anaknya", aku mengangguk lalu mengajak gembul duduk dan bikin tanda "sssssttt..." di depan bibir. Selama tak menangis tantrum atau teriak-teriak, rasanya tak mengapa. Jamaah lain pun tampak ramah melihat gembul sambil melempar senyum. Iqomah lama sekali ditunggu, sampai 10 menit tertera di jam digital atas mimbar imaman.

Tak lama kemudian datang lagi dari belakangku (mungkin) pengurus masjid lain bertanya dengan nada ramah "mas, anaknya bisa dikondisikan?" kujawab santai namun tegas "gak bisa pak", "ooh gak bisa ya..." timpal beliau. Lagipula, bagaimana cara mengkondisikan anak-anak, kita hanya bisa bilang "nak, duduk manis ya, mau shalat." By force dengan cubit atau tempeleng, atau bahkan marah-marahin anak di muka umum? Bukan opsi yang bijak. Bukankah demikian itu fitrah anak-anak, gembira riang dan belum bisa diatur? Mana bisa kita jejalkan kapasitas otak orang dewasa tentang aturan-aturan pada kapasitas otak anak-anak. I mean, look at'em, playing around with a smile on their faces at the house of Allah the almighty God, they bear no sins, we are (the adults) the sinner, aren't they looks like a manifestation of angels? 

Aku jadi ingat betapa Rasulullah begitu santun dan penyabar terhadap anak-anak. Dalam suatu riwayat diceritakan bahwa suatu kali saat memimpin shalat berjamaah beliau sujud terlalu lama, Usai shalat para sahabat bertanya "ya Rasulullah, apa yang menyebabkan sujud baginda sangat dalam dan lama pada shalat tadi" Rasul junjungan kita, manusia dengan adab paling paripurna menjawab "aku membiarkan Hasan (cucu Rasulullah) yang sedang naik dipunggungku menyelesaikan permainannya..." Dalam riwayat lain juga dikisahkan bagaimana Rasulullah mempercepat menyelesaikan shalat berjamaah karena mendengar tangisan anak yang ingin segera meminta susu ibunya. Bayangkan, kepada beliau setiap makhluk mengharapkan safaat-Nya besok di padang mahsyar, manusia yang diperintah langsung oleh Allah untuk ajarkan shalat 5 waktu pada umat-Nya, tetap begitu bersikap lembah lembut dan penuh kasih kepada anak-anak. Allahumma shali alaa Sayyidina Muhammad...

Iqomah kurang 2 menit lagi, aku tak mau ditegur ketiga kalinya.  Kita cari masjid lain saja nak, pengurus masjid disini mungkin ingin jamaahnya lebih khusyu' dan tak ingin ada gangguan, kita hormati mereka. Semoga beliau-beliau besok bisa beri pertolongan pada ayahmu di hari kelak, kita doakan beliau-beliau yang terbaik dunia-akhirat. 

Mungkin cara berpakaianku yang kaosan oblong dan topi ke belakang membuat impression look ayahmu jadi kurang "religius/islami" wakaka. Mau gimana lagi, itu udah setelan default bapakmu kalau lagi nyantai kemana-mana. Kepada gembul yang riang gembira di masjid tadi, im not mad at him, instead, i love him more for giving me a lesson. Kugendong dia keluar dan dalam pelukan demiAllah dia berceloteh nyanyi-nyanyi kemudian bilang "ade tayang ayyahh!". Iam a proud daddy!!!


17 Juni 2024
Masjid sekitar Gayungan, Surabaya

Rabu, 01 November 2023

Surat Terbuka Untuk Shaladdin

    Kalau dibandingkan dengan siang-siang kemarin, siang awal November ini sedikit lebih sejuk. Ayah makan siang di pujasera samping kantor, penyetan legend mak Ranty menu iwak teri+telur dadar tempe penyet, delicioso, sambil dengarkan live orkes penyanyi dangdut tipis-tipis yang lagunya mendayu-dayu, menemani tiap kecapan lauk yang terasa ikut berdendang di lidah. But Son, suddenly daddy doesn’t feel easy at all... Kau tahu nak, per hari ini sejak serangan Israel 7 Oktober lalu, 8.525 orang telah syahid di negeri para nabi, Palestina, negeri yang begitu dimuliakan Allah. Memang tak semua yang meninggal adalah muslim, tapi fakta bahwa rumah tempat tinggal mereka, masjid mereka, gereja, sekolah, dihujani siang malam oleh bom pesawat-pesawat Israel, dan bagaimana mereka harus hidup tanpa air bersih, listrik, tanpa bahan bakar, tanpa koneksi internet atau tanpa perawatan kesehatan yang memadai, they’re totally blackout devoured by zionist flames. Bahkan banyak berita menyebutkan bahwa korban di Gaza harus dioperasi tanpa anastesi atau obat bius, termasuk para ibu yang melahirkan Caesar. Betapa banyak rumah, gedung-gedung publik yang menjadi rata dengan tanah akibat bom-bom zionis Israel, betapa banyak anak-anak tua muda yang tertimpa reruntuhan, atau bahkan terkena bom itu sendiri. Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi mengatakan bahwa tiap 10 menit ada 1 anak-anak Palestina gugur akibat agresi Israel. Hanya membayangkan kengerian tersebut seandainya terjadi disekitar kita, atau membayangkan andai anak-anakku yang terkena ledakan, sudah cukup membuat mata terkaca-kaca.

    Betapa bengisnya zionis Isreal itu, mereka tah henti membombardir jalur Gaza dengan tembakan artileri dan meriam. Teman-teman sebayamu balita, bayi, anak-anak, perempuan, tua-muda, banyak yang tewas oleh hantaman rudal mereka. Dihadapan PBB para bedebah itu berkata bahwa mereka sedang memerangi manusia-binatang, savage. Tapi mereka salah besar nak, mereka tak tahu betapa mulianya penduduk Palestina. Para penduduk Palestina ini mewakafkan diri mereka untuk menjaga Masjid Al-Aqsa, kiblat pertama umat Islam dari cengkraman zionis. Sungguh bagi mereka, debu al-Aqsa lebih disenangi dari dunia seisinya dan segala kelezatan yang ditawarkan. Dengan menjaga Al-Aqsa, mereka muslim Palestina sedang menyelamatkan kita semua muslim dunia dari menanggung dosa dan malu dari kehilangan Al-Aqsa. Mereka orang-orang Palestina itu nak, sebaik-baik ummat muslim saat ini, mereka tabah bahkan menyambut ujian tersebut dengan gagah dan riang gembira, seperti saat kamu minta diajak jalan-jalan dengan motor ayah, atau seperti bahagianya kakakmu saat ayah belikan es krim. Entah terbuat dari apa hati mereka, muslim Palestina... Dan satu yang harus kita semua tahu bahwa bangsa Palestina-lah negara pertama yang mengakui kedaulatan NKRI dan mengucapkan selamat atas kemerdekaan yang telah berhasil kita raih, tepatnya pada 06 September 1944 yang disampaikan oleh seorang Mufti besar Palestina, Syekh Muhammad Amin Al Husaini. Mereka mengakui dan mendukung kita, bahkan sebelum proklamasi kemerdekaan RI.

 Maka dengan demikian, ini adalah surat terbuka untukmu, nak. Mau jadi apapun kelak, itu adalah hidupmu, asalkan bermanfaat bagi agama dan bangsa. Tapi, andai nanti kau putuskan untuk mewakafkan dirimu dalam perjuangan pembebasan Al-Aqsa di Palestina, maka ayah akan ridho ikhlas-seikhlasnya, sepertinya bundamu juga demikian. Sebab, nama “Shaladdin” di aktamu ayah sematkan sebagai doa untukmu agar bisa turut serta berjihad dalam misi mulia tersebut. Nama itu diambil dari pahlawan agung, Salahuddin (Shaladdin) Al Ayyubi, sultan dari dinasti Ayyubiyah yang berhasil membebaskan Baitul Maqdis di kota Yerusalem dari cengkraman tentara Salib lewat perang Hattin pada 1187 M, 836 tahun yang lalu. Kisah kepemimpinan dan kepahlawanannya telah mahsyur melegenda, sosoknya juga menjadi inspirasi bagi Muhammad Al-Fatih dari kesultanan Ottoman dalam pembebasan Konstantinopel pada 1453 M. Alkisah dalam sebuah riwayat disampaikan bahwa sultan Shaladdin bernah ditanya para sahabat kenapa jarang tersenyum, dan beliau menjawab “Bagaimana bisa aku tersenyum sementara Al Aqsha dijajah? Demi Allah, aku malu untuk tersenyum sementara di sana saudara-saudaraku disiksa dan dibantai...”, Mentalitas ini yang harus mulai sekarang kita tempa nak, karena saudara Palestina kita tidak sedang baik-baik saja.



    Namun sebelum itu, kau harus tumbuh menjadi pribadi yang solih dan tangguh, dan itu adalah jalan yang panjang dan berat. Dan jauh sebelum itu pula, izinkan ayahmu juga berjihad dalam mendidik dan membesarkanmu dengan mensolihkan diri terlebih dulu, bekerja yang giat dan rajin untuk penuhi segala kebutuhan hidup keluarga, tirakat puasai wetonmu dan kakakmu, mengajak kalian tadabur alam dan berpetualang, ajari kalian bela diri dan atau segala kemampuan yang ayah punya agar kalian dapat tumbuh dan menjalani hidup dengan kuat! Maafkan ayahmu yang masih banyak kurangnya, yang masih amar ma’ruf (nyambi) munkar, yang masih belum bisa shalat berjamaah di masjid, yang masih sering kelepasan dalam menahan amarah, dan banyak lagi ruang dalam perjuangan meningkatkan kualitas kesolihan. Ayah berjanji melakukannya sekuat hidupku. Dan ingatlah nak, perjuangan memiliki banyak bentuk. Boleh jadi kelak kau jadi Perwira Angkatan Udara RI, dan atas kuasamu dapat terbangkan pesawat tempur menuju Israel laknatullah dan membombardir mereka dengan rudal pesawatmu, rudal-rudal itu pastilah mewakili kemarahan dan doa setiap muslim, atau jadi dokter yang selamatkan banyak nyawa penduduk Gaza, atau jadi jurnalis pembuka mata untuk dunia, atau jadi diplomat yang menantang kesewenang-wenangan barat dan sekutunya, atau jadi relawan kemanusiaan, atau mungkin dalam bentuk perjuangan yang lain apapun itu, selamat berjuang. Wallahu’alam. Mari terus melangitkan doa untuk perjuangan saudara-saudara muslim di Gaza, Palestina. Akhirnya surat ini harus diakhiri, semoga Allah SWT meridhoi...

 Allahumma aidzal Islama wal muslimin (Dear Allah, gloify Islam and muslimin)

Wa adila syirka wal musyrikin (and humiliate disbelieve & disbelievers)

Wa dammir a’da aka addiin (destroy Your enemies whome enemies of Islam)

Allahummasdudu wa ta’ataka alal kuffari Yahudi Israil, aa syuraka ihim, ya Allah...

(Dear Allah, harden Your footing over those disbelievers of Israel Jews and their allies...)


Ttd

Ayahmu yang (juga) berjuang!


Kamis, 07 September 2023

Pendakian Gunung Anjasmoro (2282 Mdpl)

            Dengan tidak mengurangi betapa kaya dan seru pengalaman yang didapat dari pendakian Anjasmoro, tulisan mengenainya akan dibuat singkat dan se-informatif mungkin (sebisaku). Pendakian ini merupakan penantian panjang untuk bisa kembali ‘ndangak’ setelah vakum dari dunia mountaineeering kurang lebih 6 tahun. Kebetulan ada anak baru di kantor yang senang mendaki, Mazi namanya. Merasa se-frekuensi, tak perlu menunggu lama waktu langsung kita menyusun rencana pendakian dan sepakat nanjak tanggal 2 dan 3 September 2023. Semesta mendukung, SIM (Surat Izin Mendaki) dari isteri juga sudah dikantongi. Gunung Anjasmoro sengaja kami pilih karena dekat dari Surabaya dan menurut informasi yang dikumpulkan dapat ditempuh dalam tempo 2 hari saja, cukup untuk menghabiskan waktu di akhir pekan libur kantor. Tapi alasan yang paling mungkin walau tanpa kesepakatan yakni, kami sama-sama belum pernah mendaki gunung ini.

 Sabtu pagi di tanggal yang telah disepakati, kami berangkat. Mazi mengajak teman seangkatannya yang ditempatkan di BNI Bojonegoro, Farid pakai S. Pukul 10 bertolak dari Surabaya menuju Wonosalam, Jombang dengan perjalanan santai mampir makan dan keperluan logistik. Kurang lebih pkl 13.00 kami sampai di pos pendakian, Kancil. Basecamp Kancil terletak di Dusun Segunung, Desa Carangwulung, Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Jombang. Untuk sampai disana sederhana saja, cukup buka GPS dan ketik kata kunci ‘Pos Pendakian Anjasmoro’. Udara di basecamp Kancil sudah terasa sejuk khas pegunungan. Berdampingan dengan mushala, terdapat juga kamar mandi untuk bersih diri pendaki usai nanjak. Parkirnya cukup, baik roda 2 maupun roda 4. Untuk tarif pendakian dan parkir tak ada informasi yang dapat dibagikan karena pada saat kami hendak berangkat maupun pulang, penjaga basecamp sedang tidak ditempat (ada karnaval). Akhirnya saat pulang kami bertemu ibu-ibu di basecamp, saat ditanya berapa perizinan untuk mendaki awalnya ibu ini menolak untuk menerima uang namun setelah kami mohon akhirnya beliau bersedia menerima, tarifnya Rp.10.000,-/kepala.

Pukul 13.30 dari basecamp kami memulai pendakian. Menyusuri kampung warga, agak kebingungan dengan belokan-belokan. Setelah tanya bapak-bapak di salah satu rumah warga, bapak tersebut memandu kami hingga bertemu jalan tapak pendakian. Setapak demi setapak kami lalui, terik matahari dan nafas yang mulai tersengal mengiringi perjalanan menuju tempat nirsinyal. Dari makadam bebatuan menuju tanah keras, terlihat beberapa kandang kambing milik warga, sampai akhirnya dimulailah perjalanan menuju tak terbatas dan melampauinya (uwoposih)...

Medan pendakian yang dilalui untuk sampai ke puncak, cukup diluar dugaan, nanjak tanpa ampun dengan hanya sedikit bonus. Apalagi di Tanjakan Mbok-mbok yang terletak antara pos 1 menuju pos 2, cukup membuat hati bergumam “mbok mbok mbooookk...”” rute trekking yang dilalui juga tak jarang masih tertutup semak belukar rapat, mungkin karena jarang pendaki yang datang kemari. Anjasmoro memang tak seterkenal gunung lain yang menawarkan keindahan khas sabana atau lautan awan dari puncak, sangat jarang bisa ditemui di Anjasmoro. Tapi bagi para pendaki yang merindukan sunyinya suasana gunung sebagaimana harusnya gunung, rimbunnya semak belukar dan lebat seresah daun berguguran di jalur setapak, yang merindukan asyiknya mendaki tanpa harus mengantri di lajur pendakian, Anjasmoro wajib masuk dalam daftar gunung-gunung yang wajib didaki!

Kami sampai di pos 3 mata air (pring rusak) pkl 17.20. Pos 3 merupakan tempat paling nyaman untuk dirikan tenda di Anjasmoro, selain dekat dengan sumber mata air, konturnya datar dan teduh, cukup untuk 3 hingga 4 tenda. Disana sudah berdiri 2 tenda dengan 2 cowo dan 3 cewe yang menghuni, rombongan dari Mapala salah satu perguruan tinggi swasta di Jombang. Mereka ramah dan hangat. Saat kami sampai dan segera akan mendirikan tenda agar tak kemalaman, mereka menyambut dengan suguhi kami kopi panas untuk teman melawan dingin yang mulai menyergap. Begitu pula saat ternyata kompor yang kami bawa rusak, mereka pinjami kami kompor beserta gas, lengkap. Tak terbayangkan apa jadinya kami waktu itu jikalau tanpa kompor, kelaparan dan melata. Kami tak boleh kalah baik dengan kembalikan pada mereka sepiring kentang goreng yang sudah susah payah dimasak Mazi dan Farid. Selain kentang goreng, menu makan malam kami adalah daging barbekyu. Jangan tanya apa peranku dalam proses memasak ini, aku sudah cukup nyaman tanpa sungkan hanya melihat dan menyemangati mereka sambil sesekali nyemil kentang-kentang yang berkeliaran minta ditangkap, hap! Makan malam tersaji, bon appetite. Sembari makan dan sesudahnya kami banyak berbincang mengenai apa saja, berdiskusi, bercerita, apapun asal bermakna. Mulai dari jokes receh, culture, cerita kepahlawanan, double degree si Farid pakai S di Belanda, cerita si Mazi ketemu Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo di gunung Lawu, dll banyak sekali, pribadi hebat kedua temanku ini. Deep conversation with the right people is priceless, malam yang panjang...



Pagi datang, kami bersiap perjalanan menuju puncak. Karena tak terburu mengejar sunrise, diputuskan untuk buat sarapan dulu meminjam kompor rombongan tenda sebelah yang akan segera mangkat. Menu nugget, tanpa indomie karena zat lilinnya akan menempel di mulut dan buat bibir tak nyaman. Pkl 07.00 kurang lebih kami berangkat, tujuan selanjutnya adalah Pos 4 (Puncak Bayangan). Tenda dan tas berat ditinggal, perlengkapan dan logistik seperlunya saja yang dibawa. Walau tanpa carrier, masih diperlukan tenaga cukup ekstra untuk dapat sampai di pos 4. Kontur medan dominan nanjak dan masih ditemani dengan semak belukar rapat. Lama waktu perjalanan relatif dari stamina pendaki, kami memakan waktu kurang dari 1,5 jam untuk sampai di pos 4. Dari pos 4 terlihat di arah kiri 1 bukit lagi yang lebih tinggi, sudah jelas itu puncak.


Perjalanan ke puncak masih 1 jam lagi dan tingkat kerapatan vegetasi semak belukar menjadi lebih rimbun dari yang sudah-sudah. Aku sempat dokumentasikan peristiwa beberapa saat sebelum sampai ke puncak karena kuatir saking lebatnya semak belukar yang menutupi jalur pendakian menuju puncak. Alhamdulillah puji syukur Allah, pkl 09.16 kami dapat menggapai titik 2282 mdpl. Hari-hari yang biasanya selalu terisi dengan bising deru kendaraan dengan semburan racun dari knalpot yang membuat udara jadi tak sehat, atau suara mesin-mesin printer di kantor maupun kemelitik suara keyboard komputer, atau hingar-bingar berita di sosial media yang selalu setiap saat terupdate dari ponsel pintar seolah tak bisa hidup tanpa hp dan FOMO (fear of missing out), menjadikan hari-hari kita seolah seperti, apa yang disebut oleh Herbert Marcuse sebagai ‘One Dimensional Man’. Pemandangan dan segarnya udara hutan yang kaya oksigen terasa syahdu memenuhi setiap rongga yang ada pada paru-paru kami, membuai mengajak sejenak lupakan pekatnya kenyataan hidup di kota, bising mengajarkan kami untuk pandai-pandai menikmati sepi. Hutan dan gunung tak pernah gagal basahi jiwa kami yang kering. Merasakan utuhnya menjadi manusia yang diberi kekuatan oleh Tuhan untuk susuri alam raya yang dibentangkan-Nya untuk disyukuri.

Kalau dirinci perjalanan menuju puncak adalah sebagai berikut:

Basecamp – Pos I : 1 jam 15 menit

Pos 1 – Pos 2 (Lumpang) : 1 jam 30 menit

Pos 2 – Pos 3 (Pring Rusak) : 1 jam

Pos 3 – Pos 4 (Puncak Bayangan) : 1 jam hingga 1,5 jam (tanpa carrier)

Pos 4 – Puncak Anjasmoro 2282 mdpl  : 1 jam

Untuk perjalanan turun yakni:

Puncak Anjasmoro 2282 mdpl – Pos 4 : 30 menit

Pos 4 – Pos 3 : 45 menit

Pos 3 – Basecamp : 2 jam

 Rincian perjalanan diatas tergantung situasi, kondisi dan toleransi, seberapa cepat atau seberapa banyak logistik atau kondisi masing-masing pendaki atau juga cuaca pada saat pendakian. Sekedar saran agar lebih aman dalam pendakian yakni apabila menjumpai jalan bercabang yang meragukan (karena memang banyak dijumpai percabangan jalur setapak) alangkah lebih baiknya untuk memperhatikan dengan seksama tanda berupa tali rafia atau apapun itu. Beberapa saat sebelum sampai ke puncak, jalur pendakian tertutup belukar rapat. Kami beruntung sempat merekam detik-detiknya, sehingga saat pulang berhasil temukan jalan walau sebelumnya sempat salah masuk jalur turun.

Kami sampai di basecamp sekitar pkl 14.00 Alhamdulillah dengan tidak kurang suatu hal apapun, hanya kaki agak sedikit tremor. Setelah bersih badan dan pastikan semua, tibalah waktunya untuk berpamitan. Sebelum resmi meninggalkan daerah Segunung, mampir kami ke warung pinggir jalan untuk mengisi kekuatan yang terkuras habis, masih dalam suasana sejuk dengan pemandangan Anjasmoro di timur jauh. Itu saja cerita yang dapat kami bagikan, semoga dapat membawa manfaat atau bahkan menginspirasi. Salam lestari...

Jumat, 08 Juli 2022

BEYAZID SHALADDIN ABRAR

Sebelum tulisan ini terbit, tulisan tentang Kinara yang dulu masih kupanggil adek sekarang sudah menjadi seorang kakak. Tak menyangka juga Kin-Kin akan menjadi kakak secepat itu, tapi seperti itulah rezeki dari Allah SWT. Tanggal 26 November 2021, perubahan status adek menjadi kakak untuk Kinara dimulai, petualanganku bersama isteri sebagai orang tua pun bertambah seru dengan hadirnya satu tambahan personil yang Cute-nya Overload: BEYAZID SHALADDIN ABRAR… 

     Bundamu telah lama nantikan tanggal rilismu, hampir 40 minggu kamu didalam tempat persembunyian paling nyaman rahim ibumu, dan jumat pagi adalah harinya. Ayah sedang mau berangkat kerja saat bundamu rasai getaran cinta darimu pada perutnya. Segera ayah bundamu berangkat ke RS Mitra Keluarga Waru. Setelah melalui serangkaian pemeriksaan medis, diputuskan bahwa kau harus lahir dengan operasi dikarenakan tensi darah yang tinggi dan gejala pre-eklamsia. Memang tidak seperti yang kami harapkan untuk dapat lahirkanmu normal karena kedua kakakmu juga lahir dengan normal, namun apapun itu kami terima asalkan kau dan bundamu selamat. Kurang lebih Pkl. 15.00 kau lahir ke dunia, dan ayah segera menyambutmu dengan suara adzan di telingamu didampingi oleh para dokter yang berwajah lega. 

         Namun tak seberapa lama berselang situasi berubah tegang, ternyata bundamu harus berjuang lebih lama lagi dengan pendarahan serta varises di dinding rahim. Ayah tak begitu paham istilah medis, tapi yang kutahu bundamu sedang tidak baik-baik saja, dia sedang bertaruh nyawa di ruang operasi sana. 2 kantong darah dan serangkaian operasi harus dilakukan, dr. Niken yang mengampu persalinanmu bilang ke ayah kemudian bahwa bundamu telah stabil. Sempat timbul hipotesis agar rahim bunda diangkat,tapi... orang tuamu masih muda, mungkin saja kami punya rencana untuk tambah personil lagi, begitu pikir beliau. 

         Hari itu terasa panjang, bunda harus dirawat di ruang ICU dan tak boleh ditunggui, aku tidur saja di mobil berjaga andai bundamu perlu sesuatu. Kau tahu nak, bundamu berjuang sekuat tenaga di garis antara hidup dan mati, kelak kau harus berbakti padanya dengan takdzim yang dalam! Hari-hari yang berlalu selama 8 hari setelahnya di rumah sakit terasa sangat panjang. Bundamu harus dirawat super intensif. Berbeda dengan kakak-kakakmu, kali ini bundamu benar-benar KO. Maafkan ayahmu yang sesekali kehilangan kesabaran dalam penantian untuk segera bawa kalian pulang. 

        Syukur Alhamdulillah tepat malam 3 Desember di hari lahir ayahmu 29 tahun yang lalu, kita bertiga bisa pulang. Ayah ingat kita mampir McD dulu buat cari camilan, kasihan bundamu seminggu lebih “mondok” di RS. Hari-hari setelah itu berjalan dengan baik tanpa ada masalah berarti sampai tiba saatnya bundamu mengeluh demam dan perut terasa sakit. Kembali bundamu harus dirawat lagi ke RS Mitra Keluarga sejak tanggal 23-27 Desember 2021. Diagnosis tim medis mereka adalah karena typus, tapi sepertinya terasa janggal. Berbagai macam antibiotik disuntikkan dalam tubuhnya untuk lawan bakteri, tapi tak kunjung tunjukkan perbaikan. 

         28 Desember 2021 kami putuskan untuk dirujuk menuju RSUA (Rumah Sakit Universitas Airlangga) karena ada dokter spesialis yang juga sebagai wali murid bundamu mengajar di sekolah, dr. Aldika. Sehari dalam observasi beliau dan tim medis RSUA, ternyata infeksi bakteri telah menyebar ke seluruh rahim dan harus dilakukan operasi pengangkatan rahim keesokan harinya agar tak mengancam nyawa bundamu. Sesak dadaku tak kunjung hilang, semacam hati rasanya koyak saat operasi berlangsung, tak kunjung henti air mata mengalir walau kuperintah diri untuk tegar dan tak menangis, makin kuperintah hati untuk tegar, makin otak kasih perintah tak sinkron dengan mauku agar tak menangis, kali pertama ayahmu menangis di depan umum, sesenggukan walau berhasil disembunyikan! Ayah sempat memprotes takdir Tuhan, pertanyaan “dari sekian juta orang yang ada, kenapa harus kami yang alami ini?” namun akhirnya kami berdamai dengan keputusan Tuhan, Allah memang seperti itu Nak, punya hak prerogatif yang tak bisa dibantah (tapi bisa untuk sesekali dipertanyakan dalam ruang diskusi filsafat dengan diri sendiri), DIA menguji siapa yang mau diuji.

        Dari rahim itu kakakmu Yasma lahir dan tiada, dari rahim itu kakakmu Kinara lahir dan melengkapi dunia orang tuamu, dan dari rahim itu pula kau lahir dan menutup kesempurnaan dunia kami. Ayah tak mau mengingat pilunya peristiwa itu, tapi lewat tulisan ini yang mudah-mudahan kelak kau membacanya, kuharap kau dapat rasai perjuangan bundamu. Berbaktilah padanya dengan takdzim yang dalam! Singkat cerita operasi berjalan lancar, bundamu tak rasai lagi sakit dan demam pasca dilakukan pengangkatan. Namun pe-er masih harus berlanjut: pemulihan. Kala itu bundamu benar-benar dalam titik terlemahnya, untuk berdiri saja tak sanggup, untuk makan, buang air dll kesusahan setengah mati. Bundamu sempat dinyatakan boleh pulang oleh dokter, tapi dua minggu berselang kembali harus lagi dirawat di RSUA akibat luka pasca operasi (13 sd. 28 januari 2022). Bayangkan saja, operasi pertama saat lahirkanmu dan kedua pengangkatan Rahim. Imajinasikan bagaimana sakit dan kacaunya perut bundamu. 

        Besok kau harus berbakti pada bundamu nak, sungguh kalau kelak dewasa kau berani durhaka padanya, ayah takkan ragu buat memukulmu bahkan sampai rontok gigimu sekalipun. Ayah tak mampu detil mengingat perjuangan panjang tersebut, hanya ini yang kumampu ingat, dan kau serta kakakmu sudah lebih dulu dibawa ke desa rumah mbah putri dan kung di Bojonegoro saat bundamu menjalani banyak waktunya berjuang melawan rasa sakit di RS. Kalian dirawat beberapa waktu lamanya disana. Ingat-ingat itu juga ya nduk-le, besok saat kalian sudah tumbuh besar, ayah punya firasat kalau kalian akan miliki keterikatan mendalam dengan rumah kung dan uti, kampung halaman tempat ayahmu tumbuh dibesarkan. Dan terima kasih pula untuk Yangma, om Nopan dan bicun yang ikut banyak membantu di masa prihatin kemarin, tentu tak mampu kami hitung jumlah kebaikan mereka yang tak terkirakan.

         Akhirnya tulisan ini harus ayah cukupkan. Tulisan tentang perjuangan panjang bunda dan ayahmu untuk sempurnakan kebahagiaan rumah kita dengan hadirnya personil penutup. BEYAZID SHALADDIN ABRAR, karena ayah suka baca sejarah, namamu ini diambil dari nama Sultan masa kekhalifahan Utsmani yakni Beyazid I yang dijuluki "Lightning Thunder" karena kecepatan dan ketangguhannya di medan perang dalam syiar agama Islam, kemudian Sultan Salahuddin Al-Ayyubi sang pembebas Damaskus yang legendaris, dan Abrar berarti orang yang berbakti. 

         Saat tulisan ini ditulis, kamu berumur 7 bulan, ayah menulisnya sambil tungguimu yang sedang pulas tertidur. Kakakmu sedang didapur masak bersama mbah putri, seperti biasa: jadi seksi sibuk, dan pahlawan paling heroik dalam tulisan ini, bundamu, kondisinya sudah jauh membaik dan dalam tahap akhir proses penyembuhan luka. Mudah-mudahan kalian berdua tumbuh jadi anak yang berbakti, tangguh, bermanfaat dan bawa kebaikan untuk dunia dan akhirat. Allahumma aamiin… 

 Dan akhirnya, ayo berpetualangggggggggg!! 




 Bojonegoro, 09 Juli 2022

Kamis, 24 Desember 2020

2020: Seriously What the Big F?

Musim panas 1347 di jalur Sutera, diceritakan oleh James Robinson dalam buku Why Nations Fail menjadi awal menakutkan bagi dunia saat “Maut Hitam/Black Death” atau juga disebut pestilence atau Great Motrtality atau pes mulai menyerang separuh populasi manusia dan diklaim menjadi wabah terburuk dalam sejarah umat manusia karena diperkirakan menewaskan 75-100 juta nyawa penduduk hingga medio 1353. Wabah ini ditengarai berasal dari kutu tikus yang terangkut dalam karung-karung dagangan pedagang China yang tak higienis dan dikerubuti tikus. Kutu tikus ikut menjelajah bersama dagangan, dari kapal ke kapal, dari tikus lokal ke tikus daerah lain dan bermutasi pada puncaknya saat diinangi oleh tikus Rusia yang lebih kuat secara genetik, sampai akhirnya menyebar masif di Eropa kala itu. Disebut Black Death karena gejala yang ditimbulkan salah satunya berupa pembusukan pada area tubuh (utamanya jari dan pembengkakan pada ketiak) yang membuat kulit menjadi hitam, selain nyeri otot, demam tinggi, kelelahan, sesak nafas muntah, sakit kepala akut sampai korban terinfeksi bertemu maut. Tak ada obat untuk Maut Hitam pada masa itu (lagipula kala itu eropa belum bertemu renaissance dan masih dalam abad gelap), hingga pemerintah kota pelabuhan Ragusa, Venesia-Italia memberlakukan karantina terhadap pelayar dan pedagang untuk membuktikan bahwa mereka tak membawa masuk penyakit. Hukum tersebut bernama trentino untuk isolasi selama 30 hari yang kemudian ditambah lagi menjadi 40 hari dikenal sebagai quarantine, asal mula kata karantina. Strategi karantina ditambah bantuan dari kebiasaan alam berupa pergantian dari musim semi ke musim dingin sukses memutus mata rantai wabah tersebut, walau dibeberapa tempat masih ditemui beberapa kasus serupa. Setelah Black Death, dunia juga mengenal beberapa wabah lain seperti flu Spanyol medio 1900-an yang juga sangat gawat kala itu, yang belum lama berlalu yakni flu burung, flu babi hingga yang terjadi saat ini dan menyerang kita semua, here comes everybody meets our enemy number one: CORONA VIRUS DISEASE-19 ak.a Covid-19! Setahun lalu tepatnya 1 Desember 2019 pasien pertama virus corona di Wuhan, China mulai menunjukkan gejala terinfeksi virus SARS-Cov-2 dan sejak itu wabah tersebut meluas menjadi Pandemi (ditetapkan World Health Organization pada 11 Maret 2020). Tercatat per 24 Desember 2020 lebih dari 79,3jt orang terinfeksi (693rb di Indonesia termasuk penulis), 1,74jt orang meninggal (20.589 orang di Indonesia) dan sisanya sembuh atau sedang dalam perawatan, jumlah tersebut diyakini akan terus bertambah, info terkinikan dapat diakses dari situs resmi pemerintah www.covid19.go.id. Jadi kalau ada pertanyaan besar seperti judul diatas, Covid-19 inilah jawabannya. Jutaan orang telah mati or in this very mean time hospitalized under quarantine, ramainya rumah sakit yang lebih dari pusat perbelanjaan, tutupnya sekolah, tempat ibadah, kantor dirumahkannya banyak karyawan, batalnya jutaan rencana perjalanan atau tertundanya liburan, konser musik, ditutupnya bioskop, dan tempat keramaian lain, singkatnya: Corona adalah tokoh antagonis atau villain utama dari semua kekacauan besar (great disorder) yang terjadi sepanjang 2020 ini. Para ahli memperkirakan virus akan terus menyebar hingga 2022 atau bahkan sama dengan influenza yang takkan pernah hilang. Virus ini menyebar dari percikan partikel ultramikro yang mengambang di udara atau menempel dibenda yang dikeluarkan saat bersin/batuk atau bahkan bernafas dari satu inang manusia ke manusia lain. Lantas bagaimana gejala atau indikasi dini seseorang terinfeksi Covid-19? Dilansir dari laman Satgas Covid bahwasannya gejala yang paling umum yakni: demam, batuk kering dan kelelahan. Gejala yang sedikit tak umum adalah: nyeri tenggorokan, diare, konjungtivitas (mata merah), sakit kepala, hilang indra perasa dan penciuman, ruam kulit. Gejala yang sudah naik ke level tingkat serius antara lain: sesak nafas, nyeri dan rasa tertekan di dada, hilang kemampuan bicara dan bergerak. Sedikit menceritakan pengalaman saat terpapar Covid: Jumat malam 9 oktober sepulang dari kantor merasa tak enak badan yang sangat mendadak, tak kuat mandi karena menggigil tapi bersih badan sebisanya, langsung tidur kamar belakang terpisah dari isteri dan baby Balqis, malam yang berat untuk dilalui bersama demam tinggi dan nyeri pada semua otot (tak seperti sakit biasanya). Esoknya sabtu orang tua dari desa main ke rumah (sudah kubilang untuk tunda dulu, ternyata ujug-ujug sudah didepan pintu), sabtu-ahad kondisi badan sudah membaik namun lidah terasa agak pahit, orang tua kembali pulang ke desa. Senin-rabu masuk kantor seperti biasa karena demam sudah jauh berkurang bahkan mendekati sehat karena kukra seperti saat biasanya waktu tak enak badan. Rabu sore menjelang pulang kantor, lidah terasa semakin pahit dan punggung gatal. Setibanya di rumah langsung agak drop, sempatkan diri untuk periksa ke dokter umum dan diberi obat demam biasa, disarankan lakukan Rapid. Kamis izin tak masuk kantor karena indra penciuman dan perasa hilang total, berangkat ke klinik untuk lakukan Rapid, hasil non-reaktif. Dugaan bahwa ini bukan Corona diperkuar dengan hasil Swab Isteri yang diselenggarakan Dinas Pendidikan Surabaya, hasilnya negatif. Jumat masih tak masuk kerja, disuruh atasan untuk istirahat sampai kondisi membaik. Karena ahad sudah membaik, izin ke atasan untuk dapat masuk kantor dan diizinkan. Saat itu tak sempat lakukan Swab karena dirasa sudah sehat, ternyata baru ketahuan setelah dua bulan berturut-turut dapatkan hasil reaktif dari tes Serologi (kalau reaktif hasilnya, langsung diperintahkan swab difasilitasi kantor, 2 kali reaktif serologi, 2 kali negatif Swab) yang diadakan rutin dari kantor tiap awal bulan, dan atasan juga ternyata positif. Orang tua di desa alami gejala yang serupa denganku (demam, kelelahan, hilang indra cium dan rasa) langsung karantina mandiri dan sembuh sendiri. Berbagi pengalaman saat aku (meskipun tanpa ijazah positif Covid dari hasil Swab) dan atasan terinfeksi Covid-19: kami sadar bahwa penyakit ini benar-benar bukan sesuatu yang dapat diremehkan. Walau rajin olahraga, makan sehat-bergizi dan istirahat cukup, kalau terpapar (sudah ikhtiar terapkan protokol kesehatan) ternyata sakit juga. Atasan mengaku menderita mirip sinus di hidung saat sujud shalat dan cukup mengganggu, padahal tak pernah ada riwayat sinus. Aku menderita hilang indra rasa dan cium, rasanya seluruh makanan di dunia jadi hambar dan pantas saja banyak yang meninggal (tanpa mengurangi kegawatan gejala lain yang diakibatkan oleh Corona) karena kalau semangat makan hilang, energi untuk sembuh pasti akan jauh berkurang. Dan Covid-19 ini menjadi ancaman yang sangat serius bagi indivdu yang punya penyakit bawaan karena apabila terinfeksi, virus akan menyalakan ‘sinyal’ untuk menghajar terus-menerus titik lemah inang yang akbatnya akan semakin membuat lemah dan berakibat gawat apabila tak mendapat penanganan lebih lanjut. What a serial ice cold killer this Corona virus is, maka mulai sekarang ayo kita sama-sama menjaga orang tersayang disekitar kita dengan serius disiplin protokol kesehatan (prokes), tingkatkan iman-imun-aman! Saat ini belum ada obat yang ampuh untuk menyembuhkan Covid-19, satu-satunya yang dapat dilakukan adalah disiplin prokes. Selain berdampak pada kesehatan masyarakat, pandemi juga berimbas sangat signfikan (significantly impact) ke banyak sektor: sosial, ekonomi, politik, pariwsata, transportasi, manufaktur dll, tak satupun sektor yang tak terdampak serangan musuh tak tampak ini. Multiplier effect yang terjadi akibat Corona memaksa manusia harus mengubah perilaku dan habit hidup mereka. Mula-mula yang terdampak pukulan telak adalah pada sektor ekonomi, dimana akibat penegakkan prokes maksimal dan upaya mengurangi kerumunan, seluruh sistem kerja terganggu baik produksi/penawaran (supply) maupun permintaan (demand). Pabrik-pabrik mengurangi produksi perusahaannya karena permintaan konsumsi dari masyarakat maupun instansi turun, permintaan turun dikarenakan daya beli turun, daya beli turun sebut saja karena PHK, dirumahkan atau karena omset pendapatan usaha berkurang. Kerja ekonomi ini berjalan saling berkelindan satu sama lain, dan apabila penawaran berkurang, dapat dipastikan permintaan akan ikut berkurang. Ingat, dalam ilmu ekonomi, someone spendings are others income. Semakin banyak konsumsi yang berkurang, bila ditarik garis besar dari berbagai transaksi ekonomi yang terjadi maka akan berakibat pada pertumbuhan ekonomi negara yang juga turun bahkan minus. Badan Pusat Statistik (BPS) melalui Kementerian Keuangan merilis pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga kuartal III tahun ini terkontraksi cukup dalam hingga negatif -3,49 persen (mencapai Rp. 3.894,7 triliun) atau dengan kata lain resmi mengalami resesi pertama sejak krisis moneter 1998. Angka tersebut tercermin dalam Produk Domestik Bruto (PDB), yaitu cerminan dari jumlah seluruh produksi baik barang dan jasa termasuk transaksi ekonomi dan jasa keuangan yang mampu dihasilkan sebuah negara dalam setahun. Secara keluruhan Menkeu Sri Mulyani memperkirakan pertumbuhan ekonomi akan minus 2,2 hingga 1,7 persen dari target pertumbuhan ekonomi APBN postur anggaran 2020 sebesar 5,3 persen. Pemerintah bukannya tak turun tangan, terbukti dari adanya program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang direncana menggelontorkan paket stimulus dengan total pagu anggaran sebesar Rp. 677,2 triliun. Dana besar tersebut digunakan untuk sektor kesehatan, bantuan sosial tunai dan non-tunai, subsidi pekerja, subsidi listrik, subsidi bunga untuk pelaku UMKM, subsidi pajak dll. Namun anggaran PEN tersebut dinilai masih cukup kecil apabila dibandingkan dengan negara Asia lain. Dilansir dari CNBC bahwa Indonesia menggelontorkan stimulus fiskal ketiga terbuncit dibandingkan negara Asia lainnya yakni hanya 4,3 persen dari PDB, setelah Filipina (3,1 persen) diposisi paling bawah diikuti Vietnam (4,1 persen), selengkapnya dapat dilihat di tabel. Tak cukup disitu, penyaluran terhadap dana PEN dinilai melenceng. Anggaran besar yang harusnya banyak dialokasikan untuk subsidi kepada masyarakat kecil (dalam berbagai studi kelompok masyarakat menengah kebawah adalah golongan yang terpukul paling keras akibat pandemi) justru digunakan untuk menyuntikkan dopping guna menyelamatkan BUMN yakni sebesar 158,63 triliun atau sebesar 22 persen. Tentunya jumlah tersebut merupakan porsi alokasi yang sangat besar untuk perusahaan yang harusnya mencetak uang buat negara, bukannya malah memberatkan. Cek daftar 10 BUMN bonafide penyumbang APBN terbesar pada tabel dibawah. Ditambah lagi, anggaran besar dana PEN dinilai rawan penyelewengan dan terbukti dikemudian hari dengan diciduknya Menteri Sosial Juliari Batubara. Bagaimana dengan Utang Luar Negeri (ULN) RI? Dari keterangan Bank Indonesia (BI) Rasio ULN Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) pada akhir Oktober 2020 sebesar 38,8%, terdiri dari sektor publik (Pemerintah dan Bank Sentral) sebesar USD 202,6 miliar dan ULN sektor swasta (termasuk BUMN) sebesar USD 210,8 miliar, yang apabila dirupiahkan hampir menembus Rp. 5900 T, fantastis! Kabar baiknya tingkat inflasi terjaga dibawah 2 persen yang berarti harga barang-barang belum akan naik sgnifikan. Koefisien indeks gini per Maret 2020 berada di angka 0,381 naik 0,001 dari September 2019, namun diyakini pada akhir tahun nanti indeks gini akan makin bertambah. Indeks gini adalah standar paling sederhana dalam membaca ketimpangan ekonomi, dan Indeks gini diatas berarti 1 persen dari penduduk Indonesia menguasai 38,1 persen total kekayaan yang ada. Masyarakat pemilik tabungan di atas Rp 2 miliar pun tercatat meningkat sebanyak 185.273 rekening. Kondisi perekonomian RI dapat pula dilihat dari defisit APBN yang melanda, yakni sebesar Rp. 764,9 triliun atau setara 4,67 persen dari PDB. Angka tersebut jauh lebih besar dari defisit tahun lalu Rp. 289,2 triliun year on year. Sri Mulyani dalam laman resmi Kemenkeu menyatakan defisit terjadi karena penerimaan negara anjlok menjadi hanya Rp. 1276,9 triliun atau turun 15,5 persen sedangkan belanja negara naik signifikan 13,6 persen menjadi Rp. 2041 triliun. Hal tersebut dapat dimaklumi karena memang efek berantai dari kondisi perekonomian yang ambruk akbat pandemi. Defisit ini pula yang mungkin menjadi salah satu sebab kenapa harga BBM tak dturunkan, padahal negara tetangga ramai-ramai menurunkan harga BBM mengingat harga minyak dunia turun drastis akibat banyak negara importir minyak menghentikan sementara operasional produksi ekonomi. Harga minyak yang dulu selalu berada diatas USD 60 / barel menjadi rata-rata dalam 3 bulan terakhir dikisaran USD 40/barel, bahkan pada April 2020 menjadi minus dibawah USD 40 / barel, yang artinya bahwa negara-negara pengekspor minyak yang tergabung dalam OPEC (Organizations of Petroleum Exporting Countries) malah memberi stimulus USD 40 / barel bagi negara yang mau menampung minyak yang telah mereka kilang, gila bukan.
Kita beralih ke sisi lain yang wajib untuk dibahas, yakni jagat politik. Banyak sekali hal yang terjadi baik dari dalam maupun luar negeri, dan semuanya tak jauh dari chaos akibat pandemi. Saya menaruh perhatian pada beberapa isu: pertama, disahkannya UU Omnibus Law Cipta Lapangan Kerja (Cilaka). Tak perlu menjadi expert atau ahli hukum untuk repot-repot memahami dan membaca ribuan lembar UU Cilaka tersebut, cukup menyimak pendapat dari para ahli saja sudah terlhat disana bahwa UU ini didesain memang hanya untuk menguntungkan para pengusaha besar, konglo, cukong, kapitalis dan apapun sebutan kaum borjuis pemilik modal. Lihat saja pendapat tokoh Nahdlatul Ulama Prof. Said Aqil Siradj yang menentang disahkannya UU Cilaka, lihat bagaimana pedasnya kritik Najwa Shihab kepada pemerintah, dan deretan tokoh-tokoh penting nasional tentang mudharat UU Cilaka. Dengan dalih penciptaan lapangan kerja yang lebih luas dengan datangkan investor ke dalam negeri melalui UU Cilaka, harus diketuklah UU ini walau akan menyusahkan buruh, karyawan, nelayan, petani dll dengan cara yang lebih mirip maling: ketok palu lewat tengah malam! Draft UU pun berubah-ubah dari sejak disahkan dalam rapat Paripurna 5 Oktober 2020, ada yang 1.028 halaman, 905 halaman, 1.052 halaman, 1.035 halaman, dan yang terbaru hingga kemarin 812 halaman beserta penambahan, pengurangan, pembaharuan frasa kalimat yang membuat publik bingung, alasannya sepele sekali: salah ketik! Alhasil gelombang penolakan buruhpun menyebar diberbagai daerah walau segera surut menjelang akhir tahun. Pemerintah bilang agar jangan membuat gaduh, justru mereka sendiri yang memancing kegaduhan. UU Cilaku melly goeslaw dtengarai juga akan berdampak pada rusaknya ekosistem karena dalam maklumat isi UU-nya memudahkan investor dan pelaku usaha dalam mengeksploitasi dan mengeruk kekayaan alam tanpa konservasi berkelanjutan. Pasal 24 sampai 29 mengenai perizinan Amdal (Analisis Dampak Lingkungan) dan Izin Lingkungan sangat dilonggarkan. Kritik berdatangan dari berbagai elemen environmentalis seperti Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) yang mengatakan sedang adanya usaha untuk me-restart besar-besaran Rakyat Indonesia beserta seluruh kekayaan alam yang tergandung didalamnya. Kata Sabrang Panuluh putra Cak Nun sekaligus vokalis Letto, Indonesia dimata kaptalis global ibarat gadis seksi yang menggoda untuk diperkosa. Jadi UU Cilaka ini untuk siapakah? Kedua yakni korupsi. Mendengar kata itu saja pasti kita para rakyat jelata ini sudah sangat familiar dengan bagaimana tidak dapat dipercayanya para politikus dan sistem politik negeri ini dari tingkat terbawah sampai pucuk di jakarta. Politik yang seharusnya menjadi seni mengatur rakyat dan birokrasi untuk menggapai tujuan bersama yakni kesejahteraan bersama malah banyak sekali diselewengkan oleh para pemangku jabatan. Dan yang terpanas datang dari dua pentolan Menteri Kabinet Indonesia Maju Jilid II: Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Edhy Prabowo dan Menteri Sosial Juliari Batubara. Edhy Prabowo tersandung kasus perizinan ekspor benih lobster, diamankan dalam Operasi Tangkat Tangan (OTT) KPK pada rabu (25/11) beserta isteri. Edhy diketahui membelanjakan uang diduga hasil gratifikasi sebesar Rp. 750 jt di Honolulu AS pada 21 hingga 23 Nopember berupa di antaranya berupa jam tangan Rolex, tas Tumi dan LV, baju Old Navy," kata Nawawi Pomolango (Wakil Ketua KPK). Edhy bilang korupsi ini adalah kecelakaan dan akan bertanggung jawab dunia-akhirat, kecelakaan bagi anda dan kemenangan bagi kami rakyat Indonesia anti tipu-tipu bapak eks Menteri yang terhormat. Edhy adalah anak buah sekaligus didikan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, termasuk dalam jajaran yang paling setia. Hashim Djojohadikoesoemo, adik kandung Menhan dalam sebuah wawancara dimintai keterangan tentang tanggapan Prabowo: “i pick him up from the gutter, and now look what he did to me!” serunya menirukan kalimat Menhan yang kecewa berat sama anak didiknya di Partai Gerindra. Kasus yang menimpa Edhy Prabowo ini memang telah diduga akan terjadi cepat atau lambat. Edhy memutuskan untuk membuka keran ekspor, membatalkan keputusan Meneteri KKP sebelumnya Susi Pudjiastuti, perizinan ekspor ini kalau dilihat sekilas sudah pasti akan jadi lahan basah yang menjanjikan bagi pembuat kebijakan, tapi Presiden anehnya juga memberikan go ahead signal untuk legalkan ekspor benih lobster. Sekali lagi saya tak paham mendalam tentang Kelautan atau apapun yang ditulis dalam catatan ini, namun patut kita simak diskusi antara dua nelayan di Indonesia Lawyers Club (ILC) yang dipimpn Karni Ilyas TVOne. Nelayan satu adalah pro ekspor berasal dari Lombok, berpendapat bahwa benih lobster takkan pernah habis (yang sering banyak dikhawatirkan oleh para environmentalis) dikarenakan datang dari laut dalam Australia, setiap tahun selalu datang massif menuju perairan dangkal dalam bentuk benur, dan benur inilah yang diekspor ke Vietnam (tujuan utama ekspor) dan negara Asean-China lainnya. Ekspor benih lobster mendatangkan banyak kemanfaatan bagi para petani eksportir disana, meningkatkan derajat sosial, memperbaiki ekonomi, perbaikan akses pendidikan dan sarana-prasarana, mengurangi tindak kejahatan, singkatnya menciptakan multiplier effect positif. Sedangkan satu nelayan lagi yakni anti ekspor pro budidaya. Alasannya harga jual budidaya lebih mahal dibandingkan ekspor, dengan dibukanya keran ekspor oleh Kementerian KKP mengakibatkan petani budidaya lobster kesulitan mendapatkan benih (karena benih grade A sudah pasti diekspor duluan oleh nelayan eksportir). Fakta yang cukup mengejutkan didapati dari diskusi ini, ternyata di era Menteri Susi, selain ekspor benih yang dilarang, budidaya lobster juga dilarang, dead end juga sepertinya. Dan sayang sekali diskusi-diskusi keren di ILC yang banyak menjadi pelita kehidupan politik bangsa 12 tahun belakangan ini kedepannya takkan lagi tayang di tv, padahal mereka adalah penyambung opini yang dapat mengakomodir sampai ke pelosok wilayah NKRI (katanya mau pindah ke tv digital). Semoga memang murni keputusan manajemen, bukan represi dari pemegang kekuasaan. Karni Ilyas be like: “Pemirsaaaaaa, kita rehat (tidak) sejenak…” Masih seputar korupsi. Tak berselang lama dari kasus yang menimpa Menteri KKP, KPK kembali menyerok ikan besar, tak tanggung-tanggung: Menteri Sosial Juliari Batubara. Kali ini lebih parah lagi, yakni korupsi dari commission fee pengadaan Bantuan Sosial bernilai fantastis: Rp. 7 miliar yang didapat dari kebocoran Rp. 10rb setiap paket bansos senilai Rp. 300rb. Kasus ini ditengarai juga menyeret beberapa nama di partai PDIP tempat Juliari bernaung, termasuk Gibran Rakabuming putra sulung presiden Cawalkot Solo (sekarang sudah Walkot) dengan hashtag yang berdera di jagat maya #tangkapanakpaklurah. KPK juga sedang menyelidiki aliran dana haram tersebut apakah sampai ke partai. Patut ditunggu sepak terjang KPK selanjutnya dibawah komando Firli Bahuri. Sebagai info pada awal masa Pandemi, Ketua KPK Firli Bahuri sempat menyatakan akan menghukum mati koruptor didalam keadaan krisis seperti bencana ataupun Pandemi. Dan hukuman mati terhadap Koruptor telah diatur dalam UU, yakni salah satunya korupsi disaat terjadi bencana. Mensos dari laporan harta kekayaan penyelenggara negara mempunyai total kekayaan Rp. 64 miliar. Padahal diawal pelantikan, Juliari dengan pongah membagikan ke anak buahnya di jajaran Mensos strategi untuk memberantas korupsi, yakni kembali ke diri sendiri (banyak beredar di Youtube). Ya Allah kariim, rakyat sudah susah karena Pandemi, mereka malah bancakan dan menyunat jatah rakyat kecil. Kurang dzalim bagaimana ini? Pikiran kita akhirnya dipaksa terbang ke ucapan Gusdur beberapa dekade silam yang berniat membubarkan Kementerian Sosial. Gusdur mengatakan bahwa Kemensos yang seharusnya menjadi ujung tombak perbaikan sosial justru malah berubah jadi sarang tikus. Kritik yang sangat menohok.
Kemudian yang ketiga yakni Pilkada serentak yang digelar pada 9 Desember 2020. Tak banyak yang dapat saya bahas disini selain kepentingan politik yang dipaksakan. Gibran anak Presiden maju dalam Cawalkot Solo, menantu Presiden Bobby Nasution maju Pilwalkot kota Medan, dan keduanya berhasil. Sungguh sebuah Keluarga Berencana yang berhasil, hegemoni politik masih akan berlanjut entah sampai kapan. Yang jadi pertanyaan kenapa unjuk rasa saat penentangan UU Cilaka tidak diperbolehkan Kepolisian dengan dalih melanggar protokol kesehatan, sedangkan Pilkada yang mengundang kerumunan diperbolehkan. Mari kita balik logika yang digunakan penyelenggara negara saat ini: unjuk rasa ada UU-nya tetapi tidak diperbolehkan, Pilkada dibolehkan karena ada UU-nya (baru dibuat). Yasudahlah, sekarang Corona malah makin parah, kita lihat bagamana aksi kepala daerah terpilih dalam menekan penyebaran virus. Semoga amanah dan jangan korupsi, ingat yang dipakai itu uang rakyat, kalian hanya jongos yang dikontrak untuk melayani rakyat. Selanjutnya adalah polemik kepulangan Muhammad Rizieq Shihab (MRS) dari Saudi Arab pada 10 Nopember 2020 (bertepatan dengan Hari pahlawan) yang ternyata berbuntut panjang. Berawal dari pernyataan Menkopolhukam Mahfud MD yang berkata bahwa MRS boleh dijemput karena bukan merupakan orang suci dengan banyak pengikut seperti Khomeini (pemmpin Iran), jadi takkan menyebabkan keramaian dan kerumunan ditengah Pandemi. Tak disangka pada hari H jumlah penyambut yang tiba menyambut MRS membludak di bandara Soehat bahkan sampai ke jalan-jalan. Kerumunan kedua terjadi di kediaman MRS di Petamburan dan Bogor, diberitakan karena pernikahan putri MRS. Dua kerumunan yang melanggar Prokes masing-masing di wilayah Jakarta dan Jabar berbuntut pada dicopotnya Kapolda Metro Jaya dan Kapolda Jabar. Para pemimpin Daerah seperti Anies Baswedan dan Ridwan kamil juga dipanggil oleh pihak Kepolisian sebagai saksi untuk dimintai keterangan. Ridwan kamil berselisih pendapat dengan Mahfud MD, kenapa Menkopolhukam yang keluarkan pernyataan kontroversial dan subjektif tersebut tak ikut dipanggil oleh pihak Kepolisian, pikir saya ya mana berani. Kapolda Metro Jaya saat ini diganti Irjen M. Fadil Imran. Ditunjuknya Irjen Fadil Imran seolah reunion duel maut dengan MRS. Seperti diketahui Irjen Fadil Imran juga yang dulu menggarap kasus chat asmara MRS. Sepertinya Irjen Fadil Imran ini menyimpan dendam kesumat terhadap MRS. Kemudian muncul kejadian besar lain yakni tewasnya 6 pengikut MRS (07/12) oleh Polisi di tol 50 km Jakarta-Cikempek. Dari Konpers yang diadakan oleh Humas Mabes Polri didapat bahwa para pengikut MRS berusaha menyerang petugas Intel yang mengawasi kemana mobil mereka membawa tersangka kasus kerumunan Petamburan MRS akan pergi. 6 kematian awak FPI ini mengundang protes keras baik dari keluarga maupun pengamat politik, dan mengatakannya sebagai pelanggaran HAM. Dikatakan oleh Polisi bahwa keenamnya berusaha menyerang petugas dengan pistol, celurit maupun pedang, dan berhasil dihentikan petugas dengan tindakan tegas-terukur. Namun banyak yang janggal dari kasus ini, hasil forensik cenderung ditutup-tutupi, hingga para keluarga korban mau bersuara lewat mediasi yang digelar DPR. Sampai saat ini Komnas HAM masih melakukan penyelidikan terhadap kasus ini. FPI sendiri saat ini telah resmi dinyatakan sebagai organisasi terlarang. Entah mana yang benar, semoga hukum benar-benar mampu ditegakkan di negeri ini, dan jangan lupa masih ada hukum dari Dia yang Maha Prima.
Kabar dunia Internasional yang paling panas di 2020 selain keganasan Pandemi tentu saja dari Pilpres AS: Joe Biden yang disokong Demokrat memenangkan Pilpres AS pada bulan Nopember dengan perolehan 306 suara electoral college, dibandingkan 232 suara yang diperoleh kandidat Petahana partai Republik Donald Trump. Terpilihnya Biden diharapkan akan membawa angin segar baik bagi perekonomian maupun pertahanan global. Seperti yang sama kita ketahui bahwa AS dan China sedang berperang dalam ekonomi untuk memperebutkan kue ekonomi terwahid di dunia. Ketegangan dalam bentuk perang dagang dikhawatirkan akan merembet ke sisi militer, dan apabila hal tersebut terjadi sudah pasti dunia akan pecah perang karena masng-masing memiliki sekutu. Washington memang sedang terpukul cukup dalam akibat penyebaran Corona yang makin tak terkontrol di negerinya, sedangkan Beijing sudah cukup mampu dalam pengendalian. Di tahun 2020, China tak henti-hentinya mengganggu wilayah kedaulatan negara lain. Selain konflik di Laut China Selatan yang juga melibatkan Indonesia, China juga terlibat konflik dengan India di Lembah Galwan perbatasan Himalaya yang disengketakan. Tak hanya okupasi/pencaplokan wilayah yang sedang digencarkan Beijing, okupasi secara politik juga dilakukan terhadap Taiwan yang saat ini masih berpemerintahan demokratis. China ingin agar Taiwan masuk kedalam wilayah kekuasaan politiknya. Dan yang paling baru dipenghujung 2020 yakni ditemukannya drone pengintai China di perairan Sulawesi dekat Kepulauan Selayar oleh Nelayan. Diduga Drone tersebut digunakan dalam misi pengintaian dan pengambilan data intelijen terkait wilayah geopolitik dan keadaan geografis, data tersebut berguna dalam peperangan laut, apalagi Indonesia memiliki 3 Selat paling strategis di dunia yakni: Selat Malaka, Selat Sunda dan Selat Lombok. China dibawah kendali Presiden Xi Jinping benar-benar gak nduwe udel… Negara lain yang terlibat perang sengit hingga menewaskan ribuan orang di 2020 adalah antara Azerbeijan melawan Armenia guna memperebutkan wilayah sengketa Nagorno-Karabakh. Perang baru berakhir pada 10 Nopember 2020 dengan kemenangan bagi Azerbaijan. Konflik antara keduanya memang telah terjadi sejak lama, didukung dengan sentimen agama. Azerbaijan mayoritas muslim, sedangkan Armenia Krsten. Nagorno-Karabakh secara de facto merupakan bagan dari Azerbaijan, namun banyak ditempati dan dkuasai oleh etnis separatis Armenia yang didukung oleh pemerintah Armenia.
Sebenarnya masih banyak yang ingin saya tulis pada catatan ini, seperti reshuffle Kabinet Indonesia Maju di penghujung tahun, berpulangnya maestro Campursari the Godfather of brokenheart Lord Didi Kempot (ayo ngaku siapa yang kangen lord Didi?) yang mangkatnya sangat tba-tiba sekali. Siapa tak kenal Sewu Kutha, Banyu langit, rasanya tak akan ada lagi orang se-kharismatik dan se-sumeh lord Didi. Kemangkatan yang tak terduga sebelumnya juga dialami Ki Seno Nugroho, dalang kondang di jagat perwayangan nusantara. They both were really an artists, Sungguh karya-karya beliau telah banyak menghibur orang, semoga tenang disisi Allah, Al-Fatihah…
Akhirnya tulisan ini harus saya cukupkan. 2020 sebentar lagi berlalu, tahun yang cukup berat untuk dilalui baik dari segi kesehatan, finansial, dll. Tahun yang sangat chaotic dimana rumah sakit menjadi penuh, pemberlakuan PSBB dimana-mana, semua sektor produksi danperbelanjaat sepi, ekonomi seret. Namun dibalik itu semua, banyak hikmah yang dapat kita punguti dari 2020: kesabaran, rasa ingin berbagi, saling menjaga, dan lebih mengingat pada Pencipta. Bagi saya pribadi, 2020 adalah tahun dimana saya merasa telah sangat “lengkap” menjalani hidup. Akhir kata, semoga sehat selalu dan lancar rezeki, I hope we all make it! Sidoarjo, 25-12-2020 Firman Sentot Abintara P. (Sudah jadi ayah dan di rumah sendiri)